LTT Catorce (14)

838 74 16
                                    

Marc ""

Karena tak bisa lagi melanjutkan tidur, kuputuskan untuk beranjak keluar rumah. Kuharap angin pantai mampu mengembalikan mood ku yang sedang kacau.

Emilio menyuruhku pulang dan berarti aku akan meninggalkan Selena di sini.

"Oh God, Kau tahu kan aku sedang jatuh cinta? Bahkan Selena belum menerimaku. Setidaknya tolonglah beri waktu agar ia menerimaku dulu. Kali ini aku serius."

Baiklah, ini terdengar sedikit gila karena aku berbicara pada langit. Aku yakin Tuhan akan mendengarnya. Tapi kali ini aku putus asa. Harus bagaimana lagi membuat Selena jatuh cinta dan menerimaku?

Peduli apa dengan apa yang dikatakan fans nanti. Aku memcintainya. Ingin dia menjadi milikku.

"Katakan saja." Aku menoleh, mendapati Alex bersandar di pintu kaca sambil memeluk bantal dan selimut. Mulutnya menguap.

"Kau gila ya, pagi-pagi sudah berteriak."

"Tidur saja sana. Kau kebanyakan minum koktail kemarin malam."

"Apa katamu tadi? Emilio menyuruh pulang? Ada latihan dadakan rupanya."

"Tidak. Iklan yang memaksa. Menyebalkan."

"Apa kubilang. Harusnya kau tak mencintai Selena. Sekarang apa jadinya, kau harus meninggalkannya di sini. Kulihat dia mulai jatuh cinta padamu." Aku tersenyum miris. Yah, jarak Spanyol dan tempat indah ini memang sangat jauh. Aku tak mungkin sekali dalam sepekan harus mengunjunginya.

"Aku benar-benar jatuh cinta padanya, Lex."

"Kalau begitu katakan, Marc. Katakan sejujurnya siapa dirimu."

"Aku terlalu takut mengatakannya. Aku belum siap. Aku hanya ingin mengetahui perasaannya padaku sebelum ia tahu diriku sebenarnya." Alex mengangguk-anggukan kepalanya. Mulai mengerti apa yang kupikirkan.

"Ayo bersiap ke gereja. Sudah lama kita tidak pergi."

Gereja? Baiklah. Mungkin aku bisa bercerita di sana.

***

Ariana""

Seperti biasa, setelah sarapan aku akan membantu ibuku mencuci piring sembari berbincang dan bersenda gurau. Kadang ayah ikut menimpali saat aku berceloteh.

"Hmm... kulihat dari kemarin suasana hatimu sedang baik." Pipiku merona. Ibu benar. Aku sedang sangat baik. Mengingat semalam Marc menciumku walau hanya di pipi.

Semalam, ketika aku turun dari panggung Marc memberiku selamat dan mencium pipiku. Marc tidak pernah tahu bahwa malam itu menjadi malam yang terlalu indah hingga aku melupakan Nathan.

Nathan datang lagi, memberiku kejutan di atas panggung. Memintaku kembali berpacaran dengannya membuat diriku terlena. Tapi sekarang hanya Marc yang ada di hatiku.

"Kau sedang jatuh cinta, Sayang?" Mataku membulat. Lalu tertawa lebar. Merasa malu berterus terang pada Ibu.

"Y... ya bu. Aku jatuh cinta." Kulihat ibu tersenyum lalu mengusap kepalaku dengan sayang.

"Marc?" Mataku membulat lagi untuk kedua kalinya. Apa aku sekentara itu?

"Darimana ibu tahu?"

"Ibu selalu tahu, sayang. Aku ibumu."

"Ah ibu, kau yang paling mengerti aku."

"Jadi, apa kau sudah memikirkannya matang-matang? Bukankah Marc dan Selena...."

"Ibu, aku mencintainya. Selena dan Marc hanya berteman."

"Ibu hanya khawatir itu akan mempengaruhi hubungan kalian. Ada baiknya kau pikirkan ini matang-matang. Setidaknya kuharap kau bisa membedakan apa itu cinta."

A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETEDWhere stories live. Discover now