22

1.3K 104 8
                                    

Hujan terus turun dan tetap membasahi bumi. Saat ini Shania sudah di dalam kamar Veranda, menemani sang kakak. Meninggalkan Farish bersama Boby di ruang tamu mereka.

“Lo tahu soal ini, kan?” Tanya Farish pada Boby, membuka pembicaraan diantara keduanya.

Boby hanya diam, jujur dirinya tidak ingin membahas soal kejadian barusan atau apapun mengenai cerita cinta segitiga sahabatnya itu.

“Jawab gw! Boby!” Kesal Farish sambil memegang kerah baju Boby dengan kedua tangannya.

Namun Boby tetap diam dan memandang Farish tajam.

Sementara itu, di kamarnya Veranda menangis, Shania bingung harus bagaimana. Ini pertama kalinya dia melihat kakaknya yang tegar menangis. Shania ingin dia dan kakaknya bisa saling bercerita dan berbagi.

“Kak Ve. Udah dong nangisnya. Shania kan jadi ikut sedih.”

“Shania. Maafin kak Ve.”

“Lah? Kenapa minta maaf sama aku?”
“Gak apa-apa. Bisa tinggalin Kak Ve sendirian, Dek?”

Shania hanya menghela nafas, menuruti permintaan kakaknya dan turun ke ruang tamu, untuk menghampiri Farish dan Boby.

“Lebih baik lo pulang sekarang Rish. Sebelum-”

“Ve!! Ve! Veranda!!” Teriak Deva di depan rumah Veranda, berharap kekasihnya itu keluar menghampirinya dan berbicara dengannya.

“Diam disini!” Ucap Boby pada Farish, Farish pun melepaskan pegangan tangannya.

Boby pun keluar menghampiri Deva. “Berhenti, Va!” Teriak Boby membalas Deva yang masih berteriak.

“Bo-Boby? Lo disini? Jangan-jangan ‘dia’ juga ada disini?” Tanya Deva, Boby hanya terdiam menatap sahabatnya yang penuh emosi itu. “Benerkan? Farish keluar lo!! Farish!” Teriak Deva kembali, Farish di dalam nyaris saja menghampiri Deva kalau saja Shania tidak mencegahnya. “Bajingan! Farish keluar lo!!”

BUGH!!

Suara pukulan keras melayang ke muka Deva.

“Tenangin diri lo! Dan biarkan Kak Ve tenang dulu!” Teriak Boby.

“Lo mukul gw? Udah lama, ya? Oke, By!”

Deva akhirnya pergi, Boby sadar tidak seharusnya dia begitu, tapi itulah yang paling cepat menghentikan Deva.

Hari pertama di minggu baru. Deni sendiri di home, memandangi turunnya hujan yang tidak berhenti terus membasahi bumi. Ini bukan pertama kalinya bagi Deni, sendiri di home. Namun kali ini berbeda, home terasa begitu sepi, sepi yang mencekat. Sepi yang diharapkannya bisa berakhir, dan ketiga sahabatnya kembali berkumpul di home.

SREK!

Bunyi pintu bergeser. Deni membalikkan badannya sambil tersenyum berharap salah satu dari ketiga sahabatnya yang datang. Tapi ternyata, orang itu bukanlah salah satu dari mereka.

“Kak Naomi? Ada apa, Kak?”

“Maaf Deni. Apa Deva ada?”

“K? Ah. Belum ada yang kesini lagi sejak itu.” Jawab Deni, kembali menatap derasnya hujan.

“Kak Naomi? Ada apa?” Ucap Deva yang tiba-tiba muncul di belakang Naomi.

“Deva, kita harus bicara sebentar.” Ucap Naomi, bersamaan dengan menghilangnya keduanya dari hadapan Deni.

Deni yang hanya bisa menghela nafasnya. Seorang diri yang paling tidak tahu apapun.

Sementara Veranda, masih menyindiri di sudut kelasnya. Farish ada disana, hanya memperhatikan gadis itu dari depan pintu. Akhirnya Farish memberanikan diri menghampiri Veranda.

Joifuru High SchoolWhere stories live. Discover now