Joifuru High School

By jurimayu14

102K 6.6K 270

Kisah tentang 4 idola cowok semasa SMA dengan para gadis di dekat mereka. *jahhh lolz Cerita ini diikutkan da... More

Kata Pengantar
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 (Flashback)
15
16
17
18 (Now)
19 (Flashback)
20 (Now)
21
22
23
24
25
26
27 (Now)
28
29
30
31
32
33 (Now)
34 (Flashback)
35 (Now)
36
37 (Now)
38
39
40
41 (Flashback)
42
43 (Now)
44 (Flashback)
45 (Now)
46
47
48 (Now)
49
50
51 (Now)
52
53 (Now)
54
55
56 (Now)
58 (Flashback cont)
59 (Flashback cont-2)
60 (Flashback cont-3)
61 (Now)

57 (Flashback)

1.3K 83 0
By jurimayu14

"Elaine diculik!!" Ucap Hamids ngos-ngosan sambil menunjukkan tulisan yang ada di HPnya pada semuanya.

Tentunya ucapan itu mengagetkan semuanya. Tidak percaya Gracia dan Deni memegang tangan Hamids dan melihat HP Hamids.

"Joitus." Ucap Deni.

Langsung saja semuanya melihat HP mereka masing-masing.

"Hmm."

Deva menghela nafasnya lalu menatap Michelle, Michelle hanya menggeleng.

"Gracia!" Panggil Deva tiba-tiba kagetkan Gracia yang sedang melihat HPnya. "Titip Michelle."

Gracia mengangguk lalu menghampiri Michelle, Deva menatap sejenak gadis itu lalu kembali memberi arahan.

"Shan, jagain Kak Ve. Nanti Boby akan kabarin lo." Deva menatap Deni dan Hamids. "Nob, Mids. Bantu gw, kita berpencar cari Elaine. Jangan lupa telepon Kak Naomi."

Keduanya mengangguk mantab.

"Eumm, tapi-"

Hamids terlihat ragu mengucapkan kata-katanya. Melihat Hamids ragu, Deva kembali membuka HPnya entah apa yang dilakukannya.

TING!!

Bunyi notif di HP Hamids, terlihat ada satu undangan grup dari Deva yang diterimanya.

"Itu grup chat Kak Deva dan yang lainnya. Join dan kabarin kesitu."

"Wow!"

Hamids terlihat begitu girang diundang dan bisa 'bergabung' dengan Deva padahal itu hanya di aplikasi chating. Gracia langsung memukul pundak kekasihnya itu.

"Bukan saatnya untuk girang." Omelnya.

"Gw ke Selatan. Nobi ke Barat dan Hamids ke Timur. Sementara para cewek menunggu di taman J. Dan lo, By-"

Deva menatap Boby, Boby hanya mengangguk dengan cepat tinggalkan semuanya. Mata Deva dan Veranda sempat bertemu, senyum tipis keduanya dipamerkan.

"Ayo!" Ajak Deva pada Hamids dan Deni.

Veranda terus menatap kepergian Deva yang perlahan hilang setelah mengusap lembut kepala Michelle, sedikit menyakitkan baginya.

Saat teman-temannya sudah pergi keluar dari Joifuru untuk mencari Elaine, Boby masih ada di sekolah besarnya mencari seseorang. Orang lain yang harusnya lebih dahulu tahu.
"Sepertinya terburu-buru?" Tanya Viny dari kejauhan.

Boby menghentikan larinya, lalu menatap gadis itu. Yang sedang bersama dengan pengurus-pengurus Joitus disana. Ada Yovie, Hanna, Sinka, Ayana dan Lidya juga tentunya.

"Panik banget sih sama hilangnya gadis bebek itu." Ucap Sinka kali ini dengan sinisnya.

"Ckck Boby. Udah punya cewek kan, ya? Kok masih mikirin yang lain?" Tanya Lidya.

"Mereka emang geng playboy sok keren! Shania aja udah gw peringatin, tetep aja suka. Heran gw." Ucap Hanna.

Tapi, Boby hanya diam memperhatikan keenamnya secara bergantian.

"Kalau cari Farish, dia ada di perpustakaan. Hahaha aneh, ya?" Kali ini Yovie berbicara, memberitahukan keberadaan Farish.

"Tapi, kalian bilang pengurus Joitus gak ada yang bisa dipercaya, kan?" Viny kembali bertanya, menatap Yovie lalu tersenyum, begitu juga dengan Yovie. "Jadi, apakah mantan anggota kami ini memilih percaya pada kami? Atau dengan soknya mencari Farish di tempat lain?" Tanya Viny kembali dan tersenyum pada Boby.

Tanpa kata Boby pun meninggalkan mereka, menuju perpustakaan. Dan benar, Farish masih ada disana....

~~~

Di sebuah gedung usang tak terpakai yang sebenarnya tidak jauh dari keramaian pasar. Seorang preman menggendong tubuh Elaine bagaikan membawa sebuah karung beras ke dalamnya.

BRUK!!!

Dengan seenaknya preman itu meletakkan tubuh Elaine keatas kardus-kardus. Kini, gadis itu sedang bersama 3 preman.

"Bocahnya pingsan bos. Gimana nih?" Tanya preman 1 setelah meletakkan tubuh Elaine.

"Yah, gak gimana-gimana lah." Si bos preman mengeluarkan pisaunya. "Justru bagus, kan. Jadi kita bisa seneng-seneng tanpa kesusahan."

Sementara Elaine dalam keadaan gawat seperti itu, seseorang yang mengaku dirinya 'sahabat terbaik' Elaine sedang tertawa dan senyum-senyum sendiri sambil memandangi gedung usang itu dari kejauhan.

"Hmm. Dengan begini pada akhirnya Michelle-lah yang akan disalahkan atas semua yang terjadi." Ucap Andela pada dirinya sendiri.

"Jadi, dari awal memang berniat untuk menggunakan pertengkaran Michelle dan sepupumu sendiri. Lalu menghancurkan keduanya bersamaan?" Tanya seseorang di belakang Andela, kagetkan dirinya.

"Kak Boby? Kenapa masih disini?"

Boby hanya diam, Andela langsung berbalik, kali ini dia lebih kaget saat melihat Boby bersama seseorang. Seseorang yang menurutnya harusnya juga ada di dalam sana.

"Kak Shania?? Kenapa ada disini?!"

"Sepertinya ada kesalahan komunikasi antara kamu, Michelle dan preman yang kamu mintai tolong itu."

Boby pun menunjukkan HPnya, terlihat Joitus di layar HP Boby. Andela langsung memeriksa HPnya.

"I-ini- Kenapa cuma... Elaine?"

PLAK!!

Belum selesai Andela dari kagetnya melihat berita Elaine di Joitus, Shania menampar gadis itu. Boby benar-benar kaget melihatnya. Pipi yang masih sakit bekas ditampar Elaine itu kembali memerah.

"Kamu bilang kamu sahabat terbaik Elaine?! Lihat apa yang kamu lakuin!!" Teriak Shania sambil memegang kerah baju Andela. "Kak Shania tahu, Kak Shania jahat sama kamu. Michelle juga mem-bully kamu. Tapi, Andela yang Kak Shania dan Kak Ve tahu anak yang baik, anak yang rajin, penurut dan ramah sama orang! Bukan pendendam seperti ini! Kemana Andela yang dibangga-banggain Kak Ve?!" Teriak Shania, tanpa disadari air matanya menetes.

"Kak Shania, aku-"

"Kebakaran!! Tolong!!"

Tiba-tiba suara rusuh orang-orang berteriak terdengar dari arah pasar yang mengelilingi gedung usang itu. Alihkan perhatian mereka bertiga.

"E-Elaine!!" Andela berteriak kencang ke arah sumber suara, hampir saja berlari ke pasar itu, namun Boby menahannya.

"Kita pergi ke tempat Michelle dulu sekarang."

"Ta-tapi-"

"Ikut Kak Boby!!"

Boby pun menarik Andela, membawanya ke tempat teman-teman mereka.

Sementara itu di dalam gedung usang itu.....

BRAK!!

BRUG!!

BRAK!!

Terdengar suara gaduh di luar sana.

"Ada apaan, tuh?" Tanya si bos preman. "Coba cek gih sana." Perintahnya pada preman 2, preman 2 itu langsung menurutinya dan pergi mengeceknya. "Lalalala." Si bos preman mulai membuka dasi Joifuru yang mengikat di leher Elaine perlahan, setelah membuka blazer Elaine sebelumnya.

"Bo-bo-bos!" Preman 2 kembali cepat dengan wajah begitu panik. "Ke-kebakaran. Pasar sebelah kebakaran."
"Hah? Ya, terus?"

"Apinya jalan kesini!"

"Wa-waduh! Gawat!!" Si bos preman bangkit. "Lebih baik kita pergi dari sini. Gw gak mau mati!!" Panik si bos preman.

"Terus, nih bocah gimana bos?" Tanya preman 1 sambil menunjuk Elaine yang masih pingsan.

"Biarin aja dah! Gak penting. Bukannya kita juga disuruh bikin nih bocah mampus? Udah ayo cepetan cabut!!"

Ketiga preman itu lalu kabur dengan terburu-buru tinggalkan Elaine seorang diri.

Bersama Boby dan Shania, Andela dibawa ke tempat Michelle, Deva dan yang lainnya berkumpul. Tidak jauh dari keramaian yang terjadi.

"Andela?" Panggil Gracia saat melihat kedatangan Andela.

PLAK!!

Tanpa kata dan mengejutkan semuanya, Michelle menampar Andela. Tiga kali di hari itu Andela menerima tamparan di bagian pipi yang sama.

"Ndel!! Apa yang lo lakuin?! Gimana kalau Elaine kenapa-napa?! Kenapa bisa Elaine yang ada disana?!!" Teriak Michelle terlihat begitu kesalnya.

"Gw tanya balik. Kenapa Kak Shania masih disini?! Lo nyelamatin dia?!" Andela balas teriak.

"Gak usah ngomong yang aneh-aneh. Gw cuman tanya, kenapa bisa Elaine yang mereka culik?!"

"Gak usah tanya gw! Lo gak nyadar diri emangnya, Syel?! Hah?!"

"Bodoh!! Ini semua gegara lo juga, kan! Lo yang rencanain ini semua tahu!"

"Gw emang rencanain ini! Tapi, lo juga setuju, kan?! Lo yang mulai Syel! Inget lo yang mulai!!"

"Cukup!!" Teriak Deva melerai keduanya. "Gak ada yang benar dalam hal ini! Kalian sama aja! Sadar kalian siapa yang kalian libatkan dalam balas dendam kalian selama ini?! Apa salah Elaine?!"

Michelle dan Andela diam, keduanya sama-sama terlihat kesal.

"Sekarang cukup. Pertengkaran kalian gak akan nyelesein apapun!!"

"Kak Boby!!" Michelle tiba-tiba mendekat ke arah Boby. "Kenapa masih disini?! Elaine disana sama tiga preman! Kak Boby!!"

"Ada orang yang lebih pantas untuk menyelamatkan Elaine-" Jawab Boby, namun Michelle terlihat tidak puas dengan jawaban itu.

Lagi, tanpa kata Michelle berlari tinggalkan mereka, menembus kerumunan orang-orang yang sedang menyelamatkan diri dari besarnya api yang sedang dipadamkan itu.

"Michelle!!" Teriak Deva terkejut, lalu mengejar Michelle.

Mungkin terlihat biasa saja dimata yang lain tapi tidak bagi Veranda. Tidak ada angin, tidak ada hujan, kalung dari Deva yang selama ini melingkar di leher Veranda, putus begitu saja. Sebuah pertanda kah?

Di dalam gedung usang itu, ternyata seorang Farish telah terlebih dahulu mencari Elaine. Terasa sangat panas karena si jago merah memang telah menjalar ke gedung tersebut. Keringat membasahi seragam Joifuru Farish.

"Elaine!!" Teriak Farish.

Tiba-tiba tiga preman yang menculik Elaine muncul dihadapannya.

"Mi-minggir!!" Teriak si bos preman.

Namun Farish tidak menyingkir dan malah memukul muka si bos preman Menjegal kaki si preman 1 hingga jatuh. Preman 2 yang kaget dan tidak bisa berhenti mendadak ikut terjatuh menimpa tubuh si preman 1.

Perkelahian singkatpun terjadi. Preman 2 bangkit, mulai memukuli Farish. Namun Farish bisa menangkisnya dan balas memukul lalu menendangnya hingga membentur tembok belakangnya. Kali ini preman 1 yang menyerang, namun perkelahian mereka terganggu saat sebuah kayu jatuh nyaris menimpa mereka.

Dengan memanfaatkan hal itu, si bos preman menusuk pinggang kanan Farish dengan pisaunya, tidak dalam tapi cukup membuat Farish kehilangan keseimbangannya.

"Ahh. Brengsek."

Ketiga preman itu langsung berlari tinggalkan Farish. Pisau yang masih menancap di pinggangnya itu dicabut olehnya perlahan.

"A-Aw. Argh!"

Darahpun keluar dari pinggangnya. Farish melempar pisau itu, mencoba kembali berdiri. Kuat atau tidak, Farish tetap harus mencari Elaine.

Sementara itu dari bagian sisi gedung lainnya, Michelle juga mencari Elaine.
"Elaine!!" Teriak Michelle sambil melihat-lihat sekelilingnya.

Dia benar-benar memaksakan dirinya, dadanya begitu sesak, batuk-batuk mulai menyerangnya. Tapi Elaine lebih penting daripada dirinya sendiri baginya saat ini.

"Elaine." Dengan darah yang masih mengalir Farish berlari.

Tidak memperdulikan bau dan rasa panas yang disebabkan si jago merah, mencari gadis tomboy nan lucu yang dicintainya.

Tidak jauh dari tempatnya, terdengar suara seorang Deva.

"Michelle!! Elaine!! Farish!!"

Deva yang berusaha adil dan mencari ketiganya, kayu-kayu gedung itu mulai berjatuhan, halangi perjalanannya.

"Farish!!" Teriak Deva saat melihat sosok Farish yang agak gontai.

Dengan cepat Deva berlari menuju ke arah Farish.

"Farish?! Lo kenapa??"

Sambil masih bisa tersenyum, Farish menunjukkan tangannya yang penuh darah, darahnya sendiri. Deva langsung melihat ke arah pinggang Farish.

"Siapa? Siapa yang ngelakuin ini?!"

"Preman-preman sialan itu." Jawab Farish, mukanya mulai pucat.

Melihat itu Deva langsung mengambil dasinya dan dasi Farish. Menggabungkannya dan mengikatnya di pinggang Farish, melakukan pertolongan pertama agar darah Farish tidak terus mengalir.

"Arghh!!" Erang Farish begitu keras.

"Lebih baik?"

"Sakit bangke!" Farish tersenyum. "Makasih, Va."

Dengan bantuan Deva, Farish kembali berdiri dengan benar.

"Tapi, kenapa lo bisa ada disini?"

"Hmm. Michelle, Michelle kesini juga nyari Elaine."

"Apa?!" Farish kaget. "Michelle? Lebih baik lo cepet cari Michelle, Va!"

"Tapi, lo gak apa-apa gw tinggalin?"

"Gw gak apa-apa. Cepet Va!!"

Deva pun tinggalkan Farish, mulai mencari Michelle.

Sementara itu, korban yang sebenarnya mulai sadar dari pingsannya. Namun api sudah mulai menyelimuti ruangan tempat dimana Elaine pingsan.

"Kak Fa- Arghh!!" Erang Elaine saat mencoba bangkit, tapi dia tidak bisa. "Arghh! Ke-kenapa?!"

Elaine pun melihat ke arah kakinya, beberapa kayu telah menimpa kakinya. Dengan susah payah Elaine berusaha menyingkirkannya.

Beberapa menit berlalu Elaine akhirnya berhasil, namun dirinya tidak bisa mengangkat kakinya, terpaksa Elaine merangkak.

BRAK!!!

Begitu kencang kayu di atas Elaine jatuh mengenai kepalanya. Membuat bagian belakang leher itu keluarkan darah segarnya, membuat Elaine perlahan kehilangan kesadarannya. Namun dia tersenyum karena dia melihat Farish di depannya, dan itu bukan sekadar ilusi.

"Elaine!!" Teriak Farish, terdengar sebelum akhirnya Elaine benar-benar kehilangan kesadarannya.

Sementara itu Deva akhirnya menemukan Michelle, yang sudah pingsan di posisi yang sama seperti sebelumnya.

"Michelle!! Michelle! Bangun Michelle!!"

Deva makin panik saat melihat ada darah yang tercecer di sweater pink yang dipakai gadis itu.

"Lele! Bangun!! Jangan bercanda sama Oppa!! Michelle!!"

Langsung saja Deva mengangkat dan menggendong Michelle keluar.

Dengan menggendong Elaine ala putri, Farish membawa gadis itu menuju teman-teman mereka.

Terlihat sudah ada dua ambulans disana. Langsung saja, petugas ambulans mengurus Elaine, mengikuti para petugas, Farish ditemani GreMids couple masuk ke dalam ambulans, lalu ambulans itu pergi.

Tidak berapa lama, Deva dengan gaya yang sama seperti Farish, muncul bersama Michelle yang juga pingsan. Petugas ambulans langsung membantunya. Tanpa menyapa Veranda entah lupa atau karena panik, Deva mengabaikan Veranda, lalu masuk ke dalam ambulans, ditemani Andela dan Boby.

TIN... TIN...

Bunyi klakson mobil sadarkan Shania dan Veranda yang hanya diam sedari tadi.

"Ve! Shania!! Ayo!!" Teriak Naomi, sadarkan keduanya.

Sudah ada Deni di kursi penumpang depan. Dengan cepat, Shania dan Veranda masuk ke dalam mobil abu-abu Naomi.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 83.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
524 68 38
Amore..... ➀; α΄‘α΄‡ΚŸα΄„α΄α΄α΄‡ ᴛᴏ α΄›ΚœΙͺs Κ™ΚŸα΄Ι’.β†Ά
78.1K 9.9K 47
Shani Alexa "Hahhh sudah lama tidak mencium bau aroma SMA" "selamat menjadi murid lagi shani" kenzie "Pintar sekali anak-anak sekarang, mereka berma...
78.7K 5.2K 45
Tuhan memberikan sentuhan keajaiban pada sosok gadis bernama Veranda. Dan bagaimana takdir mempermainkan Shania adik dari Veranda yang keduanya menci...