Pencuri Hati

By PipiMochi

409K 21.2K 2.8K

Selamat Menikmati Fanfiction Pertama Saya Publish SEP'15 More

Pencuri Hati 1
Pencuri Hati 2
Pencuri Hati 3
Pencuri Hati 4
Pencuri Hati 5
Pencuri Hati 6
Pencuri Hati 7
Pencuri Hati 8
Pencuri Hati 9
Pencuri Hati 10
Pencuri Hati 11
Pencuri Hati 13
Pencuri Hati 14
Pencuri Hati 15
Pencuri Hati 16
Pencuri Hati 17
Pencuri Hati 18
Pencuri Hati 19
Pencuri Hati 20
Pencuri Hati
Pencuri Hati 21
Pencuri Hati 22
Pencuri Hati 23
Pencuri Hati 24
Pencuri Hati 25
Pencuri Hati 26
Pencuri Hati 27
Pencuri Hati 28
Pencuri Hati 29
Pencuri Hati 30
Pencuri Hati 31
Pencuri Hati 32
Pencuri Hati 33
Pencuri Hati 34
Pencuri Hati 35
Pencuri Hati 36
Pencuri Hati 37
Pencuri Hati 38
Pencuri Hati 39
Pencuri Hati 40
Pencuri Hati 41
Pencuri Hati 42
Pencuri Hati 43
Pencuri Hati 44
Pencuri Hati 45
Pencuri Hati 46
Pencuri Hati 47
Pencuri Hati 48
Pencuri Hati 49
Pencuri Hati 50
Pencuri Hati 51
Cuap Cuap PipiMochi
Pencuri Hati 52
Epilog

Pencuri Hati 12

10.7K 428 42
By PipiMochi

Paginya Kinal bersiap-siap pergi ke kantor, dia bangun lebih dulu dari Veranda. Lalu Kinal mengambil handuk yang tersampir disebalah kamar mandi, kemudian berjalan masuk kedalam untuk membasuh tubuh dengan air di pagi hari.

Setelah selesai, Kinal langsung memakai pakaian kerja. Ia melihat Veranda masih tidur nyenyak ditempat tidurnya, lalu ia mendekati Veranda dan duduk dipinggir tempat tidur, tangannya membelai rambut Veranda dengan lembut, kemudian dia mengecup kening Veranda dengan cepat.

Kinal berangkat ke kantor tanpa menunggu Veranda bangun. Sarapan pun Kinal buat sendiri, dia mengambil roti tawar yang ada di meja makan kemudian mengolesnya dengan selai coklat lalu meminum segelas jus, setelah itu Kinal berangkat kerja.

Didalam mobil Kinal terus memikirkan tentang masalah yang terjadi kemarin, sampai-sampai Veranda melamun terus dan tak berselera makan.

"Sial! Sial! sial!" kata Kinal dengan jengkel sambil memukul setir kemudi.

Sesampainya Kinal di kantor ia masih dengan perasaan jengkel dan kesal. Pekerjaannya pun tak ia kerjakan, Kinal hanya berdiam diri sambil melamun.

Hal yang tidak seharusnya dilakukan Kinal, karena dia pimpinan. Seorang pimpinan seharusnya memberikan contoh yang baik bagi karyawannya. Seberat-beratnya masalah pribadi yang sedang ia hadapi, harusnya tak boleh ia bawa ke kantor. Kinal harus profesional, masalah pribadi ya pribadi, jangan dicampur aduk dengan pekerjaan.

Apalagi ada sebuah penelitian yang mengatakan kalau melamun itu tidak diperbolehkan karena akan menghapus sebagian dari memory.

Kinal mengcancel semua meeting dan pertemuannya hari ini. Dia benar-benar tidak bisa berpikir dengan otaknya, didalam otak Kinal hanya berisi bagaimana mengabulkan permintaan Veranda soal keturunan.

Pikiran Kinal buntu akan hal itu, lalu ia pergi meninggalkan ruangan dan berjalan keluar kantor.

Kinal hanya mengikuti kemana langkah kaki akan membawanya, sampai didepan sebuah bar Kinal berhenti.

Kinal masuk kedalam bar tersebut, dimana pengunjung bar tidak banyak, bisa dihitung oleh jari, sekitar tujuh pengunjung.

Kinal mencari tempat duduk yang nyaman untuknya, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil kursi kosong didepan bartender, "welkom, wat zou het bericht drankjes?" selamat datang, mau pesan minuman apa? tanya barista wanita itu ke Kinal.

"Glas bier," segelas bir jawab Kinal cepat.

Kemudian barista itu menuangkan segelas bir, dan meletakkannya dihadapan Kinal. Kinal mengambil segelas bir yang ada dihadapannya, kemudian meneguknya sampai habis tanpa jeda.

"Ik zal nog een glas hebben," aku memesan segelas lagi seru Kinal.

Barista itu memberikan segelas bir lagi untuk Kinal. Sama seperti gelas pertama, dia langsung meneguknya sampai habis.

"Ik zal nog een glas hebben," ucap Kinal kembali pada sang barista.

Sang barista pun melihat ke Kinal, dia menatap Kinal tanpa berkedip.

"Ziet eruit alsof je niet van hier," sepertinya kamu bukan orang sini ucap si wanita barista.

Kinal menatap wanita itu dengan kedua matanya, "wat is dat voor," itu bukan urusanmu.

"Dat zou mijn zorg zijn als je hier dronken," itu akan jadi urusanku kalau kau sampai mabuk di sini jawab si wanita barista lagi.

"Kenapa jadi rese nih cewek, tinggal tuangin minuman aja pake bawel banget," ucap Kinal kesal.

"Oh, jadi kamu orang Indonesia?" tanya si wanita, Kinal kaget dan membulatkan matanya, ternyata wanita itu bicara menggunakan bahasa Indonesia.

"Kamu?" Kinal malah balik bertanya dan kaget.

"Iya. Aku juga orang Indonesia," wanita itu menjawab, "lagi ada masalah? Gak semua masalah bisa diselesaikan dengan mabuk-mabukan," tambahnya lagi.

"Kenapa kamu jadi mengguruiku?"

"Aku tidak mengguruimu, aku hanya sekedar mengingatkan, karena kita sesama orang Indonesia yang sedang ada di negara orang, jangan sampai image orang Indonesia jelek di sini dengan minum-minuman beralkohol kemudian mabuk, ngoceh sana sini gak jelas, lalu berujung di kantor polisi," kata si wanita panjang lebar, Kinal hanya terdiam mendengar dia bicara.

Akhirnya Kinal memperkenalkan diri ke wanita bartender itu, karena pengunjung bar tidak terlalu banyak jadilah wanita itu bisa menemani Kinal ngobrol. Wanita barista bernama Dhike.

Lama kelamaan Kinal jadi akrab dengan Dhike, dan dia tak sungkan untuk menceritakan semua masalah yang sedang dihadapi.

Kinal percaya Dhike, walaupun baru pertama kali bertemu, batin Kinal mengatakan kalau Dhike orang baik dan bisa menjaga rahasia pribadinya.

Karena memang yang Kinal butuhkan sekarang adalah teman bicara, hanya untuk sekedar sharing masalah yang sedang Kinal hadapi.

"Kenapa kamu gak coba bayi tabung? Zaman udah canggih, gak perlu ambil pusing!" ucap Dhike ke Kinal.

"Betul juga ya!? Kenapa aku gak kepikiran ke sana, thanks Key untuk curhatan dan solusinya hari ini. Aku pergi dulu," kata Kinal cepat, dia langsung meninggalkan Dhike, tapi sebelumnya Kinal meletakkan uang beberapa lembar untuk membayar bir yang sudah ia minum.
.
.

Veranda POV

Aku sedang memasak di dapur, karena setelah aku pindah ke Belanda bersama Kinal, aku tak lagi menjadi dokter.

Kegiatanku sekarang hanya mengurus rumah dan Kinal.

Ya, sesekali aku jalan-jalan untuk belanja kalau lagi bete. Tapi aku punya kegiatan lain selain itu.

Aku bisa jadi pembicara seminar tentang kesehatan, kebanyakan yang datang juga orang Indonesia, karena acara seminar rutin diadakan oleh Dubes RI.

Walaupun seminar itu tidak setiap hari, jika ada callingan saja. Iseng-iseng ngisi waktu juga sih, terus bayarannya juga lumayan.

Tadi pagi Kinal tidak membangunkanku saat dia berangkat ke kantor.

Aku merasa bersalah padanya, tidak ada niat dariku menekan Kinal seperti kemarin. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu, dan seharusnya aku memberikan jalan keluar untuk Kinal, dengan program bayi tabung misalnya.

Bodohnya aku sebagai seorang dokter tidak bisa memberi solusi itu ke Kinal.

Aku tahu dia marah, kecewa dan kesal, karena semalam ia sampai memecahkan pajangan kelinci yang terbuat dari keramik. Pajangan kesayangan Kinal yang diberikan Nabilah saat ulang tahunnya tahun lalu.

Siangpun berganti senja, tapi Kinal belum pulang. Apa pekerjaannya lagi banyak di kantor setelah dua pekan Kinal tak datang?

Atau mungkin di jalan macet?

Tapi aku kira itu tak mungkin, ini bukan Jakarta. Sambil menunggu Kinal pulang aku menyibukan diri membersihkan kamar. Mengganti sprei tempat tidurku dengan yang baru.

Urusan mengganti sprei selesai, aku langsung duduk di sofa depan TV, menonton acara yang bagus untukku tonton. Pantulan cahaya TV membuat mataku lelah dan mengantuk, akhirnya mataku pun terpejam.

"Ve sayang, bangun!" aku mendengar suara Kinal samar-samar di telingaku. Aku buka mata perlahan untuk mengatur cahaya yang memantul dari lampu pada atap langit-langit rumah. Lalu sedikit menyipitkan mata, setelah mata ini terbuka lebar, aku melihat Kinal berada disamping, dia duduk diatas meja depan sofa, tangan kirinya membelai rambutku dan tangan satunya memegang tangan kananku, "kenapa kamu tidur di sini? Nanti badanmu sakit semua," ucapnya kembali.

"Aku nunggu kamu pulang, Nal. Tapi aku malah ketiduran."

"Ya udah, akukan udah pulang sekarang, mending kamu pindah ke kamar gih."

"Gak mau."

"Lho, kenapa? Mau aku gendong ke kamarnya?" Kinal tersenyum menggodaku, aku langsung bangkit dan mengambil posisi duduk. Sekarang aku duduk sejajar dengan Kinal yang ada didepan.

"Genit banget sih pasangannya Ve tercinta, pake mau gendong segala. Kayak kuat aja gendong aku?!" aku mecubit dan menarik hidung mancung Kinal.

"Hehehe... Aku kuat Ve kalau cuma gendong kamu doang sih."

"Iya deh yang udah gendut sekarang, aku tau kok... Kamu mandi gih, bau kecut banget nih," kataku.

Kemudian aku berlagak menutup hidung dengan tangan.

"Biar pun kecut, kamu tetep sukakan?" Kinal memelukku, tubuh kami berdua kemudian jatuh ke sofa, dengan tubuh Kinal yang ada diatas tubuhku ini.

Kinal tertawa, aku pun tertawa mendapat perlakuan seperti itu darinya.

Dia dengan sengaja melakukan ini, menempelkan aroma tubuhnya yang sudah seharian berada di kantor.

Lelah dengan canda tawa, kami pun menghentikanya. Kinal menatap mataku, hembusan nafas Kinal sangat terasa sekarang, kemudian ia mendekatkan wajahnya ke wajahku, aku tahu apa yang mau ia lakukan, sepertinya ia ingin menciumku, aku menarik bibir untuk tersenyum, dan...

plek~

Jari telunjuk kananku menempel di bibirnya, "aku lagi dapet!" Kinal menghela nafas kecewa, lalu dia bangun dan duduk. Aku tersenyum melihat raut wajahnya yang lucu itu, "sekarang kamu mandi, selagi kamu mandi aku siapin makan malam di meja makan," kataku sambil mengambil posisi duduk.

Kinal melihat ke arahku dan tersenyum, lalu dia berdiri dari sofa, "tunggu. Biar kamu gak bete," ucapku lagi.

Kemudian aku berdiri sambil mengecup pipinya cepat, dan setelah itu aku berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.

Setelah Kinal selesai mandi, dia makan-makanan yang sudah kumasak untuknya, aku pun ikut makan bersama Kinal.

Dasar gendut, makannya banyak sekali malam ini, semua yang aku masak habis olehnya.

Setelah makan malam selesai, aku membereskan meja makan dibantu Kinal, padahal aku sudah melarang dia, tapi dia bersi keras ingin membantu.

Ya sudah, tak apa, dengan begitu akan cepat selesai.

Beres-beres meja makan check list, dan kini sudah terlihat rapih kembali. Setelah itu aku dan Kinal duduk dipinggir kolam renang sambil menghirup udara luar dan memandang langit yang cerah.

Kebetulan langit hari ini penuh bintang menyinari bumi dengan sangat indahnya.

"Ve," panggil Kinal.

"Hmm," aku hanya menjawab dengan berdehem ria.

"Masalah kemarin, aku udah dapat solusinya."

"Apa?" aku bertanya pada Kinal, penasaran dengan solusinya itu, aku menatap dia yang duduk disampingku.

"Bayi tabung. Itu solusi yang kudapatkan, aku akan melakukan program bayi tabung untuk mendapat keturunan seperti yang kamu dan papaku inginkan," Kinal menatapku lalu terdiam, lama kita saling menatap diam seperti ini, baru aku akan mengatakan tentang program bayi tabung itu padanya, tapi dia lebih dulu mengatakan hal itu.

"Kok kamu bisa kepikiran sampai ke sana?" tanyaku penasaran.

"Solusi itu kudapatkan dari temanku."

"Siapa? Setau aku kamu belum punya banyak teman di sini."

"Dhike."

"Dhike, siapa dia?"

"Dia seorang barista di bar dekat kantorku. Orang Indonesia juga lho, Ve."

"Ohh, kamu udah yakin dengan program bayi tabung itu?" tanyaku. Kinal mengangguk lalu tersenyum.

Aku lega dengan perasaan yang mengganjal di hati ini dari kemarin, solusi ini adalah jalan keluar terbaik untuk kita berdua, dengan begitu anak yang dilahirkan Kinal nanti adalah keturunan keluarga Hartono, karena anak itu lahir dari rahim Kinal.
.
.

Beberapa hari kemudian, aku dan Kinal mencari rumah sakit yang bagus untuk program bayi tabung di Belanda.

Berhari-hari Kinal menjalani serangkaian tes dari dokter. Dokter mengatakan hasil dari pemeriksaan semua bisa dibilang bagus.

Pendonor spermanya kita ambil di bank sperma dari China, sudah tentu aku dan Kinal menginginkan pendonor sperma itu baik bibit bobot bebetnya, maklumlah kami inikan masih ada darah timurnya, jadi harus memperhatikan hal macam itu.

Ternyata Kinal tak memerlukan waktu lama untuk ia mendapatkan keturunan, dokter mengatakan kalau program bayi tabungnya berhasil.

Aku dan Kinal sangat senang mendengar kabar gembira itu.

Sampai-sampai aku mengeluarkan air mata bahagia, karena program bayi tabung ini tidaklah mudah, banyak yang mencoba tapi tidak berhasil.

Hal yang menyebabkan tidak berhasilnya program bayi tabung cukup banyak, salah satunya karena embrio tak berkembang.

Aku sangat menjaga Kinal saat dia hamil, setiap hari memberikannya makanan dan minuman yang bergizi.

Aku juga melarang dia bekerja di kantor lama-lama, pokoknya Kinal terus dalam pengawasanku.

Kami berdua mengabarkan tentang hamilnya Kinal pada keluargaku dan keluarganya.

Kami menjelaskan ke mereka kalau Kinal sedang mengikuti program bayi tabung, dan usia kandungannya kini beranjak empat bulan.

Mereka cukup senang mendengar kabar bahagia dari kami berdua, apalagi keluarga Kinal.
.
.

Tiga bulan kemudian usia kandungan Kinal sudah menginjak tujuh bulan. Keluarga Kinal dan Veranda sengaja datang ke Belanda untuk melihat keadaan Kinal yang sedang hamil, sekaligus mengadakan acara tujuh bulanan.

Seketika rumah Kinal dan Veranda jadi ramai karena kedatangan keluarga besar mereka, bi Ana dan bang Ucok pun diajak, senang sekali mereka berdua.

Acara tujuh bulanan Kinal hanya dihadiri oleh keluarga dan temen-temen dekat Kinal serta Veranda, Kinal juga turut mengundang Dhike.

Kinal tidak melupakan Dhike, malah sekarang Kinal dan Veranda jadi akrab dengannya. Bagi Kinal kehamilannya sekarang itu karena solusi jitu dari Dhike, coba saja kalau Kinal tidak bertemu dengannya, mungkin Kinal masih galau dengan apa yang harus ia lakukan atas persoalan ini.

"Foto dulu dong, kak. Lucu lo kalau lagi hamil, mane melar banget tuh badan, macem karet yang direndem di minyak tanah, terus jadi melar!" celetuk Nabilah.

"Sialan lo! Nanti kalau lo hamil, gue sumpahin lebih melar badannya dari gue," balas Kinal.

"Gak mungkin, gue kan nanti ikut fitnes, biar badannya tetep langsing kayak poto model... Hahaha," ujar Nabilah sambil tertawa, semua jadi ikut tertawa mendengar ucapan Nabilah.

Akhirnya, semua berfoto untuk moment tujuh bulanan Kinal, tapi tetap yang paling rusuh diantara semuanya itu Nabilah. Ada saja tingkah laku yang dibuat olehnya hingga mengundang tawa semua, terlebih lagi untuk Kinal.

Selesai acara Kinal dan Veranda beristirahat di kamar, sedangkan yang lain juga beristirahat di kamarnya masing-masing.

"Nal, aku seneng deh hari ini. Rumah jadi ramai," kata Veranda.

Kini Kinal dan Veranda sedang duduk ditempat tidur, menyandarkan diri mereka berdua pada dinding tempat tidur, dimana kepala Veranda bersandar di pundak kiri Kinal, sedangkan jari jemari mereka berdua bertautan.

"Aku juga, Ve. Apa lagi lihat senyummu, senengnya luar biasa."

"Apa sih," kata Veranda. Kemudian mereka diam sesaat, "aku udah mempersiapkan nama untuk calon bayi kita nanti loh, Nal." Veranda berkata kembali sambil memegang perut Kinal, mengelus-ngelus perut Kinal yang sudah membesar itu dengan tangan kirinya.

"Oya, siapa namanya?" tanya Kinal penasaran.

"Ihh, rahasia dong. Nanti aja kalau udah lahir."

"Pelit banget sih kesayangannya Kinal," Kinal kemudian mencium kening Veranda. Setelah berbincang-bincang sebentar, mereka berdua memutuskan untuk tidur, Veranda memeluk Kinal dalam tidurnya, sedangkan Kinal menautkan jari jemarinya ke Veranda.

Mereka tidur penuh senyum bahagia, kebahagian yang begitu luar biasa.
.
.

Hari ini Kinal dan Veranda mengantarkan keluarga mereka ke bandara, karena mereka tidak bisa lama-lama meninggalkan rumah.

Kinal dan Veranda sedih ketika mereka semua akan pulang ke Indonesia, baru saja rumah mereka ramai dengan kehadiran papa, mama, Nabilah, Brandon, bang Ucok dan bi Ana, tak lupa kedua orang tua Veranda juga.

Tapi sekarang harus tinggal berdua lagi. Setelah mengantarkan mereka semua ke bandara, Kinal dan Veranda pulang ke rumah.

Kinal sekarang sudah mengerjakan pekerjaan kantornya dari rumah, karena dokter menyarankan pada Kinal di usia kandungannya yang sekarang ia tidak boleh terlalu cape dan banyak pikiran.

Kinal mempercayakan kepemimpinan sementara pada Mr.Hans, tangan kanan Kinal di perusahaan.
.
.

Kinal POV

Usia kehamilanku saat ini sudah menginjak sembilan bulan, dokter memperkirakan aku akan melahirkan minggu depan.

Aku dan Veranda sudah tidak sabar menunggu kelahiran anak kami yang pertama, ada perasaan bahagia, takut, dan resah.

Perlengkapan bayi kecil kami sudah dipersiapkan semuanya, dari mulai popok, baju yang lucu-lucu, dan masih banyak lagi, semua Veranda yang memilih.

Pokoknya Veranda sangat memperhatikan setiap detailnya, tak luput barang-barang baby yang menurut Veranda bagus dia borong semua. Sampai-sampai rumah kami penuh dengan perabotan si kecil.
.
.

Seminggu kemudian aku melahirkan di rumah sakit dengan proses persalinan cesar, anakku lahir di tanggal 4 juli, lalu Veranda memberi nama anak pertama kami Sinka Juliani Hartono.

Kata Veranda bayi kita sangat cantik dan lucu. Aku berada di rumah sakit selama empat hari, setelah itu aku dan Veranda beserta Sinka kecil kami yang lucu pulang ke rumah.

Veranda sibuk sekali merawat si kecil Sinka, aku pun jadi dilupakannya, mainan baru untuk Veranda aku rasa. Walaupun begitu aku tetap senang, kami berdua belajar mengurus baby dari internet dan buku tentang bagaimana mengurus bayi yang baik dan benar.

Awamnya kami berdua dalam mengurus bayi menyebabkan aku dan Veranda sering begadang di malam hari.

Entahlah, Sinka sering sekali menangis di malam hari, sedangkan dia akan tidur di siang harinya. Kata mama saat aku berkonsultasi pada dia via video call, itu hal biasa, bayi memang seperti itu.

Untung saja ada Veranda yang sabar membantuku untuk mengurus Sinka, jika dia tak ada, aku tidak tahu bagaimana nasibku sekarang.

Veranda sangat menyayangi Sinka, apa pun yang menurut dia lucu untuk dikenakan Sinka pasti ia beli. Padahal aku sudah bilang, kalau barang itu Sinka belum memerlukannya. Kata Veranda itu semua bisa disimpan, sampai kelak Sinka bisa memakainya, karena barang yang sudah keluar belum tentu besok ada lagi.
.
.

Sinka 4 agustus ini sudah genap berusia 1 bulan. Badannya mulai gemuk, pipinya juga sudah mulai chuby seperti Veranda. Lucu sekali bayi kecilku, ada kesenangan tersendiri bisa melihat senyum dan tangisnya.

"Nal, kebahagianku sekarang jadi lengkap setelah hadirnya Sinka di rumah ini," kata Veranda yang sedang berdiri disamping tempat tidur Sinka, melihat Sinka tertidur lucu, dia tidur setelah meminum susunya.

Aku berjalan menghampiri Veranda dan memeluknya dari belakang, "sama sepertiku, Ve. Karena bahagiku adalah kamu dan Sinka di dunia ini."

"Makasih ya, Nal. Aku sayang banget sama kamu dan anak kita Sinka."

"Aku juga menyayangi kalian berdua, melebihi sayangku pada diriku sendiri."

"Nal, aku juga mau hamil dan melahirkan anak-anakmu," ucap Veranda. Dia membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arahku.

"Apa? Kamu yakin?" tanyaku kaget, Veranda menjawab dengan senyuman dan juga anggukan kepala.

Manis sekali senyum Veranda, senyum itu yang membuatku jatuh cinta sampai sekarang, "kalau kamu yakin, aku sih gak masalah," ucapku lagi.

"Tapi bukan dengan program bayi tabung sepertimu, aku mau melakukannya dengan cara inseminasi."

"Apalagi itu, Ve?" tanyaku tak mengerti, Veranda mendekatkan mulutnya ke telingaku lalu berbisik.

Dia menjelaskan apa itu inseminasi, setelah Veranda selesai menjelaskan kemudian dia tersenyum padaku, senyum yang paling memabukan untukku, lebih dari minuman beralkohol sekali pun, aku tersenyum padanya dan berkata kembali, "kesayangannya Kinal ini udah bikin kepala aku pusing dengan permintaannya."

Saat itu juga aku langsung mengontek Brandon, dan menceritakan tentang permintaan Veranda. Aku bilang padanya supaya bergerak cepat, kalau bisa dalam minggu ini juga.

Brandon bingung dengan tugas yang kuberikan, dan aku nggak peduli dengan kebingungan Brandon itu. Akukan kaka ipar sekaligus bos untuknya, jadi dia tidak boleh mengecewakanku.
.
.

Selang dua hari aku mendapat berita baik dari Brandon, memang Brandon patut kuandalkan.

Setelah itu aku mengabarkan berita baik itu ke Veranda, Veranda senang dan bahagia mendapat berita dariku.

Aku, Veranda dan si kecil Sinka akhirnya terbang ke Indonesia.

Sesampainya di Indonesia kami disambut oleh keluargaku dan juga keluarga Veranda, Sinka digedong sana sini oleh eyang-eyangnya, mereka semua senang bisa melihat Sinka kecil. Rumah papa mama langsung ramai dengan tangis Sinka kecilku.

Aku menitipkan Sinka pada papa mama di rumah, karena aku dan Veranda akan terbang ke Surabaya untuk beberapa hari. Papa dan mama senang-senang saja dititipin Sinka kecil.
.
.

Keesokkan harinya aku dan Veranda ke bandara diantar Brandon, tidak butuh waktu lama untuk sampai di bandara, karena jalanan juga tidak terlalu macet.

"Semua udah gue atur di sana, lo berdua tinggal ikutin aja," kata Brandon padaku.

"Thanks untuk bantuan lo, salam buat Nabilah, bilang ke dia jangan pecicilan kalau lagi hamil," ucapku.

Ya, nabilah adikku satu-satunya yang paling bawel sedunia itu sedang hamil anak pertamanya dengan Brandon. Lalu aku langsung pamit ke Brandon untuk segera check in, sedangkan Brandon langsung pergi untuk kembali ke kantor, dan menyelesaikan tugasnya.

Dua jam kemudian aku dan Veranda sudah ada di kota Surabaya, kami berdua langsung ke hotel untuk menginap, karena hari sudah sangat sore.

Veranda aku suruh tidur cepat, karena semenjak ada Sinka dia jarang sekali tidur cepat, bahkan tak jarang dia harus begadang. Veranda menuruti kata-kataku, dia tidur lebih awal dari biasanya, dengan cepat Veranda tidur dan pergi ke alam mimpi. Sedangkan aku seperti biasa mengerjakan pekerjaan kantor yang tertunda sebelum pergi tidur.

Continue Reading

You'll Also Like

36.5K 3.7K 31
Berpisah dalam keadaan tidak baik membuat Taeyeon dan Tiffany memiliki jarak yang cukup renggang. Bahkan kini keduanya memiliki gengsi jika tidak ter...
Ambiguous By -

Fanfiction

38.6K 4.3K 16
Perasaanku bimbang setiap saat. Bimbang karena sikapmu juga. Apa ini cinta? Atau sekedar rasa penasaran belaka? Jika benar ini perasaan cinta, aku ha...
450K 45.5K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
161K 9.9K 33
(+18) Menikah adalah impian dari setiap manusia di dunia ini,terlebih menikah dengan seseorang yang kita cintai.akan tetapi menikah dengan sesama jen...