12

1.6K 120 1
                                    

‘Dulu’ saat Shania, Deva, dan Veranda masih kecil, Deva hanyalah seorang ‘adik’ dimata Veranda. Veranda menyayangi Deva seperti dia menyayangi Shania. Mereka bertiga menjadi dekat dari semenjak Deva pindah dari Bandung dan menjadi murid pindahan di SD Shania dan Veranda. Shania dan Deva selalu berada di kelas yang sama di SD. Dan saat SMP, ketiganya kembali menempuh ilmu di tempat yang sama. Hanya saja, Shania dan Deva tidak pernah sekelas. Namun, karena rumah mereka satu kompleks, keakraban ketiganya tidak berkurang.

Sebuah masalah ‘cinta’-lah yang menghancurkan keakraban mereka. Saat itu Veranda yang masih kelas 3 SMP sudah memiliki seseorang yang bisa dibilang pacar, yang sebenernya hanya dianggap ‘kakak’ oleh Veranda. Namun keberadaan pemuda yang lebih tua 3 tahun dari Veranda itu, tidak disukai oleh Deva begitu juga dengan Shania. Bukan cuma merebut perhatian Veranda, tapi juga sosoknya. Menyebabkan sebuah ‘ruang khusus’ sendiri diantara Deva dan Shania.

“Deva!” Shania berlari masuk ke dalam kelas Deva, menghampiri pemuda itu. “Pulang bareng, yuk!”

“Kak Ve pergi lagi?”

“Heeh. Tadi, Kak Ve pas istirahat nyamperin aku.” Hal ini bukanlah pertama kalinya, Deva hanya bisa pasrah saat itu.

Waktu terus berjalan. Dimata Veranda saat itu, semakin lama Deva dan adiknya seperti memiliki dunia mereka sendiri. Yang membuat dirinya takut dan merasa tidak enak untuk kembali ‘bersama’ mereka. Hal Itu mungkin makin menjadi semenjak Shania menyatakan perasaannya pada Deva.

“Shania! Shania! Kak Ve pacaran, ya?”
“Iya. Pacaran terus, adiknya dilupain.” Jawab Shania sambil menggembungkan pipinya.

“Emm, begitu.”

“Pacaran juga, yuk!” Ucap Shania dengan polosnya.

“Ayuk!” Jawab Deva begitu polos, tanpa berpikir atau memikirkan mengenai perasaannya sendiri yang sesungguhnya.

3 bulan berlalu, Deva dan Shania terlihat makin seperti orang pacaran. Wajar saja bagi Shania karena memang status mereka telah berubah. Walau dimata Deva, tidak ada yang berbeda. Masih sama, dia dan Shania teman baik dan Veranda yang masih dan semakin jauh dengan mereka.

“Temen-temen kakak bilang, kamu sama Deva pacaran?”

“Kalau iya, kenapa?” Tanya Shania ketus.

“Gak kenapa-kenapa kok, Dek.” Shaniapun hanya diam. “Oh iya, sejak kapan? Kok gak cerita-cerita sama kakak nih?” Lanjut Veranda sambil tersenyum, mencoba cairkan suasana.
“Gak penting juga buat Kak Ve, kan? Aku ngantuk. Mau tidur.” Jawab Shania meninggalkan Veranda yang hanya bisa menghela nafasnya.

Semenjak hubungannya renggang dengan sang kakak, akhir-akhir ini Shania lebih memilih main atau belajar di rumah Deva. Terlebih kedua orang tuanya juga sibuk. Sementara di rumah Deva, mamah Deva masih suka ada di rumah dan memanjakannya.

“Shania, dimakan dulu kuenya.” Ucap Mamahnya Deva lembut pada Shania.
“Iya, Tante.” Jawab Shania girang dan mulai mencicipi kue buatan mamah Deva.

“Di rumah gak ada orang, Shania?”

“Iya, Tante. Cuma ada bibi.” Jawab Shania berbohong.

“Yaudah. Tante ke dapur lagi, ya. Depa!! Temenin Shania main disini dong!!” Panggil sang mamah pada anak satu-satunya itu. Sambil membawa sebuah komik Deva berlari menghampiri Shania.

“Shan, emangnya Kak Ve gak di rumah?” Tanya Deva yang sudah ada di ruang keluarganya itu.

“Ada kok, lagi pacaran.” Dimata Shania, Veranda dan cowok bernama Marcell itu terlihat sedang berpacaran. Padahal, Veranda sebenarnya sedang belajar bersama.

“Eh?! Berduaan aja?!” Tanya Deva mulai panik dan berpikir yang aneh-aneh.

“Gak. Kan ada bibi.”

“TETEP AJA SHANIA!!” Dengan cepat Deva berlari keluar rumahnya.

“Deva!! Tunggu gw!! Kenapa sih?!”

“Depa! Eh, kalian mau kemana? Shania? Jangan lari-larian!” Tanpa pamit, kedua anak itu pergi meninggalkan rumah Deva dan pergi ke rumah kakak beradik itu.

Sementara itu, Veranda dan Marcell masih berdua di ruang tamu keluarga Veranda. Meja ruang tamu penuh dengan berbagai macam buku pelajaran dan kertas soal. Veranda terlihat begitu fokus dan serius. Tapi, tidak dengan Marcell.

“Kak, kalau soal yang ini gimana?” Tanya Veranda yang tidak digubris oleh Marcell, pemuda itu malah melakukan hal yang tidak-tidak. “Kak Marcell? Engg, Kak Marcell apa-apaan sih pegang-pegang!!”

“Gak apa-apa kok, Ve.” Jawab Marcell yang terlihat ingin berbuat aneh pada Veranda.

“Marcell!! Jangan pegang-pegang punya orang!!” Teriak Deva yang sudah tiba di rumah Veranda dengan ngos-ngosan.

“Brengsek. Punya orang? Ahaha dasar bocah ingusan! Ganggu aja!” Marcell bangkit dari tempatnya duduk dan menghampiri Deva, tanpa basa-basi memukul Deva yang tidak siap. “Gak usah gegayaan deh bocah! Kenapa? Lo suka sama Veranda?” Tanyanya sambil mencekek leher Deva yang saat ini ada dibawahnya.

“Kak Marcell! Berhenti.” Veranda berusaha untuk menghentikan mereka, yang malah berakhir dengan sebuah dorongan dari Marcell

“Berisik!! Cih!”

“Kak Ve- Arghh!!” Dengan susah payah akhirnya Deva bisa melepaskan diri dan mendorong Marcell hingga jatuh. “Hah. Hah. Kenapa kalau gw emang suka Kak Ve?!” Pertanyaan spontan ini membuat tidak hanya Veranda atau Marcell terkejut. Tapi juga Shania yang hanya diam saja menysksikan semua yang terjadi dari depan rumahnya sendiri.

“Brengsek!!” Belum sempat Marcell menyerang, Deva sudah lebih dahulu menyerang Marcell.

“Pukulan pertama! Karena lo ngerebut Kak Ve!” Ucap Deva sambil memukul muka Marcell. “Pukulan Kedua! Karena lo nyentuh Kak Ve!” Kali ini Deva memukul dagu Marcell. “Pukulan ketiga! Karena lo ngelukain Kak Ve!” Tidak lewat Deva juga memukul perut Marcell. “Yang ini! Karena lo ngambil kakaknya Shania!” Deva memukul perut Marcell kembali. “Dan yang terakhir! Karena lo ngeremehin gw!!” Deva menyelesaikan semuanya dengan tendangan berputar, yang sangat telak bagi Marcell. Membuat pemuda itu dalam sekejap pingsan.

“De-Deva.” Panggil pelan Veranda.

“Kak Ve!” Deva langsung menghampiri Veranda, mengusap lembut pipi gadis yang memang disukainya.

“Deva kamu gak-” Pelukan dari Deva yang tiba-tiba membuat Veranda tidak melanjutkan kata-katanya, tanpa disadari Veranda membalas pelukan itu.

Bagi Shania itu adalah pemandangan yang paling menyakitkan. Yang akhirnya membuat dia membenci Deva. Deva yang menurut dia mempermainkan perasannya. Deva yang dia takuti akan menyakiti kakaknya juga. Karena semenjak itu kedekatan Deva dan Veranda berubah, walau status mereka masih sama. Apalagi, gadis yang ada di dekat Deva, bukan hanya mereka berdua.

Yo yo yo, setelah ini sepertinya bakal jarang apdet. Udah mulai kerja lagi.

Thanks buat yg udah comment sm votenya :D

Oh iya, jhs yg ini bakal 2 season langsung jadiin satu.
Ceritanya sih ttp urutan sesuai versi yg lama. Hanya kemunculan michelle dkk di majuin.

Well gitu aja. Terakhir jan lup follow dan add twitter+official account nya BeShanan.

Yaudah. Gitu aja.

Joifuru High SchoolWhere stories live. Discover now