42

1K 88 0
                                    

Deva hanya bisa duduk lemas sambil memegang kepalanya setelah mendengar cerita dari Veranda. Ternyata ada hal yang tidak diketahuinya dan ternyata sangat mengejutkan.

"Jadi, sekarang kamu tahu, kan? Betapa stres dan gilanya aku dulu." Tanpa kata Deva langsung memeluk erat Veranda.

"Maafin aku, Ve." Deva semakin erat memeluk Veranda. "Seharusnya aku gak nambahin beban kamu."

Tiba-tiba Veranda melepaskan pelukannya. "Gak sama sekali. Aku cuman sedih saat kalian semua berubah. Tapi untunglah kalian sekarang sudah membaik jadi Deva, Shania dan Andela yang aku tahu." Veranda mengusap lembut pipi Deva. "Walau aku gak tahu gimana dan siapa yang buat Andela kembali. Mungkin Elaine, ya?"

"Elaine?" Tanya Deva dengan wajah heran.

"Iya. Kamu kok heran?"

"Elaine, kelihatan kaget saat tahu Andela itu sepupu kamu. Itu artinya bukan Elaine yang merubah Andela. Tentunya juga bukan Michelle."

"Siapapun itu, aku akan berterima kasih telah mengembalikan Andela." Deva hanya diam terlihat berpikir. "Mungkin Andela menyemangati dirinya sendiri."

"Semoga."

"Semoga?"

"Kamu tahu, kalau gini mungkin emang ada orang lain. Bukan cuman Michelle."

"Bukan cuman Michelle, dalam?"

"Yang, melakukan semua ini, ke aku dan yang lainnya."

"Andela gak ada alasan untuk benci kamu."

"Begitu juga dengan Michelle, Ve."

"Kamu bela Michelle?"

"Loh? Gak Ve. Eh, tapi aku juga gak nyalahin Andela, loh."

Veranda hanya menghembuskan nafasnya.

Untuk pertama kalinya, keduanya merasa canggung dan suasana jadi aneh. Untunglah itu tidak berlangsung lama, karena keduanya dapat kembali mengobrol hal lain seperti biasanya.

~~~

Di sebuah tempat latihan memanah, seorang gadis terlihat begitu handal menggunakan alat panah.

SRAK!!

Kira-kira begitulah bunyi anak panah yang dilepas dan menembus udara lalu menancap tepat di tengah-tengah papan sasarannya.

SRAK!!

Lagi, anak panah lain dilepaskan olehnya. Melaju dengan begitu cepat menuju sasarannya, namun kali ini meleset.

"Meleset?" Ucap seseorang yang terdengar suaranya entah darimana, memecahkan keheningan di tempat latihan panahan itu.

"Hanya sedikit kaget melihat kedatangan seseorang dari sudut mataku ini." Jawab si gadis yang kembali lepaskan anak panah lain.

SRAK!!

Dan anak panah yang baru saja dilepaskannya kembali menancap tepat disasarannya.

"Kalau begitu jago dengan panah, kenapa gak jadi atlet panahan dan memilih paduan suara?" Tanya orang itu kembali, yang masih mengumpat di balik tembok.

"Karena ucapan lebih tajam dibanding pedang sekalipun. Benar, kan? Kak Boby?" Tanya gadis itu sambil tersenyum, ya pada Boby.

"Sebenernya, siapa yang kamu bantu? Untuk apa membantu Michelle melakukan hal buruk sama sepupu kamu?" Tanya Boby pada gadis itu. "Michelle emang sahabat kamu. Tapi, Kak Shania sepupu kamu, kena-"

SRAK!!

Belum selesai Boby berbicara, Andela melepaskan panah ke arah Boby. Nyaris mengenai wajah samping Boby.

Joifuru High SchoolWhere stories live. Discover now