(Ongoing) Invisible Love

נכתב על ידי 13summer

2.5M 164K 5.6K

Rank : #6; 18 Maret '16 Teen Fiction #5; 21 April '16 Humor SEKUEL : NERD GIRL VS TROUBLE MAKER --- "Aku tida... עוד

Blurb
IL-1-Say Hi To Double A
IL-2-My Bad Day [Abigail]
IL-3-My Bad Day [Alden]
IL-4-Beruang [Alden]
IL-5-Meet The Evil [Abigail]
IL-6-Double A
IL-7-Taruhan [Abigail]
IL-8-That Feeling
IL-9-Horror [Abigail]
IL-10-Teman Baru [Alden]
IL-11-Puzzle
IL-12-Spesies Yang Sama [Abigail]
IL-13-2 vs 3
IL-14-Bimbang
IL-15-The Good Devil
IL-16-Masalah [Alden]
IL-17-Bad Memory [Abigail]
IL-18-Kode
IL-19-Sesi Curhat [Abigail]
IL-20-Persahabatan [Abigail]
IL-21-Freezone [Alden]
IL-22A-Motif Mereka [Abigail]
IL-22B-Motif Mereka [Abigail]
IL-23-Beloved [Alden]
Bab 24: Our REALationship [RIO]
IL-25-Maybe [Abigail]
IL-26-Tarik Ulur
IL-27-Bukan Hal Yang Mustahil [Abigail]
IL-28-Shoot [Alden]
IL-29-Mark His Words [Abigail]
IL-30-Luka [Abigail]
IL-31-Girlfriend and Sister [Alden]
IL-32A-I am Listening to You [Abigail]
IL-32B-New Relationship
IL-34-Remember When [Agatha]
IL-35-Go Public
IL-36-Perang Dunia ke-3 [Abigail]
IL-37-Lonely [Alden]
IL-38-Move On [Abigail]
IL-39-Gerak Cepat
IL-40-Love Her Lately [Samuel]
IL-41-Becomes Visible
Invisible Love, LANJUT?!
Extra only on wattpad: Interview Session
Once Upon A Time
IL-42-I am Visible [Rio]
IL-43-Faith [ Abigail]
IL-44-Their Fear
IL-45-Modus [Abby]
Back Then [Flashback]
IL-46-Trust
IL-47A-Gone
IL-47B-Gone
IL-48-Its Ending
IL-49-Invisible Love
IL-50A-Wherever You Are
IL-50B-Wherever You Are
IL-51-Happiness

IL-33-Terbakar [Abigail]

35.9K 2.9K 71
נכתב על ידי 13summer

Il-33-Terbakar [Abigail]

Dipikir lagi, tidak mungkin aku masuk kelas Enstein. Jurusannya berbeda, Enstein untuk anak-anak IPA dan aku sudah terjebak di jurusan IPS. Pantas saja Bu Shinta mengernyitkan dahi.

Bel istirahat pertama sudah berbunyi semenit yang lalu, aku merenggangkan kedua tanganku ke atas sambil menguap selebar yang aku mampu. Tiga jam pelajaran sudah kulalui dengan konsentrasi penuh. Biasanya aku menganggap enteng pelajaran. Seringnya aku memilih tidur disaat guru sedang menjelaskan materi. Tapi, sekarang aku berpacu dengan waktu. Berhubung masalahku dengan Rio sudah kuanggap tuntas, aku ingin masuk ke deretan tiga besar. Aku kembali menjadi Abigail si Kutu Buku yang cantik jelita. Seperti itulah Papah menyebutku saat aku masih SMP.

Aku pun mengedarkan pandangan dengan perut yang keroncongan, semua teman sekelasku sedang berlomba-lomba keluar dari kelas.

Aku kelaparan karena ulahku sendiri. Aku yang belum mau mengakui status baru kami di depan Lita, serasa melakukan back street. Makanya aku tidak ikut sarapan pagi hari ini. Si Kutu Kupret itu sangat digilai oleh adikku. Aku belum siap melihat Lita menangis guling-gulingan di lantai karena pangerannya telah kurebut. Lagipula aku juga belum terbiasa menghilangkan embel-embel 'kutu kupret' dari nama Rio.

"Abby! Ayo kantin! Kantin yuk!" ajak Lora yang tiba-tiba ada di samping mejaku.

"Oh, oke," jawabku ragu. Bukan, bukan karena ragu pergi ke kantin melainkan ragu jika menceritakan status baruku dengan Rio terhadap Lora. Aku cukup tahu seberapa getolnya Lora mengajak Rio nge-date.

Sebelum mengangkat pantat, aku melihat ke pojok ruang kelas. Atha mendapat giliran duduk di pojok minggu ini, dan aku duduk dua baris ke kanan dari posisinya.

"Jangan bilang lo mau ngajak dia, By?" Ucapan Kika menyentakku. Dia sedang menautkan alisnya dengan tatapan yang menghakimi.

Waduh, masalah cewek lampir ini juga gimana?!

"Ga diajak juga dia bakal ke kantin. Iya ga, Tha?" ujarku.

Atha mendongakkan kepalanya, dia menyengir kuda. "Ga ke kantin."

"Serius?! Tapi kalo ga ke kantin ka..., ka...." Aku menggaruk kepalaku, bingung mencari kata yang tepat untuk menutupi panggilan 'Kamu' untuk Atha.

Semua makhluk hidup di kelas tahu bahwa Kika amat memusuhi Atha. Alasannya, tentu karena Alden. Kika juga menyukai kembaranku lalu Lora menyukai pacarku.

Hubungan yang sialan.

"Ka? Ka apa, By?" sekarang tatapan Kika mencurigaiku.

"Kasihan! Kasihan cacing di perutnya Atha kalo ga dikasih makan," jawabku super asal-asalan. Aku segera merangkul kedua pundak kawanku, "Udah ah! Ayo kita serbu kantin!"

Ucapanku lumayan bisa menahan mulut nyirnyir Kika meskipun aura lampirnya tetap terasa.

Beberapa langkah sebelum aku keluar kelas, aku menyempatkan menoleh ke arah Atha dan menggerakkan mulutku, "sorry," kataku tanpa mengeluarkan suara.

Atha menunjukkan jempolnya. Aku harap itu tanda, 'Okay' atau, 'Iam alright'.

Sumpah! Aku merasa bersalah. Kini rasa bersalahku berlipat ganda, rasa bersalah karena aku belum mampu membela pacar adik kembarku.

"Hai Alden!" Suara Kika yang menyapa Alden membuyarkan rasa bersalahku.

Alden tidak membalas sapaan Kika dengan kata-kata, dia membalasnya dengan mengulas senyum setipis silet.

Batinku menerka-nerka, kenapa Alden bisa nyasar ke gedung murid reguler. Dia sangat jarang ke sini, atau mungkin demi menemui Atha?

Aku berbalik badan menatap punggung Alden yang kian menjauh. Kukira, dia akan masuk ke kelasku untuk menjemput tuan putrinya.

Aku menghela napas lega. Lega karena aku tidak jadi iri dengan Atha.

Tapi, si Monyet mau ke mana? Jalannya lempeng ke depan.

"Gue kesel deh, By. Kapan sih, Alden mau notice sama perasaan gue?" tanya Kika. Dia mencebikkan bibirnya yang tidak seseksi milikku sekaligus menghentakkan sebelah kakinya.

'Tanyakan pada rumput yang bergoyang, Kik'. Aku sangat ingin menjawabnya dengan kalimat itu. Sayangnya, aku masih memiliki hati. Jadi kujawab, "Oh, itu. Sabar aja ya, Kika."

Sabar ya, Kika. Sabar sampai kecebong bisa terbang.

"Rio! Kok kamu bisa ada di sini?" Suara Lora menghentikan tawa yang kulakukan di dalam batin. Dia berlari mendekati pacarku yang baru selesai menebarkan senyumnya.

"Emang kenapa? Ga boleh gue turun derajat?" jawab Rio yang kemudian terkekeh kecil.

Kalau dulu, kekehan ataupun senyuman Rio tidak berefek apa-apa padaku. Sekarang, imbasnya sangat dapat kurasakan.

Aku merasa pipiku mulai merona malu-malu beruang.

Ya, itulah yang Paman David pernah katakan padaku. Bukan lagi tingkat kucing, tapi sudah mencapai tingkat beruang. Aku memang lahir di tengah keluarga yang agak lawak.

Rona merah di wajahku hanya bertahan sekejap. Sekarang aku berubah manyun. Penyebabnya adalah sikap cabe-cabean Lora yang berusaha memegang tangan Rio.

Lempar sepatu boleh tidak ya?

Mendadak Rio menyunggingkan senyum setannya setelah mata kami sempat bersitatap.

Tanpa kuduga, dia menyambut tangan Lora dan menggenggam tangan cewek kegatelan itu.

Rio cari mati!

"Tanganmu halus, Ra." Pujian najis keluar dari mulut Rio untuk Lora.

Kini Lora tersenyum malu-malu najis.

Tanganku terkepal dan keinginan untuk mengiris bibir Rio sudah membuncah.

Sungguh tidak etis jika aku melakukan adegan jambak-jambakan di sini. Terlalu drama!

Akhirnya aku memilih membuang muka daripada harus melihat Rio memegang tangan cewek lain.

"Tapi cuma sepuluh detik lo bisa genggam tangan gue. Sembilan, sepuluh." Rio melepaskan tangannya, sekarang tangan Lora menggantung.

"Waktu habis, Lora sayang." ucap Rio lagi.

Kedua mataku membulat mendengar Rio memanggil Lora dengan sebutan sayang.

"Loh ... loh kenapa, Ri? Pegang tangan doang aja, hahaha...." Lora mencoba meraih tangan Rio lagi dia menghindar dan tanpa banyak bicara dia pun menarik tanganku menjauh dari duo lampir itu.

"RIO! RIO! RIO! KENAPA KAMU GINIIN AKU!" Lora meneriaki namanya akan tetapi si pemilik nama tersebut tidak menoleh sedikit pun.

Dia sedang jual mahal atau memang sengaja menulikan pendengarannya?

Rio menggenggam erat pergelangan tangan kiriku. Kami terus berjalan menyusuri lorong demi lorong gedung.

"Sepuluh detik? Halah, biasanya sepuluh menit juga kurang kalo dipegang-pegang Lora." Aku sengaja menyindir Rio.

Kudengar dia menghela napas panjang.
"Aku lebih suka diceramahin kamu satu jam daripada dicolek Lora, sayang."

Aku meronta dari genggamannya. "Idih! Jangan panggil-panggil sayang! Najis tau ga, Ri!"

"Abby, kalo mau marah jangan di sini," kata Rio yang tidak mau membebaskan tanganku.

Aku sadar, kita sedang ada di koridor sekolah yang terisi dengan anak-anak di jam istirahat begini. Benar saja, saat aku menyapu pandang ke sekitarku, beberapa murid sedang memperhatikan kami.

Aku menahan emosiku. "Lepasin dulu tanganku."

Rio menatap enggan namun tak berapa lama dia melepaskan tangannya.

Segera setelah aku terbebas darinya, aku berlari tanpa arah yang jelas.

"Abby!" Teriakan Rio tidak kuindahkan. Aku terus berlari darinya tetapi dia juga terus mengejarku.

Kapan Rio? Kapan kamu mau bertobat?!

Aku tidak mau dipermainkan seperti deretan cewek yang pernah bersamanya tak kurang dari seminggu.

Sialan. Apa ini yang dinamakan sedang terbakar api cemburu?

~~~~~~

Tbc!

Vomment!

Author tidur dulu ya, matanya udah ga kuat...jadi diputus sampai disini dulu. Semoga besok bisa nyambung lagi :-D

המשך קריאה

You'll Also Like

257K 14K 73
"Jodoh santri ya santri lagi." Di dunia pesantren, adat perjodohan sudah menjadi hal biasa yang sering terjadi. Azka Azkiya merasakan hal itu di tahu...
3.6M 288K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
450K 23.6K 35
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
360K 28.6K 23
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...