39

1K 82 4
                                    

Bagaimana dengan Elaine setelah berita itu muncul? Joifuru seakan bagaikan penjara bagi gadis itu. Seluruh murid bagaikan memusuhinya.

Mereka memang tidak menyerang secara fisik. Tapi, mereka menyerang dari komen-komen di Joitus. Menganggap gadis itu sebagai orang ketiga dari rusaknya hubungan Boby dan Shania. Menganggap Elaine tidak pantas jadi penerus Veranda.

Melihat ini, Gracia dan Hamids tidak bisa berbuat apa-apa. Elaine paham dan mengerti.

Sementara itu, Andela dan Michelle juga tidak jauh beda. Membiarkan Elaine untuk sendiri terlebih dahulu. Andela sih ingin ada di sisi Elaine, tapi Michelle selalu mencegahnya. Bagi Elaine, dirinya sudah biasa seorang diri. Jadi tidak ada yang berbeda, walau munafik bila Elaine berkata 'tidak merindukan Andela dan yang lainnya'.

Dalam kesendiriannya. Hanya seorang Farish-lah yang berani dan begitu kekeh mendekatinya.

Saat itu, Elaine seorang diri di perpustakaan, sedikit tidak konsentrasi untuk membaca novelnya. Murid di sekitarnya bukannya membaca buku tapi malah membicarakannya. Sampai seseorang menarik lengannya.

"Tu-Tunggu!"

Elaine hanya bisa pasrah ditarik kakak kelasnya yang tampan itu, beruntung bukan Yovie yang sedang bertugas di perpustakaan. Elaine masih ditarik hingga keduanya tiba di dekat tangga darurat.

"Tu-Tunggu! Kak Farish!" Elaine membanting tangannya agar genggaman Farish lepas. "Kenapa lagi, Kak Farish?"

"Kenapa lagi?"

"Aku udah bilang, kan? Gak usah deketin aku dulu. Aku gak mau Kak Farish nantinya jadi terseret."

"Yah, Kak Farish gak peduli. Kak Farish cuman mau ini kelar!"

"Dengan cara?"

"Kamu bicara dengan Shania! Jelasin semua ini!"

"Kak Farish gila? Kak Boby aja gak di denger! Apalagi aku!"

"Kamu harus coba! Kalau perlu Kak Farish temenin. Kak Farish tahu ini bukan salah kamu! Boby duluan yang deketin kamu, kan?" Farish menatap dalam mata Elaine.

"Kak Boby deketin aku ada alasan." Perlahan Elaine berjalan menjauh dari Farish.

"Iya! Karena dia pengurus Joitus!" Teriak Farish membuat Elaine berhanti sejenak karena kaget sebelum akhirnya tinggalkan Farish seorang diri tanpa menatap balik pemuda itu.

Sekali lagi, Shania hanya diam dan bengong saat sedang bersama keempat kawannya. Bagaikan punduk merindukan bulan.

Jeje dan Gaby hanya bisa saling pandang dalam bingung, Hanna sibuk dengan HPnya, sementara Ayana tentunya tidur.

"Emm. Gimana kalau kita jalan ke mall, aja?" Ajak Gaby mencoba cairkan suasana.

"Boleh tuh! Wah, kita kan udah lama gak jalan berlima!" Jeje terlihat antusias, tapi tentunya tidak dengan Hanna dan Shania yang tetap diam.

"Mana mau sih, Shania. Di otaknya cuman mikirin si playboy itu. Siapa sih kita ini."

Mendengar komentar Hanna, Shania langsung berdiri di hadapannya.

"Mau lo, apa sih Han? Jelek-jelekin Boby mulu depan gw." Hanna masih sibuk memainkan HPnya. "Jawab gw!"

"Gw gak jelek-jelekin. Gw cuman ngomong apa adanya." Jawab Hanna sambil masih sibuk dengan HPnya. "Boby emang playboy, kan? Selama ini gw gak salah."

Shania langsung menarik HP milik Hanna.

"Kalau ngomong itu, lihat mata gw!"

Hanna yang masih duduk itupun menatap Shania.

Joifuru High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang