Joifuru High School

Por jurimayu14

102K 6.6K 270

Kisah tentang 4 idola cowok semasa SMA dengan para gadis di dekat mereka. *jahhh lolz Cerita ini diikutkan da... Más

Kata Pengantar
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 (Flashback)
15
16
17
18 (Now)
19 (Flashback)
20 (Now)
21
22
23
24
25
26
27 (Now)
28
29
30
31
32
33 (Now)
34 (Flashback)
35 (Now)
37 (Now)
38
39
40
41 (Flashback)
42
43 (Now)
44 (Flashback)
45 (Now)
46
47
48 (Now)
49
50
51 (Now)
52
53 (Now)
54
55
56 (Now)
57 (Flashback)
58 (Flashback cont)
59 (Flashback cont-2)
60 (Flashback cont-3)
61 (Now)

36

1.2K 90 2
Por jurimayu14

Saat Boby sedang bersama gadis lain, kekasihnya malah sibuk dengan HPnya di kelas. Bersama Hanna yang hanya menontonnya dan tentunya Ayana yang sedang tertidur pulas.

"Shan, mau ikut kita jalan, gak?" Tanya Hanna membuka percakapan diantara mereka.

"Jalan kemana? Sama siapa aja?"

"Biasa sama bocah-bocah. Gw, Achan, Jeje, Gaby. Iya, tambah lo kalau lo ikut."

Tidak lama Gaby dan Jeje datang.

"Nah! Itu bocah-bocahnya." Ucap Hanna saat melihat kedatangan Jeje dan Gaby.

"Hello, everybody!" Sapa Jeje pada tiga orang yang tersisa di dalam kelas itu. "Eh busee! Nih bocah tidur bae! Bangun woy bangun! Subuh subuh!" Teriak Jeje di kuping Ayana yang tidak bergeming sedikitpun.

"Lagi ngapain sih, Shan?" Tanya Gaby sambil memperhatikan Shania yang sibuk dengan HPnya itu, lalu duduk di dekat Ayana.

"Chating sama Stella." Jawab Shania yang hanya di 'hoo'in oleh Gaby.

"Lah? Gw kirain sama Boby, kemane cowok lau?" Tanya Jeje kali ini.

"Masih sibuk sama ekskulnya kali. Entahlah." Jawab Shania, seadanya.

"Si Boby, gak habis manis sepah dibuang kan, Shan?" Tanya Hanna mendadak buat Shania kaget.

BRAK!!!

Mendengar pertanyaan Hanna, Shania memukul keras mejanya.

"Maksud lo apa, Han?"

"G-Gw gak ada maksud apa-apa kok." Jawab Hanna yang kaget dan takut.

"Jangan asal ngomong, ya! Boby tuh bukan cowok kaya gitu!" Teriak Shania dengan keras dan kesalnya sebelum pergi meninggalkan keempatnya dengan marah.

Diam, Hanna, Jeje juga Gaby hanya bisa diam. Gebrakan meja yang dibuat Shania sepertinya membangunkan Ayana yang bangun dengan muka bantal dan polosnya.

"Eumm, ada apaan sih?" Tanya Ayana yang masih keliatan mengantuk itu.

Pertanyaan yang hanya dijawab oleh hembusan nafas ataupun gelengan kepala dari ketiga temannya.

Diatap gedung 2 Joifuru, sepasang kekasih yang dipanggil GreMids itu masih memandangi kursi kosong yang telah ditinggalkan Boby dan Elaine yang sudah pergi dari sana.

Mungkin keduanya bingung, sejak kapan Boby dan Elaine menjadi dekat, dan apa yang dibicarakan keduanya.

Hingga seseorang menepuk pundak Hamids, kagetkan pemuda penyuka klub sepakbola Chelsea FC itu.

"MAMPUS LU JING!" Teriak Hamids, langsung saja Gracia melihat siapakah yang menepuk pundak Hamids itu.

"Michelle? Kok ada disini?" Tanya Gracia.

"Eh, Michelle. Sorry, yang tadi. Hehehe." Ucap Hamids cengengesan.

"Kalian sendiri?" Tanya Michelle balik, tidak memperdulikan kalimat Hamids. "Gak ngikutin lagi?"

"Tapi, Kak Boby gak sama Kak Shania. Tapi, Elaine." Jawab Gracia.

"Iya, gw tahu kok."

"Eh? Lo juga lihat, Syel?" Tanya Hamids.

"Hmm." Michelle hanya memilih senyum hambar sebagai jawaban. "Yaudah ya, gw pergi duluan." Pamit Michelle pada keduanya.

"Syel, mau kemana?" Tanya Gracia.

"Menambahkan." Jawab Michelle yang sudah dikejauhan.

Menambahkan apa? Hanya Tuhan dan Michelle-lah yang tahu. Gracia dan Hamids hanya bisa saling pandang dalam ketidak mengertian dan kebingungan.

~~~

Duduk seorang diri di kantin kampusnya, Naomi masih sangat ingat apa yang diminta kedua adik kelasnya saat dipercakapan telepon tadi siang. Tentunya Naomi bingung harus bagaimana.

"Arghh!!" Naomi mengacak-acak rambutnya sendiri. "Kenapa juga gw iyain! Duh pasti bentar lagi Ve dateng! Gawat! Gawat! Gawat!" Naomi terlihat begitu panik.

"Sore, Mi." Sapa Ve mendadak kagetkan Naomi.

"Ve?!" Ve hanya heran melihat Naomi yang terlihat aneh.

'Kalau nanya, Kak Ve belum tentu tahu. Jadi gausah tanya. Lah? Terus gimana? Nyuruh nyari tahu tapi gausah nanya?!' Pikir Naomi dalam hatinya, mengingat perkataan-perkataan Farish.

"Mi? Kamu gak apa-apa, kan?" Tanya Veranda yang sudah duduk di depan Naomi.

"Ah? Ah. Gw gak apa-apa kok. Hehe. Emm Ve?" Naomi sedikit ragu.

"Iya, Mi?"

"Sorry. Tapi, emm gw boleh main ke rumah lo, gak?" Tanya Naomi tidak biasanya, sedikit kagetkan Veranda.

"Emm boleh aja kok. Tapi, jangan hari ini, ya." Jawab Veranda lalu tersenyum.

"Sip. Udah sore dan gw juga masih banyak tugas."

Keduanyapun melanjutkan obrolan mereka.

Beberapa hari kemudian akhirnya Naomi main ke rumah Veranda.

Tentunya, karena sebelumnya Farish bilang untuk mencari sesuatu di kamar Veranda yang berhubungan dengan masa lalu Deva. Dengan cepat ketika tiba di kamar Veranda, memanfaatkan waktu saat Veranda menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka berdua. Naomi mencari apa yang diminta Farish. Mencari seperti selayaknya seorang pencuri.

"Aduh! Masa sih gw harus kaya gini?!" Panik Naomi.

"Tapi, argh maafin gw Ve. Awas kalau ini sia-sia!!"

Akhirnya Naomi pun kembali mencari.

"Buku tahunan Ve? Buku tahunan." Ucap Naomi sambil mencari diantara tumpukan buku di rak buku Veranda. "Ketemu! Ah buku tahunan Joifuru. Ah ini SMPnya."

Langsung saja Naomi mengambilnya dan mencari.

"Michelle, Michelle? Ah ini dia! 1C!" Dengan kamera HPnya Naomi memotret foto dan biodata Michelle yang terdapat di buku tahunan itu, lalu mengembalikannya.

Lalu kembali mencari sesuatu yang lain yang mungkin ada hubungannya dengan Deva dan Michelle.

"Maafin gw ya, Ve."

Dan akhirnya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, kertas-kertas seperti potongan koran yang ada di dalam rak meja belajar Veranda.

"I-Ini?"

Entah kenapa Naomi begitu terkejut dengan apa yang dibacanya, wajahnya terlihat pucat, dengan gemetar kembali memotret dan mengembalikannya.

Perasaannya campur aduk, tidak enak, takut ketahuan, penasaran dan tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.

Hingga akhirnya Veranda tiba, Naomi pun berusaha untuk terlihat tenang seperti tidak ada apa-apa.

"Kenapa Mi?" Tanya Veranda saat tiba di kamarnya dengan membawa kue.

"Gak apa-apa kok, Ve." Jawab Naomi berusaha tersenyum dan bersikap biasa.

Saat Naomi sudah pulang dari rumahnya, Veranda langsung mengecek apa yang dilihat Naomi. Veranda menyadari posisi buku dan alat tulisnya sedikit berpindah dan bergeser.

Tak lama terdengar suara langkah kaki semakin mendekat ke arah kamar Veranda.

"Sore Kak Ve."

"Shania! Dari mana aja kamu?"

"Latihan basket, kenapa Kak? Kalau gak ada apa-apa, aku mau mandi nih. Gerah."

"Tu-tunggu, Dek!" Veranda kembali menahan adiknya itu. "Kak Ve rasa, kamu sama Deva harus menceritakan secepatnya pada mereka soal masa lalu kalian. Kak Ve khawatir."

"Mereka siapa? Boby dan lainnya? Kan udah pada tahu. Masa lalu yang mana lagi?"

"Soal Michelle. Juga Andela."

"Kak Ve? Jangan ada-ada lagi."

"Kak Ve serius Shania. Mereka tetap harus tahu apa yang terjadi lebih jauh dulu. Walau memang sekarang hubungan kamu sama Deva sudah baik ta-"

"Udahlah Kak Ve. Gak usah khawatir! Lihat si Mi dan si An itu keduanya masih bersahabat baik. Dan, tenang aja. Aku akan bilang kok ke Boby soal sepupu Kak Ve itu!" Teriak sinis Shania sebelum masuk ke kamarnya dengan membanting pintu kamarnya sangat keras.

Veranda hanya bisa menghela nafasnya saat melihat foto masa kecilnya yang dipeluk Andela dan Shania.

~~~

Setiba di rumahnya setelah bermain di rumah Veranda. Naomi merasa sedikit lega, lalu mengistirahatkan dirinya sejenak dan merebahkan tubuhnya ke sofa di ruang keluarganya.

"Tapi, apa bener Deva begitu?" Tanya Naomi pada dirinya sendiri. "Laptop Sinka?"

Melihat adanya laptop Sinka, Naomi mengambilnya, niatnya membuka google lalu mencoba mencari kebenaran dari apa yang dilihatnya.

Tapi, hal lain yang dilihatnya di laptop Sinka lebih mencuri perhatiannya.

"JAP? Apaan nih?"

Naomi mengklik dua kali aplikasi berlogo Joifuru itu.

"Joitus Administrator Panel? Si-Sinka pengurus Joitus? Gak mungkin ah. Tapi-"

Tentunya Naomi tidak percaya adiknya yang imut itu seorang admin di Joitus dan mencoba masuk untuk menyelidikinya.

"Di password? Heh? Satu kali salah akan memberikan pemberitahuan ke admin lain?"

Terdapat data yang diminta untuk mengakses aplikasi tersebut seperti username dan password.

Naomi pun berpikir. "Tanggal ulang tahunnya? Ah! Gak mungkin terlalu gampang." Kembali berpikir. "Ulang tahun gw? Ah, masa sih? Coba aja kali, ya?"

Angka 0406-pun dipencet Naomi.

"Tapi kalau salah? Ah! Persetan!"

Tombol enterpun dipencet Naomi dan aplikasi itu terbuka...

Dengan ini jelas semuanya, Sinka benar-benar salah satu admin Joitus.

"Joitus Admin Chat, Joitus Web Edit, Joitus Article Edit. Article by Me?"

Naomi melihat-lihat kolom artikel yang sepertinya dibuat Sinka itu.

"I-ini? Jadi selama ini berita Deva, gw, dan Farish dulu Sinka yang..."

Naomi hanya bisa menutup mulutnya karena benar-benar kaget dengan semua yang dilihatnya.

"Eh, Kak Shinta udah pulang? Aku kira tadi siapa yang ada di-" ucap Sinka yang turun dari tangga rumahnya dan muncul dari belakang Naomi. "Oow gawat."

Menyadari kedatangan Sinka, Naomi langsung berdiri dan...

PLAK!!

Menampar adik kandungnya itu.

"JAP?! Article by Me?! Apa-apaan itu, Dek?!" Teriak Naomi sambil menunjuk laptop Sinka. "Kak Shinta gak nyangka, kamu selama ini..." Ucap Naomi dengan amarah dan nafas yang tidak beraturan. "Kenapa Sinka? Kak Shinta ini kakak kamu?!" Sinka hanya diam. "Jawab kakak! Sinka!!" Teriak Naomi kembali.

"Aku cuman ngasih tahu apa yang aku tahu ke Joitus dan gak semuanya dari aku kok." Jawab Sinka akhirnya, tanpa melihat kakaknya sendiri.

Entah, ada atau tidaknya penyesalan itu dalam diri Sinka.

"Kak Naomi harus ngomong apa ke Deva dan yang lainnya, kalau mereka tahu adek gw sendiri yang buat berita itu di Joitus."

"Hah! Kalau Kak Naomi khawatir sama mereka..." Sinka mengambil laptopnya. "Bukan aku yang harus 'diperhatikan'." Sinka lalu berjalan pergi. "Tapi Salah seorang diantara mereka sendiri."

"Maksud kamu? Diantara Deva dan-"

"Yah. Salah satu diantara mereka dulu pernah jadi bagian Joitus." Lagi, Sinka kejutkan Naomi. "Atau malah mungkin, masih bagian kami."

"Sinka! Jangan bercanda sama kakak!"

"Apa aku terlihat bercanda Kak?! Setelah Kak Shinta tampar aku?!" Naomi diam. "Tapi terserah kakak aja!" Ucap Sinka sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Naomi dalam keadaan terkejut, lebih dari saat mengetahui soal Sinka.

Sinka langsung mengunci pintu kamarnya dan menaruh laptopnya di tempat tidurnya.

"Sial. Nol empat nol enam. Kenapa juga harus gw?" Kesal Sinka.

Tiba-tiba HP di kantungnya berbunyi, tanda sebuah pesan masuk.

'Admin 2: Berhasil?'

Sinka membaca pesan itu dan mulai mengetik balasannya.

'Admin 7: Shit! Dengan bonus tamparan!' -Read by 11

'Dibaca sebelas orang? Berarti kalian berdua, baca?' Pikir Sinka dalam hati, setelah melempar HPnya sambil tersenyum, Sinka kembali me-reset ulang password JAP-nya.

~~~

Keesokan harinya, di hari minggu yang sepi, Deni dan Farish sudah janji untuk bertemu dengan Naomi di sebuah coffee shop. Naomi yang duduk di hadapan keduanya terlihat seperti orang yang kehilangan nyawanya, minuman di depannya hanya di aduk-aduknya.

"Kak Naomi? Ngapa Kak?" Tanya Farish heran.

"Lu apain, Nob? Woy! Anak orang tuh!" Tuduh Farish pada Deni.

"Mana gw tahu! Ketemu aja baru sekarang lagi!" jawab Deni dengan sewotnya.

"Semua gara-gara Deni emang!" Naomi mengacak-acak rambutnya sendiri. "Kalau aja gak nyuruh yang aneh-aneh, gw gak akan tahu Sinka itu anggota Joitus! Mana sebelumnya ngacak-ngacak kamar Ve! Ahh! Gak enak tahu sama Ve!! Ahh!" Ucap Naomi yang kesal lalu lemas seketika juga.

"HEH?! Sinka anggota Joitus?!" Kaget Deni dan Farish bersamaan, Naomi mengangguk tanda mengiyakan dengan lemas.

"Hrr. Joitus ternyata mengerikan." Ucap Deni merinding.

"Jangan bilang Sinka juga yang bikin soal kita dulu?" Tanya Farish, Naomi mengangguk lagi. "Oh, my!!" Farish terlihat menahan emosi.

Tapi, yang Naomi pikirkan bukan soal adiknya saja, tapi siapa yang dimaksud Sinka. Apa salah satu dari kedua pemuda di hadapannya ini aman dan bukan bagian Joitus? Apa mungkin Deni yang terlihat bodoh itu? Atau malah Farish yang dulu pernah mencari masalah dengannya?

"Kak Naomi? Halo Kak??" Panggil Deni sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka Naomi, buyarkan lamunannya.

"Ah, iya? Kenapa?"

"Lalu, soal Deva sama Michelle, Kak??" Tanya Farish kali ini.

"Ah! Iya ini." Naomi memberikan HPnya. "Itu foto Michelle yang ada di buku tahunan Ve." Tambah Naomi.

Keduanya langsung memperhatikan layar HP Naomi yang menunjukkan gambar foto dan biodata Michelle saat masih kelas 1 SMP dulu.

"Berarti Michelle itu adik kelasnya K, Shania sama Kak Ve ya?" Tanya Deni, Naomi mengangguk tanda mengiyakan.

"Tapi kenapa di Joitus gak ada nama SMPnya Deva di data Michelle?" Tanya Farish heran melihat foto yang diperlihatkan Naomi. "Nama SMPnya beda." Ucapnya kembali kali ini sambil melihat biodata Michelle di Joitus melalui HPnya.

"Itu artinya Michelle murid pindahan, kan? Biodata gw juga gitu. Sekolah di SMP A, lulus di SMP B." Jelas Deni.

"Tapi, ini SMP sebelumnya gak ditulis!" Teriak Farish. "Kenapa coba? Kalau ditulis gak perlu rempong-rempong gini, kan!" Kesal Farish.

"Mungkin, ada hubungannya dengan ini."

Naomi mengambil HPnya kembali, lalu membuka foto lainnya dan kembali memperlihatkannya kepada Farish dan Deni.

Baru melihat judulnya sudah membuat kedua mata Farish maupun Deni melebar.

"I-INI?!" Farish dan Deni kembali dikejutkan.

Farish pun mulai membaca robekan-robekan koran yang difoto Naomi itu.
"Pemerkosaan anak nyaris terjadi, pelaku merupakan kakak kelas korban sendiri. Korban MC ditemukan dengan keadaan buruk oleh kedua temannya bersama pelaku berinisial DK."

"DK?! Deva K?! K?!" Tanya Deni kaget. "Gak mungkin."

Farish sempat melirik Deni lalu kembali membaca yang lainnya.

"Sempat dipenjara di penjara anak selama satu bulan, DK akhirnya bersih dari tuduhan. Pelaku sebenarnya terungkap. Korban MC dikabarkan menghilang dari sekolah lamanya. DK kembali bersekolah."

"K merkosa Michelle?!" Tanya Deni dengan kerasnya.

BLETAK!!

"Bego! Lu dengerin atau gak sih?!" Kesal Farish setelah memukul kepala Deni lagi.

"Aduh." Erang Deni dengan berlebihan, berharap dapat perhatian Naomi.

Tapi sayangnya gadis itu sedang tidak punya mood untuk hal seperti itu. Dan sedang sibuk dengan Tabnya, untuk mencari sesuatu yang belum sempat dicarinya kemarin.

"Korban MC, pernah jadi korban bully kakak kelasnya. Trauma menyerang, sempat menyebut nama kakak kelasnya yang lain, yang bernama SJ sebagai seseorang dibalik ini semua." Kalimat terakhir yang dibaca Farish.

"Kalau DK itu K, MC itu Michelle, SJ itu Shania?" Deni menatap Naomi yang hanya bisa mengangkat bahu tanda tak tahu. "Apa Boby tahu ini?" Tanya Deni kembali, melihat Farish.

"Entahlah. Tapi kenapa berita ini kayanya gak ada yang tahu?" Farish melihat Naomi, "Bahkan kita kenal Deva sebagai anak baik-baik? Yah, diluar insiden nama K terbentuk." Kali ini menatap Deni.

"Karena prestasi K, banyak?" Ucap Deni tidak yakin.

"Mungkin aja. Tapi, itu gak akan nutupin soal Shania dan Michelle kan? Deva pun akan tetep kebawa." Ucap Farish kembali.

"Mungkin karena uang?"

Kali ini Naomi memperlihatkan sebuah berita yang baru saja dia temukan di Tab miliknya. Terlihat berita serta foto keluarga Michelle.

"Wow! Ini ayah Michelle?!" Ucap Deni begitu kagum.

"Pemilik berbagai perusahaan, salah satunya perusahaan paling berpengaruh di Indonesia. Yah, menjawab semuanya."

"Tapi, berita ini belum tentu bener, kan?" Tanya Deni kembali.

"Yah, hanya Deva dan Michelle yang tahu." Farish kembali meminum kopinya.

Tanpa disadari ketiganya, seorang Sinka mengikuti dan memperhatikan ketiganya dari meja yang cukup jauh.

~~~

Malam kembali berganti pagi, bulan kembali digantikan matahari. Cahaya yang begitu menyilaukan dari sang mentari itu kembali menembus jendela kamar di lantai dua rumah besar kakak beradik Veranda dan Shania. Bangunkan Shania dari mimpi indahnya, lagi-lagi dirinya telat.

"Dek. Bangun, udah siang, kamu udah kelas tiga loh, masa masih telat-telat sih?!" Teriak Veranda sambil mengetuk pintu kamar Shania.

Shania pun akhirnya bangun, dengan muka bantal yang kumal, mengambil HPnya, melihat HPnya yang sudah penuh notifikasi, notif itu Joitus di pagi hari.

"Joitus? Pagi-pagi gini? Apaan sih?"

Dengan malasnya, Shania membuka Joitus. Jantung Shania langsung berdegup kencang. Matanya yang tadi hanya segaris langsung terbuka lebar karena melihat judul baru berita Joitus.

"I-ini?! Ga mungkin! Boby?"

"Shania? Dek?"

Veranda masih di depan pintu kamar Shania menunggu Shania.

"Shania kamu udah bangun belom?" Tanya Veranda kembali mengetuk-ngetuk pintu kamar Shania. "Dek, ayo bangun terus sarapan ba- Dek kamu nangis?"

Veranda yang mendengar suara tangisan Shania makin panik.

"Dek?! Kamu kenapa? Shania buka pintunya!" Pinta Veranda.

Suara isak tangis Shania makin terdengar. Mata yang baru membuka setelah tertidur lelap itu meneteskan air matanya, menangisi sesuatu yang tidak pernah dibayangkannya. Namun terjadi.

Berita hubungan perselingkuhan Boby dengan Elaine itu menjadi topik yang langsung ramai dibicarakan di Joitus.

"Boby..." Panggil pelan Shania di dalam tangisnya.

Seguir leyendo

También te gustarán

101K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
494K 37K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
17.3K 1.6K 20
Menceritakan tentang Shani dan Bara yang terpisah lama dan dipertemukan kembali oleh semesta. Aku mohon sama kamu, tetap disini. Jangan Pergi- Shani ...
461K 4.8K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...