59 (Flashback cont-2)

1.1K 94 3
                                    

BRAK!!!

Tiba-tiba pintu ruang Elaine dirawat dibuka begitu kasar, terlihat Deni dengan ngos-ngosan seperti orang setelah berlari berdiri di depan sana.

"Farish! Gawat Rish! Hah! Hah."

"Sst! Apaan sih lo! Berisik tahu gak!!" Kesal Farish menghampiri Deni.

"Tapi, gawat- hah- Rish, gawat- hah. Kak Ve-"

"Apaan yang gawat? Kenapa Kak Ve?"

"Kak Ve bilang, mau donorin jantungnya buat Michelle!"

"A-APA LO BILANG?!" Kaget Faris, sadarkan GreMids couple dari tidurnya.

Dengan segera Farish bersama Deni menuju tempat Michelle, melihat itu Gracia dan Hamids bergegas menyusulnya.

Di depan kamar Michelle dirawat, semua masih terkejut dengan ucapan Veranda yang tiba-tiba itu. Bahkan sang dokter, juga tak kalah kagetnya. Ini pengalaman pertamanya, seumur-umur menjadi dokter selama 20 tahun.

"Ve? Kamu bercanda, kan?" Tanya Deva menatap Veranda sambil memegang kedua pundak Veranda. "Ve, jawab."

Deva memegang muka Veranda. Namun gadis itu, malah memejamkan matanya.

"Kak Ve?! Kak Ve barusan ngomong apa?? Kak Ve jangan bercanda! Aku gak akan rela Kak Ve! Lebih baik Michelle mati aja!!" Kesal Shania.

PLAK!!

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Veranda menampar adiknya itu. Tidak pernah sekalipun muncul keinginan di dalam dirinya untuk menampar Shania, walau sebandel apapun Shania.

Dalam kagetnya Shania, hanya bisa diam memegangi bekas tamparan Veranda. Farish, Deni dan GreMids couple yang baru tibapun juga kaget melihat hal itu.

"Shania, maafin Kak Ve. Kak Ve-" Shania perlahan mundur menjauh dari sang kakak dan kembali duduk di sebelah Boby.

"Dok! Saya gak mau kalau sampe Ve ngorbanin dirinya. Dok!!" Deva mengguncangkan tubuh dokter Ade. "Ve! Gak perlu Ve!! Pasti ada cara lain!!"

"Kita gak punya banyak waktu Deva Key! Dok, bagaimana, apa saya mungkin?" Veranda bertanya, sangat jelas Deva terlihat tidak rela.

"Ini sulit juga buat saya. Begini saja, bicarakan semuanya dengan orang tua dan sahabat anda dulu. Setelah itu kita akan adakan pemeriksaan. Jika hasilnya positif, kembali ke anda lagi. Pihak rumah sakit tidak akan memaksa. Silahkan dibicarakan." Dokter Ade pun pergi meninggalkan mereka.

Karena tahu waktu mereka tidak banyak, di hari yang sama Veranda langsung memanggil kedua orang tuanya ke rumah sakit. Tangispun keluar dari mata kedua orang tua kakak beradik cantik itu mendengar niat baik Veranda yang sangat gila itu.

Tidak ada seorangpun yang tidak akan menangis melihat hal ini. Sulit bagi orang tua Veranda sekalipun menghalangi Veranda. Keinginan Veranda sudah bulat. Jika dokter Ade mengatakan Veranda tidak bisa mendonorkan jantungnya, Veranda akan menyerah. Tapi, bila hasilnya positif dengan kemungkinan 50% sekalipun Veranda akan tetap melakukannya.

Ayah Michelle dan Andela benar-benar merasa berasalah, keduanya berlutut bergantian kepada Veranda dan kedua orang tuanya. Namun, Veranda tetap tersenyum, karena semua ini keputusannya dan memang takdir tuhan, bukan lagi salah Andela atau Michelle sendiri. Dan akhirnya hasil pemeriksaan Veranda menyatakan... positif.

Di pagi buta, Veranda sudah membersih-bersihkan rumahnya. Asisten rumah tangga Veranda tidak bisa menghalanginya. Tidak hanya itu, Veranda juga memasak untuk keluarganya. Melihat itu mama Veranda tidak bisa menahan tangisnya. Andela yang menginap di rumah mereka merasa ingin mengutuk dirinya sendiri. Padahal dengan lapangnya Shania sudah memaafkannya, karena bagi Shania ini juga salahnya.

Joifuru High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang