Pencuri Hati

By PipiMochi

410K 21.2K 2.8K

Selamat Menikmati Fanfiction Pertama Saya Publish SEP'15 More

Pencuri Hati 1
Pencuri Hati 2
Pencuri Hati 3
Pencuri Hati 4
Pencuri Hati 5
Pencuri Hati 6
Pencuri Hati 7
Pencuri Hati 8
Pencuri Hati 9
Pencuri Hati 10
Pencuri Hati 11
Pencuri Hati 12
Pencuri Hati 13
Pencuri Hati 14
Pencuri Hati 15
Pencuri Hati 17
Pencuri Hati 18
Pencuri Hati 19
Pencuri Hati 20
Pencuri Hati
Pencuri Hati 21
Pencuri Hati 22
Pencuri Hati 23
Pencuri Hati 24
Pencuri Hati 25
Pencuri Hati 26
Pencuri Hati 27
Pencuri Hati 28
Pencuri Hati 29
Pencuri Hati 30
Pencuri Hati 31
Pencuri Hati 32
Pencuri Hati 33
Pencuri Hati 34
Pencuri Hati 35
Pencuri Hati 36
Pencuri Hati 37
Pencuri Hati 38
Pencuri Hati 39
Pencuri Hati 40
Pencuri Hati 41
Pencuri Hati 42
Pencuri Hati 43
Pencuri Hati 44
Pencuri Hati 45
Pencuri Hati 46
Pencuri Hati 47
Pencuri Hati 48
Pencuri Hati 49
Pencuri Hati 50
Pencuri Hati 51
Cuap Cuap PipiMochi
Pencuri Hati 52
Epilog

Pencuri Hati 16

6.6K 345 12
By PipiMochi

Hari ini Sinka ada kuliah pagi, tapi sebelum ia ke kampus seperti biasanya dia mengantar Shania ke sekolah terlebih dulu.

Sampai di kampus Sinka turun dari mobil, kemudian dirinya disambut oleh cemo'ohan teman-temannya yang ada di parkiran. Mereka semua berbisik juga berkata...

"Wiiiih... Artis kampus kita dateng, sob."

"Bisa kali kita liat nyatanya sekarang! Terus sentuh-sentuh dikit."

"Kelihatannya doang diem. Tapi ternyata menghanyutkan juga doi."

"Makanya lo jangan ketipu sama muka angelnya, tapi kelakuan sih sampah."

Sinka hanya bisa diam atas omongan yang ia dengar dari teman-temannya itu. Ia jalan sambil menunduk, dalam hati mungkin dirinya merasa malu karena semua teman kampusnya memandang Sinka dengan tatapan yang menggoda dan juga benci.

Tatapan menggoda dari cowok-cowok yang berkhayal tentang dia jika tidak menggunakan pakaian sehelai pun, dan tatapan penuh benci dari cowok atau pun cewek yang nggak suka atas kelakuan Sinka, karena dengan begitu nama kampus mereka jadi jelek, cuma gara-gara satu orang yang berkelakuan bodoh seperti Sinka.

Dug~

"Aduh!" rintih seseorang sambil memegang dahinya yang beradu dengan kepala Sinka, alhasil Sinka menabrak seseorang karena matanya tidak melihat ke depan.

"Sorry. Sorry gue gak sengaja," ucap Sinka merasa bersalah pada orang yang ditabraknya.

"Makanya kalau jalan pake mata," kata orang yang ditabrak Sinka dengan kesal.

"Iya maaf, gue salah. Tapi bukannya kalau jalan itu pake kaki bukan mata."

"Sinka!" teriak Chikarina dari kejauhan, kemudian Sinka mengarahkan pandangannya ke Chikarina yang melambaikan tangan.

"Sekali lagi gue minta maaf," ucap Sinka. Lalu dia pergi meninggalkan orang yang ia tabrak untuk menghampiri Chikarina.

Mereka berdua menuju kelas, Sinka menceritakan tentang cemo'ohan teman kampusnya tadi di parkiran. Sebagai sahabat Chikarina hanya bisa bilang, nggak usah mempedulikan omongan orang, anggap itu angin lalu, itulah ucapan Chikarina ke Sinka.

Didalam kelas Sinka masih tetap dapat tatapan menggoda dari teman laki-lakinya, dan juga tatapan tidak suka dari teman perempuannya.

Si sahabat Chikarina pun pasang badan untuk melindungi Sinka, dia membalas tatapan temannya dengan mata elang yang siap menerkam sang mangsa.

Karena perlindungan dari Chikarina itulah Sinka selamat dari mereka semua, dan akhirnya Sinka dapat berkonsentrasi di jam perkuliahan yang sedang berlangsung.

Setelah kelas usai, Sinka dan Chikarina seperti biasa menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.

Tapi sebelum sampai kantin, Sinka sudah dihadang oleh keempat teman kampusnya, "mending lo ikut kita sekarang!" kata Delima sambil merangkul bahu Sinka.

Keempat teman kampus Sinka itu adalah seniornya. Delima si lesung pipit yang cantik tapi angkuh, lalu Gaby si manis tapi bongsor, kemudian Shani si cerewet, dan Lydia si gadis tomboy.

"Mau ngapain sih?" ucap Sinka ketus.

Karena bahu Sinka dicengkram Delima kencang, hingga Sinka meringis kesakitan. Sedangkan Chikarina dihalang-halangi oleh ketiga temannya yang lain.

"Udah ikut kita aja, gak usah banyak tanya!" Delima menarik Sinka dengan kasar, sedangkan Chikarina nggak bisa berkutik pada seniornya, Gaby.

Untuk Shani dan Lydia, mereka berjalan membuntuti Delima juga Sinka, ternyata Delima mengajak Sinka masuk ke dalam toilet wanita.

"Keluar lo semua!" ucap Delima pada perempuan yang masih ada dalam toilet dengan kasar dan berteriak.

Mereka semua langsung keluar meninggalkan toilet. Delima, Lidya dan Shani tersenyum senang setelah melihat keadaan toilet sudah tidak ada satu orang pun lagi.

"Mau apa kalian?" tanya Sinka. Dia melepas tangan Delima yang sedaritadi mencengkramnya erat, lalu menghempaskan tangan Delima kasar.

Delima lalu mendorong kuat tubuh Sinka ke tembok, Sinka kaget dan terkejut, punggungnya yang terbentur tembok jadi sakit.

"Arrgghh..." rintih Sinka.

"Lo apain, Nicho?" sekarang malah Delima yang balik bertanya ke Sinka. Delima menekan kedua bahu Sinka dengan tangan untuk merapatkan lagi tubuhnya ke tembok.

"Maksud lo apa, Del?"

"Jangan belaga bego, Sin! Lo kan yang buat Nicho jadi sekarat dan sekarang ada di rumah sakit?"

"Jangan asal nuduh lo, Del! Kalau gak ada bukti."

"Gue gak perlu bukti. Karena sakit hati foto setengah bugil lo beredar di sosmed. Terus lo mau ngabisin Nicho, gitu? Licik lo jadi cewek, kaya body lo bagus aja. Sekarang lo terima pembalasan gue karena udah buat Nicho, cowok gue. Terbaring sekarat di rumah sakit."

Delima melihat ke Lydia dan Shani, mereka berdua mengerti dan langsung bergerak. Lydia mengambil air kotor bekas ngepel lantai kampus yang belum sempat dibuang oleh petugas pembersih, air kotor itu ada di ember pojokan dekat pintu toilet.

Langsung saja Lydia menyiramkan air kotor itu ke tubuh Sinka dari atas kepalanya, dan air itu langsung membasahi seluruh tubuh Sinka.

Sinka pasrah atas tindakan senior-seniornya, dia hanya berdiri diam sambil meneteskan air mata. Walaupun hati Sinka sakit atas perlakukan mereka. Sifat Sinka sama persis dengan Veranda, hatinya lembut dan tidak suka kekerasan.

Giliran Shani sekarang, dia mengambil ember kecil yang berisi lumpur penuh cacing, lalu menyiramkannya dari atas kepala Sinka, ternyata mereka sudah menyiapkan itu didalam toilet untuk memberi pelajaran ke Sinka.

Untungnya Sinka tidak merasa jijik dengan cacing, lagi-lagi Sinka hanya diam dan menangis, walaupun sebagian cacing sudah masuk ke dalam pakaian yang ia kenakan.

Delima tersenyum melihat Sinka sudah kotor dan tubuhnya penuh cacing, kemudian dia memegang dagu Sinka kencang, "ini belum seberapa Sinka, gue masih punya banyak permainan buat lo!" ucap Delima.

Ceklek~

Pintu toilet terbuka, cewek yang baru saja membuka pintu toilet itu tampak kaget dengan apa yang ia lihat, matanya mengarah ke Sinka lalu tersenyum.

Sinka memandang datar ke arahnya, entah apa arti dari senyuman yang ia berikan itu menurut Sinka, karena cewek yang masuk ke dalam toilet adalah cewek yang tadi pagi dia tabrak tanpa sengaja.

"Lo cari toilet di fakultas lain aja deh!" kata Lydia mendorong pintu toilet untuk menutupnya kembali, tapi dengan cepat cewek itu menahannya menggunakan kaki kanan supaya pintu tidak tertutup rapat.

"Sorry! Gue udah gak tahan, kebelet banget," ucap si cewek lalu dia mendorong pintu toilet dengan cepat dan langsung masuk ke dalam, lalu ia menutup pintu toiletnya, "lo gak kasian sama dia? Udah kotor gitu temen lo. Dan iih gilaaaaa... Cacingnya banyak banget!" kata si cewek itu lagi.

"Bukan urusan lo. Lo gak usah ikut campur!" ucap Delima sinis.

"Sadis. Gue bukannya mau ikut campur sama urusan lo, tapi gue bakal turun tangan kalau ada orang yang tertindas didepan mata gue," ucap si cewek santai sambil menyenderkan tubuh kecilnya ke belakang pintu toilet, dan kedua tangan dia lipat didepan dada.

"Arrgghh, banyak mulut lo!" kata Lydia kesal dan melayangkan tangannya ke pipi si cewek.

plaaaakkk~

Satu tamparan mengenai pipinya yang putih. Si cewek langsung berdiri tegap pada kedua kaki karena tamparan itu.

Sinka terkejut melihatnya, lalu memejamkan kedua mata, dia nggak tega melihat kelakuan kasar dari para seniornya itu.

Si cewek memegang pipi dengan tangan kanan lalu tersenyum, "sakit juga tamparan lo. Lo gak mau ngelakuin juga ke pipi sebelah kanan gue?" sambil menunjuk Delima dengan tatapan yang tajam.

Ceklek~

Pintu toilet tiba-tiba terbuka, ternyata yang masuk ke dalam toilet adalah Gaby.

"Rona!" Gaby terkejut dengan adanya Rona didalam toilet bersama teman-temannya.

"Lo kenal dia, Gab?" tanya Delima heran.

"Gila lo, Del! Lo gak tau kalau dia anak pemilik yayasan kampus kita?!" Gaby ketakutan menatap Rona, lalu dia langsung pergi meninggalkan toilet tanpa bicara lagi.

Delima, Lydia dan Shani juga langsung terkejut ketika mendengar ucapan dari Gaby, mereka bertiga keluar toilet dengan tergesa-gesa.

Rona hanya tersenyum melihat ketiga seniornya itu pergi ketika mengetahui siapa dia sebenarnya, "gagal deh gue main-main ke mereka," kata Rona dengan suara kecil.

Setelah mereka semua pergi, Rona mendekati Sinka, dia menyuruh Sinka untuk membersihkan dirinya didalam toilet dan mengeluarkan pakaian dari dalam tas. Ia memang selalu membawa pakaian ganti didalam tasnya untuk sekedar berjaga-jaga kalau pakaiannya sobek atau basah.

"Semoga bajunya pas di tubuh lo," kata Rona sambil memberi pakaian itu ke Sinka. Dia memberikan flanel kotak-kotak warna hitam bergaris putih, nggak lupa celana jeans robek-robek dibagian dengkul. Sinka mengambil pakaian itu dari tangan Rona, kemudian ia tersenyum pada Rona.

Setelah satu jam Sinka membersihkan tubuhnya, ia keluar dari dalam toilet, untung flanel dan celana jeans Rona pas di tubuh Sinka. Sedangkan Sinka jalan tanpa menggunakan alas kaki karena sepatunya sudah kotor.

Chikarina yang melihat sahabatnya dalam keadaan baik-baik saja langsung menghampirinya dan memeluk Sinka. Dia minta maaf karena nggak bisa membantu Sinka dari senior kurang kerjaan itu.

Sinka sudah memaafkan sahabatnya sebelum ia minta, karena bagi dia Chikarina sudah menjadi sahabat yang baik dengan terus berada disamping Sinka dan nggak ikut-ikutan mencemo'ohnya seperti yang lain.

Setelah itu Rona mengantar Sinka pulang ke rumah, karena dia masih syok dengan kejadian tadi, sedangkan Chikarina nggak bisa mengantarkannya pulang karena masih ada kelas. Sinka pun pamit ke Chikarina untuk pulang.

Sinka memberikan kunci mobilnya ke Rona, mereka berdua masuk ke dalam mobil lalu tancap gas full.
.
.

Bel berbunyi tiga kali, itu menandakan kalau pelajaran sudah usai. Shania membereskan buku-buku pelajaran dia dan memasukannya ke dalam tas.

Semua murid berhamburan keluar kelas, dan Shania sedang berjalan menuju parkiran sekolahnya untuk segera pulang. Dia membulatkan mata ketika orang yang menjemputnya dan sudah ada di parkiran adalah Boby.

"Kok lo sih yang jemput gue?" tanya Shania jutek. Saat ini Shania sudah berada didepan Boby.

"Iya, tadi anti Kinal telepon gue, katanya bang Ucok lagi disuruh ke Bogor. Ada urusan," jawab Boby.

"Kan gue bisa naik bus sekolah kalau emang bang Ucok gak bisa jemput," ucap Shania. Lagi-lagi dia bicara dengan juteknya ke Boby.

Boby menghela nafas berat, "jadi lo gak mau nih gue jemput terus gue anter pulang? Ok, gue bisa balik lagi kalau gitu," Boby melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam mobil, dia memutari mobilnya dari depan dan menekan tombol ON pada kunci.

Lalu Shania dengan cepat membuka pintu mobilnya untuk masuk ke dalam, ketika Boby sudah masuk ke dalam mobil, dia tersenyum ke Shania.

Kemudian Boby menyalakan mesin mobil dan memasang seat bealt, Shania pun ikut memasang seat bealtnya biar safety. Setelah itu Boby injak gas dan meluncurlah mobil dia di jalan dengan kecepatan rata-rata.

Empat puluh lima menit kemudian Shania sampai di rumah, Boby langsung pamit pada Shania, karena dia ada kuliah siang ini. Boby titip salam untuk anti Veranda dan nenek, minta tolong sampaikan permintaan maafnya ke mereka berdua karena nggak mampir.

Shania langsung masuk ke dalam rumah ketika Boby sudah pergi meninggalkannya, "mama, nenek... Shania pulang!" teriak Shania kala dia sudah membuka pintu rumahnya.

Shania jalan mencari keberadaan mama dan neneknya, ternyata orang yang dicari Shania sedang ada di meja makan bersama Kinal.

Saat itu juga Shania mencium pipi mereka bertiga, "kamu pasti laper? Sekarang pergi ke kamar terus ganti baju, lalu makan siang sama-sama di sini. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu," ucap Veranda.

"Iya mah, nanti ya? Aku mau makan siang bareng mimi dulu, jarang-jarangkan mimi pulang untuk makan siang bareng kalau hari kerja gini?!" Shania menyatukan kursi meja makan ke Kinal. Kinal tersenyum melihat kemanjaan Shania, kebetulan Kinal hari ini pulang untuk makan siang bersama.

"Mih, aku boleh gak minta sesuatu?"

"Apa itu Shania sayang?"

"Aku gak mau dijemput atau dianter sama Boby kemana pun aku mau pergi."

"Loh, kenapa? Boby galak sama kamu?"

"Dia gak galak sama aku."

"Terus kenapa?"

"Mih, akukan butuh privasi aku sendiri. Aku risih digituin, mimi harus percaya ke aku sepenuhnya, kalau aku gak akan mengulangi kesalahan yang sama."

Kinal tersenyum mendengar Shania protes padanya, Veranda dan mama pun tersenyum dengan kata-kata Shania. Menurut Veranda Shania sama seperti Kinal, dia sangat suka berterus terang tanpa basa-basi, pokoknya langsung ke titik persoalan.

"Tunggu kamu sampai kuliah, ya? Baru mimi akan memberikan kebebasan sama kamu sepenuhnya."

Shania menghela nafas dengan kesal, karena permintaan dia ditolak Kinal.

"Ya udah. Lebih baik kamu makan siang sekarang, nanti miminya keburu balik lagi ke kantor loh! Gak usah ngomongin itu dulu," ucap nenek ke cucu tersayangnya, Shania.

"Siang semuanya," sapa Sinka. Mereka berempat langsung mengarahkan pandangan untuk beralih melihat Sinka.

Mereka terkejut dengan keadaan Sinka, Kinal seketika berdiri dari kursi, lalu diikuti oleh Veranda, mama dan Shania untuk mendekati Sinka.

Kinal menanyakan kenapa Sinka bisa pucat seperti ini? Dan dia tampak kumel. Senyum manis di bibirnya pun tak terlihat.

"Rona!" kata Kinal membulatkan mata untuk menatap Rona.

"Siang anti," ucap Rona tersenyum. Kinal pun menjawab salam Rona.

Rona sekarang tahu kalau Sinka itu anak dari Kinal, atasan papanya di Jarum Group. Karena Kinal dan Rona sebelumnya pernah bertemu pada acara ulang tahun papa Rona beberapa bulan yang lalu.

Lalu Kinal menanyakan kenapa Sinka bisa seperti ini ke Rona, dan Rona menceritakan pada Kinal semuanya tentang apa yang terjadi dengan Sinka tadi di kampus.

Veranda membawa Sinka duduk di sofa ruang keluarga, sedangkan Shania ikut duduk di sofa lalu memeluk kakanya erat.

"Anti Kinal tenang aja, mereka berempat akan jadi urusanku nanti," kata Rona tenang ke Kinal.

Kinal lega dengan kata-kata Rona. Karena Rona anak dari pak Bowo direktur marketing Jarum Group, sedangkan mama Rona lah pemilik yayasan kampus tempat dimana Sinka dan Rona kuliah.

Kinal berlutut didepan Sinka, "kamu gakpapa, sayang? Maafin mimi ya? Karena gak bisa jagain kamu," kata Kinal sambil mencium kedua tangan Sinka.

Sinka menggelengkan kepalanya cepat, kemudian memeluk Kinal yang ada dihadapannya. Dia mengatakan kalau ini bukan salah Kinal.

Setelah itu Shania menemani Sinka kakanya pergi ke kamar, lalu ia pamit ke semuanya untuk meninggalkan mereka di ruang keluarga.

Tapi sebelum ke kamar, Sinka berterima kasih pada Rona untuk semua pertolongan dia.

Sedangkan Kinal mengantarkan Rona kembali ke kampus karena dia masih ada kuliah. Kinal berterima kasih banyak pada Rona karena sudah membantu Sinka. Setelah mengantarkan Rona ke kampus, Kinal kembali lagi ke kantor.

Ketika Rona sampai kampus, dia langsung ke ruang ketua program sastra Jepang, Rona menginginkan keempat mahasiswi yang bernama Delima Rizky, Gabriela Warouw, Shani Indira Natio, Lidya Maulida untuk di non aktifkan dari President University.

Kerena menurut Rona mereka berempat akan membawa pengaruh buruk ke mahasiswa dan mahasiswi di kampusnya.

Ketua program sastra Jepang pun nggak bisa menolak keinginan si anak pemilik yayasan, akhirnya dia segera mengeluarkan surat untuk menonaktifkan mereka berempat dari kampus.
.
.

Tok Tok Tok

"Masuk,"

"Non Shania, ada mas Boby dibawah. Mau ketemu katanya," ucap bi Ana pada Shania setelah dia membuka pintu kamar.

"Ngapain dia, bi?"

Bi Ana menjawab dengan gelengan kepala, menandakan kalau ia tidak tahu maksud kedatangan Boby malam-malam ke rumah. Shania langsung bangun dari kursi meja belajarnya, lalu dia keluar kamar bersama bi Ana.

Dimana Shania berjalan untuk menghampiri Boby yang sedang ada di teras rumah, sedangkan bi Ana kembali lagi ke kamarnya dibelakang.

"Ngapain lo malam-malam gini ke rumah?" tanya Shania, lagi-lagi dengan tampang juteknya.

"Novel lo ketinggalan di mobil," jawab Boby menyodorkan novel itu ke depan Shania, kemudian Shania mengambilnya dengan cepat dan kasar.

Boby menggelengkan kepala sambil menarik bibir untuk senyum dipaksakan.

"Sampai kapan sih lo bersikap jutek ke gue?" kata-kata itu terlontar dari mulut Boby, mungkin dia lelah dengan sikap Shania yang selalu jutek padanya.

"Selamanya...." jawab Shania cepat tanpa melihat ke Boby yang sedang menatap dia.

"Kenapa? Kasih gue alasan buat sikap lo itu ke gue?"

"Gak suka aja sama lo yang sok jadi bodyguard gue segala."

"Bukannya itu bagus, dengan gitu lo akan jauh lebih aman."

Shania malas bicara pada Boby, karena menurut Shania penjelasannya itu sudah jauh lebih dari cukup untuk mengusir Boby dari rumah.

Kemudian Shania dengan cepat balik badan dan melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam, tapi Boby menahan tangan Shania, dia pun menghentikan langkahnya lalu membalikan badan, "kenapa lagi? Kan lo udah nganterin novelnya, sekarang lo boleh pulang!"

"Gue suka sama lo," ucap Boby. Sontak ucapan itu membuat Shania membulatkan mata lalu menatap tajam pada cowok yang selalu dia jutekin semenjak pertama kali bertemu, "iya Shan, gue suka sama lo sejak pertama kali kita ketemu. Awalnya gue sangsi sama perasaan gue ini, dan semakin lo jutek sama gue, semakin gue penasaran untuk ngerubah sifat lo itu," tambah Boby.

"Otak lo udah gak waras? Mau gimana pun kita sepupu, mending lo bunuh rasa suka lo, cinta lo sama gue. Karena itu akan sia-sia, gue gak akan pernah balas rasa yang sama ke lo!" Shania melepaskan tangan Boby yang memegang tangannya sedaritadi.

"Tapi Shan, kita saudara sepupu yang gak sedarah, jadi itu gak masalahkan?"

"Anti Kinal mimi gue, dan dia menikah sama mama gue. Jadi tolong lo inget baik-baik itu," kemudian Shania balik badan untuk pergi dan melangkahkan kakinya meninggalkan Boby, tapi sebelum dia menutup pintu, Shania berkata lagi, "dan mulai besok lo gak usah jemput gue di sekolah, atau nganterin gue kemana pun gue mau pergi. Gue akan bujuk mimi untuk gantiin lo sama bang Ucok... Oya satu lagi, kalau lo udah bisa bunuh perasaan lo itu, gue baru mau ngomong sama lo," Shania masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.

Boby terdiam dengan jawaban yang diucapkan Shania tadi, dia sadar karena bagaimana pun mereka berdua saudara sepupu, dan Shania pasti akan menolak cinta Boby, tak seharusnya rasa itu hadir diantara dia dengan Shania, 'gue bakal bunuh perasaan gue sama lo Shan, perlahan...' gumam Boby dalam hati, lalu dia masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan rumah Shania.

Veranda membawa makanan ke kamar Sinka malam itu, sejak pulang tadi siang Sinka belum makan sama sekali. Veranda nggak mau sampai anak sulungnya itu jatuh sakit.

Saat veranda masuk ke dalam kamar, ternyata Sinka sudah tidur pulas, lalu dia menaruh makanan yang dibawanya diatas meja belajar Sinka.

Veranda duduk dipinggiran tempat tidur, membelai lembut rambut Sinka lalu tersenyum, "mama sayang banget sama kamu," ucap Veranda pelan.

Setelah itu Veranda meninggalkan kamar Sinka dan menuju kamarnya sendiri. Di kamar sudah ada Kinal yang duduk diatas tempat tidur sambil menyandarkan tubuhnya dan memejamkan kedua mata.

Veranda mendekati Kinal untuk memeluknya, lalu ia mencium pipi kiri Kinal lama, "semoga setelah ini Sinka atau pun Shania nggak dapat masalah lagi," ucap Veranda ketika selesai mencium pipi Kinal.

Mata Kinal terbuka, kemudian ia menoleh ke Veranda.

"Semoga," kata Kinal. Dia membalas pelukan Veranda dengan erat.

Lalu Kinal mematikan lampu kamarnya, mereka berdua malam itu tidur cepat untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran.

Continue Reading

You'll Also Like

131K 10.6K 40
Sinopsis 2017: Jatuh hati sama seseorang yang terlihat mempesona itu biasa. Apalagi kalau dianya nyaris sempurna. Tapi, pernah kamu membayangkan baga...
15.4K 859 20
"Ra, sebeneranya gua cuma bercanda doang bilang suka sama lu. Gua lakuin itu karena gua lagi taruhan sama sepupu gua" "Nuc, kamu kenapa sih? Sakit?"...
1.5K 141 6
setelah amelia meninggal kini hidup jeny berubah menjadi kacau,setiap hari hanya mengurung diri di kamar,dan meluk foto amelia,ibu nya pun bingung me...
1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...