Joifuru High School

By jurimayu14

102K 6.6K 270

Kisah tentang 4 idola cowok semasa SMA dengan para gadis di dekat mereka. *jahhh lolz Cerita ini diikutkan da... More

Kata Pengantar
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 (Flashback)
15
16
17
18 (Now)
19 (Flashback)
20 (Now)
21
22
23
24
25
26
27 (Now)
28
29
30
31
32
33 (Now)
34 (Flashback)
35 (Now)
36
37 (Now)
38
39
40
41 (Flashback)
43 (Now)
44 (Flashback)
45 (Now)
46
47
48 (Now)
49
50
51 (Now)
52
53 (Now)
54
55
56 (Now)
57 (Flashback)
58 (Flashback cont)
59 (Flashback cont-2)
60 (Flashback cont-3)
61 (Now)

42

1K 88 0
By jurimayu14

Deva hanya bisa duduk lemas sambil memegang kepalanya setelah mendengar cerita dari Veranda. Ternyata ada hal yang tidak diketahuinya dan ternyata sangat mengejutkan.

"Jadi, sekarang kamu tahu, kan? Betapa stres dan gilanya aku dulu." Tanpa kata Deva langsung memeluk erat Veranda.

"Maafin aku, Ve." Deva semakin erat memeluk Veranda. "Seharusnya aku gak nambahin beban kamu."

Tiba-tiba Veranda melepaskan pelukannya. "Gak sama sekali. Aku cuman sedih saat kalian semua berubah. Tapi untunglah kalian sekarang sudah membaik jadi Deva, Shania dan Andela yang aku tahu." Veranda mengusap lembut pipi Deva. "Walau aku gak tahu gimana dan siapa yang buat Andela kembali. Mungkin Elaine, ya?"

"Elaine?" Tanya Deva dengan wajah heran.

"Iya. Kamu kok heran?"

"Elaine, kelihatan kaget saat tahu Andela itu sepupu kamu. Itu artinya bukan Elaine yang merubah Andela. Tentunya juga bukan Michelle."

"Siapapun itu, aku akan berterima kasih telah mengembalikan Andela." Deva hanya diam terlihat berpikir. "Mungkin Andela menyemangati dirinya sendiri."

"Semoga."

"Semoga?"

"Kamu tahu, kalau gini mungkin emang ada orang lain. Bukan cuman Michelle."

"Bukan cuman Michelle, dalam?"

"Yang, melakukan semua ini, ke aku dan yang lainnya."

"Andela gak ada alasan untuk benci kamu."

"Begitu juga dengan Michelle, Ve."

"Kamu bela Michelle?"

"Loh? Gak Ve. Eh, tapi aku juga gak nyalahin Andela, loh."

Veranda hanya menghembuskan nafasnya.

Untuk pertama kalinya, keduanya merasa canggung dan suasana jadi aneh. Untunglah itu tidak berlangsung lama, karena keduanya dapat kembali mengobrol hal lain seperti biasanya.

~~~

Di sebuah tempat latihan memanah, seorang gadis terlihat begitu handal menggunakan alat panah.

SRAK!!

Kira-kira begitulah bunyi anak panah yang dilepas dan menembus udara lalu menancap tepat di tengah-tengah papan sasarannya.

SRAK!!

Lagi, anak panah lain dilepaskan olehnya. Melaju dengan begitu cepat menuju sasarannya, namun kali ini meleset.

"Meleset?" Ucap seseorang yang terdengar suaranya entah darimana, memecahkan keheningan di tempat latihan panahan itu.

"Hanya sedikit kaget melihat kedatangan seseorang dari sudut mataku ini." Jawab si gadis yang kembali lepaskan anak panah lain.

SRAK!!

Dan anak panah yang baru saja dilepaskannya kembali menancap tepat disasarannya.

"Kalau begitu jago dengan panah, kenapa gak jadi atlet panahan dan memilih paduan suara?" Tanya orang itu kembali, yang masih mengumpat di balik tembok.

"Karena ucapan lebih tajam dibanding pedang sekalipun. Benar, kan? Kak Boby?" Tanya gadis itu sambil tersenyum, ya pada Boby.

"Sebenernya, siapa yang kamu bantu? Untuk apa membantu Michelle melakukan hal buruk sama sepupu kamu?" Tanya Boby pada gadis itu. "Michelle emang sahabat kamu. Tapi, Kak Shania sepupu kamu, kena-"

SRAK!!

Belum selesai Boby berbicara, Andela melepaskan panah ke arah Boby. Nyaris mengenai wajah samping Boby.

Terdapat foto Michelle bersama Deva yang ditancapkan di panah itu.

"Michelle"

SRAK!!

Kembali Andela melepaskan panah ke arah Boby, kali ini terdapat foto Shania bersama Veranda yang ditancapkan di panah itu.

"Maupun Kak Shania. Mereka sama aja, bukan sahabat ataupun sepupu aku."

"Lalu? Apa ini semua untuk Joitus?" Tanya Boby kembali.

SRAK!!

Sekali lagi, Andela kirimkan panah ketiga ke arah Boby yang kali ini benar-benar mengenai wajah samping Boby, timbulkan sedikit luka gores di wajah tampannya.

"Ini gak ada hubungannya dengan Joitus! Atau jangan-jangan Kak Boby yang sebenarnya mencari tahu sana-sini seorang diri untuk Joitus?" Tanya balik Andela.

"Hmm. Obrolan kita cukup selesai disini. Kak Boby cuman gak ingin, kamu hidup dibutakan oleh kecemburuan dan kebencian belaka."
Boby pun meninggalkan Andela kembali seorang diri di tempat latihan memanah itu.

~~~

Sambil berlari, dengan masih menggunakan seragam lengkap Joifuru. Gracia mendatangi rumah kekasihnya.

Ting-tong. Ting-tong

Bunyi bel rumah Hamids yang dipencet berkali-kali, sadarkan pemuda itu dari tidurnya. Dengan agak malas Hamids membuka pintu rumahnya.

"Hamids!" Gadis yang sedari tadi menunggu di depan pintu itu langsung memeluk Hamids. "Kamu gak apa-apa, kan?"

"Gracia? Aku gak apa-apa kok." Jawab Hamids memeluk balik pacarnya itu.

"Muka kamu jadi jelek gini." Ucap Gracia memegangi muka Hamids dengan kedua tangannya. "Aku panik banget pas denger cerita dari murid-murid Joifuru sama Joitus soal kamu, Kak Farish dan Kak Shania. Kak Shania keadaannya gimana?" Tanya Gracia yang hanya disambut tawa hambar Hamids.

"Masuk dulu. Aku jelasin nanti di kamar aku."

Hamids pun menutup pintu rumahnya, keduanya menuju kamar Hamids.

Tiba di kamarnya, Hamids langsung duduk lesu di tempat tidurnya. Melihat pacarnya yang tidak seperti biasanya itu, Gracia langsung duduk dan memegang muka pemuda yang suka memakai topi di sekolah itu.

"Aku gak akan pernah percaya kalau Kak Boby selingkuhin Kak Shania." Ucap Hamids.

"Aku juga, sayang." Gracia mengusap lembut pipi Hamids. "Jelasin apa yang terjadi tadi saat kamu ikutin Kak Farish."

"Aku berantem sama Kak Farish buat nyelamatin Kak Shania yang diculik."

"Eh? Terus?"

"Ada sekitar 20 orang yang ngepung kita. Tapi, ceteklah buat aku sama Kak Farish!" Ucap bangga Hamids.

"Gaya deh! Padahal dulu lawan tiga orang aja babak belur."

"Ihh! Itukan dulu, Grecot." Hamids memanyunkan bibirnya. "Tapi bukan soal berantemnya yang aku pikirin."

"Lalu? Soal apa?"

"Setelah itu aku diminta nelpon Kak Boby dan lagi-lagi-" Gracia terlihat antusias dan penasaran. "Elaine yang mengangkat teleponnya." Gracia terlihat terkejut. "Ada apa dengan Kak Boby sama Elaine?"

"Kalau kamu tanya aku, aku juga gak tahu apa-apa. Aku gak tahu. Aku gak kenal Michelle, Elaine ataupun Andela sebelum di Joifuru! Aku gak tahu ada apa dengan mereka!!" Kesal Gracia sambil memukul pelan badan Hamids.

"Ma-maaf. Bukan maksud aku. Hmm, berarti mungkin saatnya kita cari tahu."

"Cari tahu? Soal?"

"Masa lalu mereka." Hamids lalu tersenyum dan mencium lembut kening Gracia yang terlihat bingung itu.

Gracia yang awalnya ingin menjenguk dan merawat Hamids itu malah tertidur pulas di kamar Hamids. Membiarkan pacarnya melamun seorang diri.

"Astaga!" Teriak Gracia tiba-tiba yang tersadar dari tidurnya kagetkan Hamids. "Kamu kok gak bangunin aku sih?!" Kesal Gracia pada Hamids yang duduk di sebelahnya itu.

"Ngagetin deh!" Hamids mengusap-usap dadanya. "Muka tidur kamu manis banget, sih habisnya." Jawab Hamids tersenyum lebar.

"Ck, gombal!" Gracia meregangkan tangannya. "Tadi aku mimpiin saat-saat pertama kali kita saling suka."

"Maksud kamu setelah aku diabisin preman-preman teri itu?" Hamids terlihat bete "Malu-maluin tahu!"

"Ya, ampun." Gracia langsung memegang muka Hamids "Kamu tetep yang paling keren buat aku. Gimanapun dulu kamu, lebih dari seorang Boby Chaesar."

"Ck, gombal!"

"Dih! Kok balikin? Yaudah, aku pulang ah!" Ledek dan goda Gracia.

"Ehh!! Jangan dong! Tidur sini ya malam ini." Pinta Hamids dengan manjanya.

"Hmm, baiklah. Tapi aku di kamar tamu!"

"Lah? Ya, iyalah! Masa di kamar aku."
Keduanya kembali bercanda dan mengobrol.

Akhirnya malam itu Gracia menginap di rumah Hamids.

Continue Reading

You'll Also Like

826K 58.7K 58
[COMPLETED] "Gre, she loves you" "Who?" "Kalva Shani Indira. Siapa lagi?" "So.... What? Rasa suka aku udah hilang semenjak aku tahu siapa Kakak yang...
691K 65.5K 71
this is just a post, don't overthink or judge too much. 😬
544K 44.1K 41
❗GXG STORY❗ "Gak usah biarin, saya juga minta maaf" "Ini eskrim kamu, untuk yang tadi saya minta maaf" "Ara" "Maaf saya gak tau" "Mau bareng? Saya ma...
360K 35.7K 29
Ketika es batu pelan-pelan mencair.