LTT Veintitrés (23)

772 66 22
                                    

Sore hari ketika Selena baru sampai di rumahnya ia mendengar ponselnya berdering. Sebuah nomor interlokal tertera di layar ponsel. Selena mengernyit sebelum kemudian menggeser tombol hijau ponselnya.

"Alo?"

"Sayang, kau sudah sampai?"

"Ah, kau rupanya. Aku baru masuk rumah."
Meletakkan tas ranselnya di sofa dan mengambil segelas air minum kemasan di kulkas. Ponselnya bertengger diantara telinga kanan dan bahunya.

"Aku sudah merindukanmu saja."

"Hmmm, jangan menggombal."
Selena meneguk air dingin dalam botolnya.

"Kau selalu tidak percaya." Terdengar dengusan dari suara Marc.

"Baiklah aku percaya. Aku juga merindukanmu."

"Aku tahu."

"Ish... Marc."

"Aku akan berangkat ke Jepang besok. Kupikir bisa mengajakmu sekalian jika kau tidak pulang."

"Berapa kali kukatakan aku tidak mau melihatmu balapan."

"Itu salah satu alasannya. Aku ingin mengenalkanmu pada media."

"Tidak perlu Marc. Aku phobia kamera hihihi."

"Oh Tuhan. Jadi kau ingin oleh-oleh apa?"

"Serius ingin memberiku oleh-oleh?"

"Tentu saja. Apapun yang kau ingin."

"Hanya ingin kau pulang dengan selamat. Menjemputku di sini dan kemudian menungguku di altar."

"Aku akan mengingatnya. Itu adalah salah satu hal yang ingin segera kulakukan untukmu."
Rasa hangat seketika menjalar di sekujur tubuh Selena.

"Marc, bolehkah aku jujur?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena aku tahu apa yang akan kau katakan. Kau mencintaiku, sangat sangat sangat mencintaiku. Iya kan?"

Selena tergelak, memutar matanya dan merebahkan tubuh pada kasur lantai. Membayangkan Marc di sana sedang berbaring telungkup memandangnya.

"Baiklah kau selalu tahu, Tuan Spanyol."

"Sebentar, aku jadi berpikir oleh-oleh yang pas untukmu."

"Apa itu?"

"Surprise, nanti kau akan tahu. Um, Selena. Aku akan mengirimimu email besok sesampainya di Jepang. Sekarang aku harus bersiap-siap dulu. Bahaya jika ibu marah."

"Marc! Alex! Jangan bermalas-malasan. Segera bersiap-siap."

Mendengar suara Rosser yang sedang memarahi kedua anaknya membuat Selena terkikik. Membayangkan bahwa ibu barunya itu kini sedang mondar mandir dengan ocehan yang pasti memekakkan telinga mereka.

"Apa kau menelpon Selena? Bagaimana perjalanannya?" teriak Rosser lagi.

"Iya, dia baru sampai, bu."

"Kirimkan salamku padanya, Marc." Selena mendengarnya lagi, meski dalam jarak yang jauh dari ponsel Marc. Suaranya melengking.

"Kau dengar sendiri? Ibu lebih menyayangimu daripada anaknya sendiri."

"Hahaha, kecup sayang dariku untuk ibu."

"Hanya untuk ibu?"

"Peluk hangatku untuk Ayah dan Alex." Selena ingin sesekali menggoda kekasih nakalnya.

A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETEDWhere stories live. Discover now