Pencuri Hati

By PipiMochi

410K 21.2K 2.8K

Selamat Menikmati Fanfiction Pertama Saya Publish SEP'15 More

Pencuri Hati 1
Pencuri Hati 2
Pencuri Hati 3
Pencuri Hati 4
Pencuri Hati 5
Pencuri Hati 6
Pencuri Hati 7
Pencuri Hati 8
Pencuri Hati 9
Pencuri Hati 10
Pencuri Hati 11
Pencuri Hati 12
Pencuri Hati 13
Pencuri Hati 14
Pencuri Hati 15
Pencuri Hati 16
Pencuri Hati 17
Pencuri Hati 18
Pencuri Hati 19
Pencuri Hati 20
Pencuri Hati
Pencuri Hati 21
Pencuri Hati 22
Pencuri Hati 23
Pencuri Hati 24
Pencuri Hati 25
Pencuri Hati 26
Pencuri Hati 27
Pencuri Hati 28
Pencuri Hati 30
Pencuri Hati 31
Pencuri Hati 32
Pencuri Hati 33
Pencuri Hati 34
Pencuri Hati 35
Pencuri Hati 36
Pencuri Hati 37
Pencuri Hati 38
Pencuri Hati 39
Pencuri Hati 40
Pencuri Hati 41
Pencuri Hati 42
Pencuri Hati 43
Pencuri Hati 44
Pencuri Hati 45
Pencuri Hati 46
Pencuri Hati 47
Pencuri Hati 48
Pencuri Hati 49
Pencuri Hati 50
Pencuri Hati 51
Cuap Cuap PipiMochi
Pencuri Hati 52
Epilog

Pencuri Hati 29

5.3K 349 38
By PipiMochi

   "Pagi semua!"

   Kinal baru saja turun dari lantai dua dan langsung menuju meja makan untuk sarapan bersama, lalu ia mencium kedua pipi malaikat kecilnya Sinka Shania yang sedang menikmati sarapan pagi berupa roti panggang. Tidak lupa juga Kinal mencium pipi sang mertua, mama Veranda. Saat Kinal ingin mencium pipi kesayangannya itu, dengan cepat Veranda melarang dia untuk mendekat...

   "STOP! No kiss, kamu jaga jarak dari aku sekitar dua meter," Veranda mengintruksikan Kinal agar tidak mencium dan mendekatinya.

   "What?" Kinal kaget sambil menggaruk-garuk kepala belakangnya yang tidak gatal dengan ekspresi wajah kesal, mungkin ia merasa hambar, bagai sayur kurang garam kalau tidak mencium kesayangannya itu di pagi hari.

   "Jessi ngidamnya hanya di pagi hari, sayang!" kata mama Veranda.

   "Hanya pagi, mah? No..." Kinal menggerakan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri, "semalam aja aku disuruh tidur di sofa sama dia, dan pagi ini aku gak boleh mendekatinya! Aku rasa anak ketigaku ini sangat membenci miminya."

   "Kalau mama ngidamnya benci banget sama mimi, berarti nanti wajahnya mirip banget mimi dong?!" celetuk Sinka.

   "Bisa jadi, kak!"

   "Ah, gak mau! Pokoknya wajah adik kita nanti harus mirip mama. Kalau cewek cantik, kalau cowok tampan..."

   "Shania setuju. Mimi sih wajahnya abstrak, gak berbentuk dan gak beraturan juga."

   "Enak aja wajah mimi dibilang abstrak. Wajah princess nih! Gak ada yang punya wajah kayak gini. Langka tau, maka dari itu harus dilindungi biar gak punah," Kinal duduk di kursi meja makan dan mengambil sepotong roti panggang, lalu ia olesi dengan selai coklat.

   "Hewan kali langka," timpal si bungsu Shania.

   Veranda yang sedang makan pun tersenyum kecil mendengar Kinal protes. Sedangkan mama Veranda menggelengkan kepalanya sambil tertawa.

   "Nal, aku mau liburan ke villa kita yang di puncak dong," ucap Veranda.

   "Asik liburan ke villa!" kata Sinka dan Shania bersamaan.

   "Apa itu bawaan baby kita, sayang?" tanya Kinal melihat Veranda yang duduk lima meter darinya di meja makan yang sama.

   Veranda mengangguk, ekspresi wajahnya begitu lucu seperti anak kecil yang manja, dan ditujukan hanya untuk Kinal, membuat Kinal tak bisa menolak permintaan kesayangannya itu.

   Ya, memang ini juga weekend, hari untuk keluarga juga kalau orang-orang bilang.

   Setelah sarapan selesai, semua bergegas untuk menyiapkan diri mereka masing-masing dan berangkat liburan ke villa keluarga Hartono di puncak.

   "Sayang, kamu yakin mau ke villa?! Udara di sana dingin banget loh, Ve."

   Kinal dan Veranda saat ini sedang berada di kamar, dimana Veranda sedang memasukan pakaian dia dan juga Kinal ke dalam tas, karena rencananya mereka semua akan menginap semalam di villa.

   "Iya," jawab Veranda singkat.

   Dengan santai Kinal menyandarkan tubuhnya di pintu kamar, dia nggak berani mendekat ke Veranda, takut kalau kesayangannya akan mual jika ia dekati.

   "Kalau kamu kedinginan, siapa yang membuat kehangatan di tubumu? Sedangkan aku aja gak boleh deketin kamu."

   "Kan ada selimut tebal yang akan membuatku hangat."

   "Kalau masih tetep dingin, gimana?"

   Veranda sibuk menyiapkan pakaian yang akan dia bawa. Tapi tidak dengan Kinal, dia malah sibuk membuat pertanyaan yang memang tak terlalu penting untuk ditanyakan.

   "Ada Sinka sama Shania, nanti aku bisa peluk mereka."

   "Kalau merekanya gak mau, gimana sayang?"

   Veranda melihat ke arah Kinal dengan matanya yang indah, lalu dia menaruh kedua tangan di pinggang. Kinal yang dilihat seperti itu oleh Veranda hanya menundukan kepala dan tak berani melihat.

   "Aku udah masukin ke dalam tas jaket tebal buat kamu pakai nanti di puncak, jadi gak usah bertanya ini itu lagi. Aku tau sebenarnya kamu yang takut dengan udara dingin... Sekarang panaskan mobilnya, karena aku sebantar lagi selesai beres-beres," perintah Veranda.

   Kinal dengan wajahnya yang cemberut menuruti perintah Veranda untuk memanaskan mobil, dia keluar kamar menuju garasi. Kinal memang kurang suka udara dingin, makanya dia bertanya seperti itu pada Veranda, mungkin ia bingung ketika nanti sudah ada di puncak, siapa yang akan menjadi selimut hidupnya kalau-kalau ia kedinginan? Karena Veranda nggak mau ia dekati.

   Mobil yang dibawa Kinal untuk ke puncak bersama keluarganya adalah mobil Range Rover berplat B 19 VE warna putih kesayangan Veranda. Sebelum jalan mobil tersebut Kinal panasi dulu mesinnya.

   "Mih, buka bagasinya dong! Mau masukin tas nih," kata Sinka sudah siap dengan tas yang isinya perlengkapan dan juga pakaian dia.

   Kinal pun membuka bagasi mobil tersebut, setelah itu Sinka dan Shania memasukan tas mereka berdua ke dalamnya. Tak lama kemudian Veranda keluar menuju mobil bersama mamanya. Saat Kinal ingin membantu membawakan tas Veranda, lagi-lagi Veranda melarang, karena ia tak ingin Kinal mendekat lalu mencium aroma tubuh dia yang membuatnya mual.

   Sinka serta Shania hanya bisa menertawakan Kinal karena terus-terusan mendapat penolakan dari Veranda mama mereka.

   "Yang sabar ya, mih!" Sinka mengelus punggung Kinal lembut, lalu masuk ke dalam mobil dan mengambil posisi duduk disamping kemudi.

   "Mih, kuatkan hati!" Shania mencubit pipi kanan Kinal, lalu dia pun masuk ke dalam mobil.

   "Apa-apaan kalian berdua! Sabar, kuatkan hati. Inget ya? Ini ide kalian yang pingin adik lagi. Mimi jadi sengsara kaya gini," Sinka dan Shania hanya bisa tersenyum.

   Saat didalam mobil, Veranda menggunakan masker untuk menutupi hidungnya supaya tidak tercium aroma tubuh Kinal. Sedangkan Kinal yang menyetir mobil sering sekali melihat ke arah Veranda menggunakan spion tengah, memastikan kalau kesayangannya itu baik-baik saja. Kinal menyetir mobilnya sendiri, karena bang Ucok dan bi Ana tidak ikut, mereka berdua Kinal tugaskan untuk menjaga rumah.

   Kurang lebih 3 jam perjalanan dari rumah menuju villa mereka yang ada di puncak, dan sekarang mereka semua sudah sampai dengan selamat. Sinka langsung turun dari mobil diikuti Shania, Veranda, mama Veranda dan juga Kinal.

   Kedatangan mereka berlima sudah ditunggu mang Kisman beserta istri bi Karti dan anak perempuan mereka yang bernama Lina. Mereka sekeluarga tinggal di villa milik keluarga Hartono untuk menjaga dan merawatnya.

   "Selamat datang nona besar Kinal... Nona besar Jessi... Nyonya... Neng Sinka dan neng Shania," sapa mang Kisman ramah.

   "Mamang apa kabar?" tanya Kinal.

   "Baik nona besar Kinal."

   "Bi Karti sama Lina apa kabar?"

   "Kami berdua juga baik," jawab bi Karti.

   Setelah itu Kinal Veranda mama Veranda, Sinka dan Shania masuk ke dalam villa. Bi Karti dan anaknya Lina membuatkan minuman hangat untuk Kinal dan yang lainnya, sedangkan mang Kisman bertugas memasukan tas milik mereka semua ke dalam kamar masing-masing.

   "Kak, jalan-jalan yuk?" ajak Shania.

   "Yuk," dengan cepat Sinka Shania meletakan cangkir minumannya ke atas meja, lalu beranjak dari duduk untuk meninggalkan yang lain.

   "Hey sayang, makan dulu, baru kalian jalan-jalan," kata Veranda.

   "Nanti aja mah, aku belum laper."

   "Aku juga belum laper."

   "Mimi ikut dong, daripada mimi dianggurin sama mama kalian di sini, mending ikut kalian jalan-jalan."

   Kinal, Sinka dan Shania keluar villa untuk menghirup udara segar pegunungan di puncak, untung siang ini tidak terlalu panas, jadi kulit mereka bertiga yang terlihat putih dan bercahaya aman dari sengatan matahari.

   Sinka mengajak Kinal serta Shania untuk berkeliling sekitar villa menggunakan sepeda gandeng tiga rangkai. Dimana Kinal ambil posisi didepan, sedangkan Shania ditengah, dan Sinka dibelakang.

   Perlahan ketiganya mengayuh sepeda tersebut dengan santai dan pelan, menikmati pemandangan sekitar villa yang ditumbuhi pepohonan tinggi serta bukit berwarna hijau, disana kebun teh membentang untuk memanjakan mata.

   Saat jalanan sudah mulai tidak rata dan menanjak, Shania mengisyaratkan pada Sinka kakanya agar tidak mengayuh sepeda, mereka berdua membiarkan Kinal untuk mengayuh sepeda itu sendiri. Sadar akan bebannya tambah berat, kemudian Kinal berkata...

   "Kok makin berat ya? Apa karena jalanannya gak rata terus ada tanjakan?!" Kinal merasakan kayuhan sepedanya jadi semakin berat, dia susah payah mengayuh sepeda supaya tetap jalan dengan sekuat tenaga.

   "Iya mih, berat. Gara-gara tanjakan pasti nih!" ucap Shania.

   "Ayo mih, genjot sepedanya, masa kalah sama badan! Tanjakan segini aja gak kuat," seru Sinka dirangkaian sepeda paling belakang.

   Kedua malaikat kecil Kinal berhasil mengerjainya, Kinal sampai mengeluarkan keringat karena mengayuh sepeda agar bisa tetap jalan dan menaiki tanjakan yang tidak terlalu tinggi, tapi lumayan juga kalau dia mengayuh sepeda hanya sendirian.

   Karena penasaran makin lama makin berat mengayuh sepeda, Kinal menolehkan kepalanya ke belakang, dan melihat Sinka serta Shania sedang tertawa melihat penderitaannya.

   "Oh, jadi kalian berdua kompak ngerjain mimi! Pake gak ngayuh segala. Pantes aja berat," Kinal langsung berhenti ketika sadar kalau ia sedang dikerjai anaknya.

   hahaha... Sinka dan Shania tertawa senang.

   "Ok kalau gitu. Mimi jalan kaki aja," Kinal turun dari sepedanya untuk jalan.

   "Cieee, ngambek nih ceritanya... Gak pantes mih, malu sama badan!" teriak Shania.

   Sinka yang ada dibelakang rangkaian sepeda pun langsung pindah ke posisi depan, ke tempat Kinal yang sudah ia tinggalkan. Lalu Sinka dan Shania mengayuh sepeda tersebut melewati Kinal untuk sekedar menggodanya.

   "Daaah mimi, selamat joging, biar kurus!" kata Sinka.

   Sinka dan Shania melewati Kinal dengan mengayuh sepeda secepat mungkin meninggalkan dia. Kinal tercengang ketika kedua malaikat kecilnya itu tega meninggalkan ia untuk jalan kaki sendiri buat kembali ke villa.

   "Sinkaaa, Shaniaaaa... Jangan tinggalin mimi dong, masa disuruh jalan kaki sih!" teriak Kinal.

   Kinal berlari mengejar Sinka dan Shania, tapi karena kedua malaikat kecil Kinal lebih cepat mengayuh, jadi Kinal tertinggal sangat jauh dibelakang.

   Sampai di villa nafas Kinal tersengal-sengal, dia sampai memegang perutnya dengan tangan karena terasa sakit sehabis berlari.

   Veranda, mama Veranda, Sinka serta Shania yang sedang duduk santai didepan villa pun tertawa melihat Kinal kelelahan. Dirasa sudah netral kembali nafasnya, Kinal menghampiri Sinka Shania untuk membalas perlakuan mereka berdua terhadap dia, Kinal sudah mengambil ancang-ancang untuk menjewer telinga kedua malaikat kecilnya itu.

   "Eh, eh... Mau kamu apain Sinka sama Shania?" tanya Veranda tajam ke Kinal.

   "Jewer!"

   "No gendut! Main jewer aja. Sini telinga kamu aja yang aku jewer."

   "Kok jadi aku, Ve?! Kan mereka berdua yang ngerjain aku!" tunjuk Kinal pada kedua malikat kecilnya, sedangkan Sinka dan Shania hanya bisa berlindung dibalik tubuh Veranda mama mereka berdua.

   "Itung-itung olahraga, kamukan jarang banget olahraga, sayang."

   haaahh... Kinal menghela nafasnya.

   "Kalian berdua menang kali ini, lain kali gak ada ampun untuk kalian," ucap Kinal. Lalu dia duduk di kursi dan mengambil minum yang ada diatas meja.

   Shania Sinka yang masih berlindung pada Veranda sedang menjulurkan lidah ke arah Kinal mimi mereka, karena Kinal belum puas kalau Sinka dan Shania tak mendapat hukuman darinya. Begitulah cara Kinal mendidik kedua malaikat kecil dia, kalau Sinka dan Shania berbuat kesalahan pasti Kinal akan menghukum mereka berdua dengan cara dia sendiri, tapi terkadang Veranda sering menghalangi hukuman yang diberikan Kinal supaya tak terlaksana.

   Karena bi Karti sudah menyiapkan makanan untuk mereka berlima santap, akhirnya mereka semua pindah ke meja makan buat mengisi perut yang sudah kosong.

   Sehabis makan, Sinka Shania memanfaatkan hari yang sudah memasuki senja dengan renang, walaupun kolam renang airnya sangat dingin, itu tak mengurungkan niat mereka berdua. Buat mereka udara dingin bukan halangan, karena Sinka Shania sudah terbiasa dengan udara dingin saat di Belanda, bahkan udara di Belanda lebih dingin dari puncak.

   Tapi itu tidak berlaku pada Kinal, saat ini dia sudah memakai jaket tebal yang diberikan Veranda untuknya.

   "Nih jaket kamu, dan ini susu jahe hangatnya diminum," Veranda memberikan itu semua ke Kinal. Setelah itu ia menjauh lagi dari orang yang paling dia sayang untuk duduk di kursi pinggir kolam renang yang berjarak 5 meter dari Kinal buat melihat Sinka dan Shania.

   "Sayang, aku butuh selimut hidup. Bukan jaket dan susu jahe hangat ini," ucap Kinal manja, dia bisa bersikap manja seperti itu karena hanya ada dirinya dan juga Veranda, sedangkan mama Veranda sedang ngobrol bersama bi Karti sambil melihat bunga di taman belakang villa.

   "Jangan manja deh! Kamu mau liat aku muntah-muntah terus? Hah!"

   "Kalau tau bakal begini jadinya, aku akan tolak permintaan Sinka dan Shania untuk punya adik lagi."

   Veranda tertawa mendengar Kinal bicara seperti itu.
.
.


   Malamnya mereka habiskan waktu untuk berkumpul di taman belakang, membakar jagung serta barbequean. Veranda terlihat bahagia melihat Kinal dan kedua anaknya saling bercengkrama bersama. Karena kalau Kinal sudah sibuk dengan pekerjaannya, pasti dia akan jarang berkumpul dengan keluarga.

   Sinka bertugas membuka jagung dari kulitnya, sedangkan Shania mengolesi jagung dengan mentega dan bumbu barbeque, lalu tugas Kinal membakar jagung tersebut sampai matang. Veranda dan mama Veranda di tempat barbeque memanggang daging serta ayam dan juga yang lainnya.

   Kegiatan malam telah mereka lalui bersama dengan happy dan tersenyum, lalu semua berakhir di kamar untuk mengistirahatkan diri, karena makin malam udaranya juga semakin dingin.

   "Kamu lagi apa?" tanya Sinka di telepon. Dia sedang menelepon Rona malam itu di kamarnya.

   "Lagi mikirin kamu."

   "Oh ya? Kok aku gak mikirin kamu juga ya?!"

   "Yakin gak mikirin aku? Terus yang telepon aku duluan siapa? Pasti di sana kamu lagi kangen berat deh sama aku."

   "Ihh, pede banget kamu! Emang aku duluan yang telepon kamu? Perasaan bukan aku deh!"

   "Terus siapa? Gak mungkinkan Shania yang telepon aku."

   hahaha... Sinka tertawa.

   "Kamu udah makan malam?"

   "Udah tadi bareng sama Ncex, beli nasi goreng depan kafe."

   "Enak gak nasi gorengnya?"

   "Gak enak."

   "Loh kenapa?"

   "Iya, nasi gorengnya gak enak, karena makannya gak ditemenin kamu."

   "Tuhkan gombal lagi."

   "Tapi kamu sukakan? Kelihatan loh dari sini... Pipi kamu merah gitu."

   "Ish, apaan sih."

   hahaha... Rona tertawa.

   "Udah ya? Aku cuma mau nanyain itu ke kamu."

   "Sinka, miss you."

   "I miss you too, Rona... Daaahhh."

   "Daaahhh."

   Sinka mengakhiri teleponnya sambil tersenyum kecil, lalu meletakan smartphone tersebut diatas tempat tidur.

   "Apa mungkin aku sudah jatuh cinta pada Rona?"

   Sinka memukul kepalanya sendiri tapi itu tak terlalu kencang, lalu dia menarik selimut buat menutupi seluruh tubuhnya.

   Sedangkan di kamar si bungsu Shania sedang melihat sosial media sambil tidur-tiduran diatas kasur. Sesekali dia tersenyum dan tertawa kala melihat komen yang lucu dari teman-temannya. Dan tiba-tiba saja smartphone Shania berbunyi pendek, yang berarti ada pesan masuk, dengan cepat Shania membuka pesan itu...

   Not, minggu depan jangan lupa latihan, lo harus dateng.
-Sofian Meifaliano

   Shania tersenyum melihat pesan singkat yang Fian kirimkan padanya. Dan jari lentik Shania dengan cepat menari diatas layar smartphone, membalas pesan Fian...

   Siap ketua, gue pasti dateng.
-Shania

   Setelah mengirimkan pesan singkat itu, Shania mengambil bantal untuk menutupi wajahnya yang mulai merah, mungkin Shania membayangkan wajah Fian yang tampan sampai muka dia terlihat merah seperti itu.

   Sedangkan di kamar lain Kinal dan Veranda sedang ada rayu merayu. Kinal sedang merayu Veranda untuk bisa memeluknya malam ini. Karena Kinal sangat kedinginan, padahal dia sudah memakai jaket dan selimut tebal, tapi menurut Kinal itu masih kurang.

   "Itu alesan kamu aja sayang, biar kamu bisa peluk aku dan pada akhirnya merayu kemudian mengajakku untuk melakukannya," ucap Veranda sambil membaca novel, dia duduk diatas kasur dan menyandarkan tubuhnya ke dinding tempat tidur.

   hehehe... Kinal tertawa kecil. Saat ini Kinal sedang meringkuk di sofa dalam kamar dengan selimut dan jaket tebalnya.

   "Ya ampun. Sayangnya aku tau banget," kata Kinal lalu ia nyengir kuda.

   "Kamu mau buat aku masuk rumah sakit karena muntah-muntah mencium aroma tubuhmu? Kalau kamu gak kasian dan gak sayang sama aku sih gakpapa, silahkan lakukan. Sini..." Veranda malah menantang Kinal untuk itu.

   "Aku kasian dan sayang sama kamu. Tapi kebutuhan biologisku ini gimana, sayang? Mau aku salurkan ke siapa? Sudah seminggu lebih loh!"

   "Tahan dong! Aku aja bisa kok nahan walaupun sebenarnya mau... Tapi aku lemes kalau harus muntah terus-terusan. Kalau lemes karena ulah kamu sih itu nikmat, tapi ini lemes karena muntah-muntah dan kekurangan cairan gak ada nikmat-nikmatnya, sayang!" Veranda sambil menutup novelnya, lalu dia memandang sendu ke arah Kinal. Sepertinya Veranda tak tega melihat Kinal yang sedang menahan nafsu untuk menyentuh dan membelainya.

   "Iya Ve, aku coba nahan."

   haaahh... Kinal menghela nafas berat.
 
   "Sabar ya sayang, cuma empat bulan aja kok masa ngidam aku ini."

   Kinal menganggukan kepala berat dan tersenyum. Lalu dia disuruh Veranda untuk tidur, karena hari sudah larut dan Veranda memberikan kiss jarak jauh untuk Kinal agar menenangkan pasangannya itu supaya tidak galau dan bisa menahan nafsunya.

Continue Reading

You'll Also Like

9.1M 815K 65
Satu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." ...
213K 19.4K 44
"Satu cinta saja tak cukup untukku, hatiku masih saja terasa sepi"__ Shani. " Senakal-nakalnya gue, gue nggak pernah tuh mainin hati orang"__ Gracia...
82.1K 3.4K 16
season 2 dari cerita "jangan benci aku ka"
19.5M 2.7M 74
Judul awal : Pak Dosen Pak Suami 🚫𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐔 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓🚫 UNTUK 17 TAHUN KEATAS!! "Shella udah gedee Bu...