Joifuru High School

By jurimayu14

102K 6.6K 270

Kisah tentang 4 idola cowok semasa SMA dengan para gadis di dekat mereka. *jahhh lolz Cerita ini diikutkan da... More

Kata Pengantar
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 (Flashback)
15
16
17
18 (Now)
19 (Flashback)
20 (Now)
21
22
23
24
25
27 (Now)
28
29
30
31
32
33 (Now)
34 (Flashback)
35 (Now)
36
37 (Now)
38
39
40
41 (Flashback)
42
43 (Now)
44 (Flashback)
45 (Now)
46
47
48 (Now)
49
50
51 (Now)
52
53 (Now)
54
55
56 (Now)
57 (Flashback)
58 (Flashback cont)
59 (Flashback cont-2)
60 (Flashback cont-3)
61 (Now)

26

1.4K 111 1
By jurimayu14

Keadaan kembali membaik. Berita tentang 'cinta segiempat' itu hilang dengan cepat bagaikan diterpa angin yang sedang berhembus. Keempat sekawan itu kembali berkumpul, bersama dengan 3 gadis yang terasa sudah jadi bagian dari mereka. Tapi, itu tidak membuat para idola itu lolos dari Joitus. Veranda dan Deva yang akhirnya terang-terangan menunjukkan hubungan mereka itu, kembali jadi pembicaraan dan pemberitaan di Joitus. Berita bahwa hubungan Farish dan Naomi juga sempat kembali muncul. Namun, kali ini keduanya tidak menghindar atau marah-marah seperti dulu. Melainkan menunjukkan pada semuanya bahwa mereka hanya bersahabat.

Kegiatan belajar-mengajar kembali seperti biasanya. Ujian Tengah Semester kali ini, kembali terlaksana. Seperti biasa, mereka disatukan dengan adik kelas atau kakak kelas mereka yang berbeda jurusan dalam satu kelas.

Hari terakhir UTS, para murid terlihat begitu girang. Sambil menguap dan meregangkan tangannya, Farish lalu tiduran dengan tangannya sebagai bantal. Farish melihat adik kelas disampingnya yang sibuk merapihkan barang-barangnya dan mengoceh seorang diri.

"Aduh! Cepet-cepet, keburu nanti Michelle marah-marah. Pusing." Adik kelas Farish itu terlihat terburu-buru memasukkan alat tulisnya dan menaruh di tasnya. "Ilen, Kwekku. Tunggu aku!!" Gadis itu berteriak sambil berlari keluar ruang ujian.

Sementara itu, Shania ternyata satu ruang ujian dengan Hamids. Adik kelas yang mengidolakannya dari dulu.

"Kak Shania." Sapa Hamids sambil tersenyum pada gadis pemilik 'eye smile' yang duduk di hadapannya.

Shania yang sedang mengobrol dengan Hanna dan Ayana, langsung membalikkan badannya.

"Terima kasih, Kak." Hamids membungkuk hormat pada Shania. Sekali lagi, tersenyum sebelum berlari keluar ruangan tersebut.

"Lo kenal, Shan?" Tanya Hanna, Shania hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.

Sementara saat Shania kembali asik mengobrol dengan Hanna, Ayana, juga Jeje dan Gaby yang menghampiri mereka. Sang kekasih yang duduk paling depan di ruang ujiannya, hanya melamun dan menggunakan tangan kanannya untuk menopang wajahnya. Terus terdiam menatap papan tulis yang tidak ada tulisan apapun. Membuatnya jadi perhatian adik kelas yang duduk agak jauh di belakangnya.

"Ilen!! Kwekku!" Teriak seorang gadis buyarkan lamunan Boby.

Terlihat berdiri di depan pintu, Andela bersama Gracia dan Hamids perlahan masuk ke dalam.

Saat Boby melihat ke belakang ternyata mereka menghampiri Elaine.

"Kwek! Aku kangen!"

"Tiap hari kan kita pulang bareng." Ucap Elaine datar.

Boby terus memperhatikan keempat adik kelas yang mengobrol itu. Andela yang terlihat manja pada Elaine yang terus mengabaikannya. Gracia dan Hamids yang berdiri menempel sambil berpegangan tangan di hadapan mereka.

Perlahan Boby bangkit dari duduknya, mulai melangkahkan kaki-kakinya.

"Kak Boby!" Panggil Hamids, hentikan perjalanan Boby yang sudah di dekat pintu.

"Terima kasih!" Hamids dan Gracia membungkuk hormat pada Boby bersama.

Boby hanya menaikkan salah satu sudut bibirnya, tersenyum manis dan kembali melanjutkan perjalanannya.

Saat di depan ruangannya, Boby berpapasan dengan Michelle. Gadis itu melewati Boby dengan tatapan malas yang diberikannya. Tanpa peduli, Boby kembali melanjutkan perjalanannya. Lagi, dia berpapasan dengan seseorang. Seorang bertubuh ramping dan tinggi yang sekilas mirip dengan Boby, bedanya orang ini adalah perempuan berwajah manis, bernama lengkap Ratu Vienny Fitriliya.

"Lo masih inget, kan? Kalau lo. Masih bagian kita." Bisik Viny saat melewati Boby dengan menekankan pada kata 'kita'.

Boby tidak merespon ucapan Viny dan tetap melanjutkan perjalanannya ke ruang ujian Shania.

Setelah berpamitan dengan teman-temannya. Shania menghampiri Boby yang menunggunya di depan pintu.

"Lama, ya?"

"Gak kok."

"Oh, iya. Tadi cowok yang waktu itu, yang adek kelas itu, siapa?"

"Nino?"

"Nah! Iya itu, bilang makasih sama aku. Emangnya aku bantu dia apa?"

"Mereka juga bilang makasih sama aku."

"Mereka?"

"Nino sama Gracia. Mereka berdua udah jadian."

"Ahh! Begitu. Baguslah kalau gitu." Shania menggandeng tangan Boby, keduanya melanjutkan perjalanan mereka.

Pelajaran kembali berlangsung, tidak sampai 2 bulan lagi Veranda, Naomi dan teman-teman seangkatan mereka lulus.

Sore sepulang sekolah, OSIS untuk kedua kalinya, kembali mengadakan rapat besar dengan seluruh anggota dan para perwakilan ekstrakurikuler untuk menyambut festival sekolah yang diadakan setiap tahun sebelum wisuda yang menyatakan kelulusan anak kelas XII.

"Jadi, sesuai hasil voting. Ketua dan wakil ketua pelaksana festival tahun ini, Boby Chaesar dan Shania Junianatha." Ucap Aki-kun, ketua OSIS Joifuru keturunan Jepang saat menyampaikan hasil voting pada rapat tersebut.

Suara tepuk tangan terdengar memenuhi aula sekolah yang tentunya dipakai untuk rapat sebesar ini. Mengakhiri rapat umum OSIS.

"Kenapa jadi gw, Va?" Tanya Boby pada Deva yang duduk di sampingnya.

"Cuman lo yang pantes, By."

"Tolong ya, Boby." Veranda yang duduk disamping Deva, tersenyum begitu lembut pada Boby.

"Kamu pantes dan pasti bisa kok, sayang." Shania yang duduk di sebelah kirinya ikut menimpali dan menunjukkan senyuman khasnya.

"Deva! Boby! Kak Ve! Shania!" Tiba-tiba seseorang kagetkan mereka dari depan. Ternyata itu Viny yang tersenyum begitu lebar. "Oh, Iya. Aku mau bilang ke Deva sama Kak Veranda. Selamat ya! Aku gak sadar ternyata kalian pacaran, aku pikir cuman perasaan aku aja." Entah kenapa Boby terlihat malas dengan keberadaan Viny.

"Makasih, Vin." Ucap Deva dan Veranda bersamaan sambil tersenyum.

"Ah. Dan buat Boby. Juga Shania." Viny menjulurkan tangannya pada Boby. "Atas nama OSIS, kami minta bantuannya." Viny tersenyum begitu manis dengan satu alisnya terangkat.
Boby masih belum menyambut uluran tangan Viny, diliriknya Veranda dan Deva yang terlihat seperti orang menunggu moment jabat tangan mereka. Kalau Shania sih, inginnya tidak usah ada salaman itu. Demi Veranda dan Deva, perlahan Boby menyambut uluran tangan Viny.

"Gw usahain yang terbaik. Terima kasih atas kepercayaannya." Boby tersenyum begitu tipis sesaat sementara Viny dihadapannya tersenyum makin lebar.

Akhirnya setelah Ujian Akhir Semester, Praktek dan Nasional atau Kenaikan Kelas. Festival sekolahpun berlangsung. Desain dan penampilan Joifuru kini terlihat seperti festival-festival di sekolah Jepang. Maklum saja, ketua pelaksananya Boby yang notabene memang fanboy idola-idola Jepang. Ada butler café, rumah hantu-hantu Indonesia, bahkan cosplay contest dan sebagainya.

Dua panggung di buka, aula dijadikan foodcourt yang menjual makanan-makanan khas Indonesia. Stand-stand menjual hasil-hasil karya para murid. Dan acara ini, juga dibuka untuk umum yang tentunya memiliki tiket asli atau undangan.

Dua panggung dimanfaatkan untuk berbagai ekstrakurikuler menunjukkan kemampuan, yang bertujuan mempromosikan ekstrakurikuler mereka kepada adik kelas dan mungkin calon adik kelas mereka.

Sayangnya, Boby gagal mendatangkan JKT48 untuk mengisi acara sekolahnya.

Namun, kali itu Deva dan Deni sama-sama memutuskan untuk tidak tampil mewakili ekskul mereka dan memilih menjadi butler di butler café.

Setelah mengganti pakaiannya, Deva masuk ke dalam home.

"Gimana?" Tanya Deva, memperlihatkan dirinya dengan pakaian ala butler pada Veranda, Naomi dan Deni.

"Keren banget, Deva." Ucap Naomi.

"Ganteng. Tapi ini belum rapih." Veranda merapihkan dasi dan juga pakaian Deva.

"Hey! Hey! Yang jadi butler disini bukan cuma K! Look at me, too." Rengek Deni yang tetap diabaikan ketiganya.

"Kamen Rider Ghaida!!" Teriak Farish sambil bergaya di depan home dengan kostum Kamen Rider Kiva yang digunakannya lalu masuk.

"Gantengan kalau pake topeng, Rish!" Celetuk Deni.

"Wah! Sompret, lu!"

Saat Deni dan Farish ribut kecil seperti biasanya, Boby bersama Shania datang.

"Sudah pada siap?" Tanya Boby saat masuk ke home, disusul Shania.

"Sudah ketua pelaksana!" Jawab Deni sambil hormat.

"Baiklah, kalau udah selesai. Ke pos kalian masing-masing, ya. Gw sama Shania keliling lagi dulu." Ucap Boby kembali keluar home.

"Hey! Hey! Jangan pacaran aja ya, kalian. Kerja yang bener!" Ucap Farish yang hanya dijawab senyum dan acungan jempol oleh Boby yang sudah menjauh dari home.

Deni yang saat itu sedang beristirahat karena bergantian shift, menghampiri Naomi yang sedang sendirian di koridor tengah gedung 1 Joifuru, memandangi keseluruhan sekolah mereka yang memiliki 2 gedung berbentuk U besar saling berhadapan.

"Sendirian aja?" Naomi berbalik terlihat Deni menghampirinya sambil makan sebuah jeruk. "Mau jeruk?" Deni menyodorkan jeruk yang dibawanya pada Naomi. "Manis, loh. Kayak Kak Naomi."

Naomi hanya tertawa kecil. "Gak, makasih Deni. Emm? Yang lain kemana?"

"Sibuk masing-masing. Emm, sibuk pacaran juga mungkin. Haha." Deni kembali memakan jeruknya dan Naomi kembali memperhatikan sekolahnya itu. "Sedih akan meninggalkan Joifuru?"

"Iya. Pasti. Tapi, kita harus tetap melangkah, kan?"

"Sedih mau berpisah sama Deni, gak?" Tanya Deni kembali, sambil menatap lembut gadis yang ada disebelahnya itu.

"Hah? Pertanyaan macam apa i-" Kata-kata Naomi berhenti saat dirinya menatap balik Deni.

Saling memberi senyum lembut, senyum yang keduanya belum pernah lihat masing-masing.

Dengan keringat yang membahasi tubuh dan bajunya, Boby terus berkeliling untuk memastikan kelancaran, keamanan dan kenyamanan festival sekolah yang di ketuainya itu. Wajahnya terlihat begitu serius, mungkin ada beban tersendiri dipikirannya.

"Hah." Boby menghela nafasnya saat duduk di depan salah satu kelas, memperhatikan dengan baik acara yang berlangsung di kelas itu.

"Boby!! Akhirnya ketemu."

Boby membalikkan tubuhnya, terlihat Shania berlari menghampirinya sambil membawa kotak berisi makanan dan sebotol air minum.

"Makan dulu! Kamu belum makan sama sekali, kan?" Shania duduk di sebelah Boby.

"Maaf, aku lupa."

"Lupa gimana?! Tapi, daritadi ngingetin anak OSIS sama panitia buat makan!" Kesal Shania sambil membuka kotak makanan yang dibawanya.

"Shan, semuanya lancar, kan?"

"Emm. Calm my prince, semuanya lancar. Sesuai apa yang kamu mau."

"Syukurlah. Semoga Kak Ve, Kak Naomi dan semua anak Joifuru terutama kakak kelas kita senang."

"Hmm. Yaudah, sekarang yang penting kamu makan."

Saat Shania ingin menyuapi, Boby memegang tangan Shania. "Hey. Aku bisa sendiri."

"Emm, padahal kan mau nyuapin." Shania terlihat cemberut dan memanyunkan bibirnya.

"Err. Kamu sehat, kan?"

"Boby!"

"Calm my princess." Boby mengucapkan dengan menirukan gaya Shania. "Haha. Okay. Okay. Satu suap aja ya."

"Yes! Pake tangan atau mulut?" Tanya Shania tersenyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya.

"Shania!" Shania hanya tertawa dan akhirnya memberi suapan makanan pertama pada Boby dengan tangannya.

Sementara Shania sedang memanjakan Boby, Deva seorang diri sedang memandang langit di atap gedung 1 Joifuru dan menghirup udara segar yang begitu terasa menyejukkan.

"Key." Panggil seseorang dengan nada manja, siapa lagi kalau bukan Veranda.

"Ve. Veranda?" Deva lalu membalikkan badannya menghadap Veranda.

"Tadi aku nyamperin ke butler café, tahunya kamu malah ke atap sekolah."

"Hehe. Maaf gak ngasih tahu." Deva kembali melihat ke arah langit.

Veranda menghampiri Deva. Menyandarkan kepalanya di pundak sang pacar.

"Key ada apa? Kamu kenapa?"

"Penyesalan selalu datang belakangan, ya Ve? Dulu aku gak mau kita berduaan disini, karena pasti ada paparazzi Joitus. Sekarang disaat semua udah tau, besok kita gak bisa berduaan lagi di sekolah." Ucap Deva dengan nada sedih.

Bukannya sedih atau menghibur Deva, Veranda malah tertawa terbahak-bahak.

"E-Eh? Kamu kok malah ketawa?" Tentu saja, Deva begitu terkejut dengan reaksi Veranda.

"Maaf, maaf." Veranda meletakkan kedua tangannya di muka Deva yang terlihat menggembungkan pipinya. "Duh. Ah. Gak lucu. Ihh."

"Kamu yang gak lucu. Masa aku ngomong serius di ketawain gitu." Deva masih menggembungkan pipinya, terlihat seperti anak kecil.

"Ini kan cuma hari terakhir aku di sekolah, bukan hari terakhir kita." Veranda mencubit pipi Deva dengan gemasnya. "Jadi, kita tetep bisa berduaan di tempat lain. Dan lagian, kan masih ada sahabat-sahabat kamu juga adek aku, jadi gak usah sedih." Veranda tersenyum.

"Ahh. Iya! Kamu bener. Kenapa aku jadi bodoh gini?" Veranda lalu melepaskan pegangan tangannya.

"Gak kok. Kamu gak bodoh. Cuma kadang kamu barbar aja."

"Heh?!"

"Ah, iya. Ngomong-ngomong, dimana sahabat-sahabat kamu? Aku lihat home kosong."

"Hmm? Entahlah. Aku rasa Boby sama Shania terus keliling memantau keadaan festival, Nobi daritadi dia juga udah ngilang, bilangnya 'mau cari Kak Naomi dulu'. Kalau Farish-" Deva berhenti, teringat sesuatu dan memikirkannya.

"Kenapa Key?"

"Ahh. Kamu tunggu disini ya. Eh maksud aku bukan berarti di atap. Kamu boleh keliling-keliling kok."

"Lalu kamu?"

"Aku pergi sebentar. Gak akan lama."

Setelah mencium lembut kening, kedua pipi tembem Veranda dan juga bibir pink kekasihnya itu, Deva berlari kencang tinggalkan tempat itu.

Dengan masih menggunakan pakaian ala Kamen Rider Kiva lengkap, Farish duduk berjongkok di samping makam Diasta. Topengnya yang tentunya tidak di pakainya, ada di samping kanan kakinya.

"Nyashu!!" Farish berkata dengan girang. "Hari ini festival sekolah Joifuru kedua buat aku, dua kali tanpa Nyash." Farish menunduk sedih. "Ahh. Aku gak sedih kok. Oh iya, lihat-lihat-" Farish berdiri dan berpose ala kamen rider akan beraksi. "Cosplay Kamen Rider! Yeah! Finally!" Farish kembali duduk. "Kalo bukan Boby ketua pelaksanannya, mungkin aku gak bisa cosplay gini di festival." Farish tersenyum hambar. "Oh iya, Nyash. Pasca ditolak Kak Ve, rasanya sakit, tapi aku kuat kok. Tenang aja, pokoknya kamu tenang aja. Nanti aku cari lagi, masih banyak yang mau kok sama seorang Ghaida." Farish tertawa girang. "Ahahaha. Kenapa jadi gitu? Tenang aja aku gak akan jadi playboy lagi. Itu sih masa lalu." Farish diam sejenak. "Nyash. Sebentar lagi aku kelas tiga. Terus lulus, tahun depan jadi tahun terakhir aku, bareng sahabat-sahabat aku. Ah iya, Nyash belum sempet kenalan sama mereka ya. Walau menyebalkan, mereka yang terbaik!" Tanpa sadar air mata Farish keluar "Kenapa jadi sedih gini sih."

"Tahun depan, bukanlah yang terakhir." Ucap seseorang yang suaranya familiar bagi Farish di kejauhan.

"Lo juga sahabat kita yang terbaik." Kali ini Farish menengok dan melihat ke arah sumber suara, ini suara Boby.
"Iyap Rish!" Kali ini Deni yang berbicara sambil mengacungkan jempolnya. "Ano, gw agak merinding disini, nih." Tambahnya.

"Deva! Boby! Nobi!" Farish bangkit dan berlari ke arah tiga sahabatnya itu.

"Maaf, apa lo udah selesai?" Tanya Boby, Farish mengangguk tanda mengiyakan.

"Kalau gitu, kita lihat festival sekolah sampai akhir bareng-bareng." Ajak Deva.

"Yuhuu!! Fireworks guys!!" Teriak Deni yang diakhiri dengan pukulan dari Farish di kepalanya.

'Nyash. Ini sahabat-sahabat aku, yang terbaik buat aku. Makasih, mungkin emang bukan Kak Ve yang gantiin kamu buat jagain aku, tapi mereka. Dan ini lebih dari cukup.' Ucap Farish dalam hatinya dan tersenyum.

Empat sekawan itu tiba kembali ke sekolah, saling merangkul pundak sahabat mereka. Menemui Shania, Veranda, juga Naomi yang menunggu mereka di depan panggung utama festival.

Sebagai puncak acara, bersamaan dengan meluncurnya kembang api. Stella di atas pangung menyanyikan lagu perpisahan untuk kakak-kakak kelas mereka.

Pada tujuan yang aku ingin,

Langit biru menunggu diriku,

Mana yang lebih dulu, memutuskan pita, bagaimanapun juga boleh.

Musim upacara kelulusan,

Di dalam dadapun angin bertiup,

Bunga sakura hari ini, tercerai berai, di tempat memikirkanmu.

Veranda menatap dalam mata Deva, Deva menatapnya balik dengan senyuman, keduanya saling menghampiri dan berpelukan.

Shania yang sudah berada di sebelah Boby tersenyum bersama, dan saling berpegangan tangan.

Air mata Farish kembali menetes. Tiba-tiba, Boby menepuk punggung Farish yang langsung tersenyum padanya.

Sementara Naomi yang berdiri di sebelah Deni, masih menonton dengan perlahan memegang tangan pemuda di sampingnya itu.

"Kak-Kak Naomi??" Naomi hanya tersenyum lembut.

"EHEM!" Farish pura-pura batuk. "Cieee Nobi, cieee." Ledek Farish pada Deni.

"A-Apaan? Apaan?? Diemm! Sst!"

Keempatnya kembali bercanda seperti biasa, apalagi Farish dan Deni.
Di atas panggung, Stella kembali menyanyikan lagu perpisahan berjudul 'Bunga Sakuraku' milik JKT48.

Sampai tujuan yang aku ingin,

Terus jalan walau tak akan sampai,

Di tengah mimpi, air mata mengalir, kuhapus dengan tangan ini.

Kakak kelas yang berlari di depan,

Menghantar bayangan yang panjang,

Bunga sakura yang tertinggal, pasti suatu hari, kan berkelana dari ranting.

Selesai acara, panitia festival sekolah beserta OSIS menjadi yang terakhir pulang. Tiba-tiba, Gracia dan Hamids menghampiri Shania dan Boby yang sedang membereskan barang mereka.

"Kak Boby!" Teriak Gracia. "Ma-maaf."

"Ada apa?"

"Tadi, Hamids ngambil foto-foto kalian. Kita pikir, mungkin kalian mau fotonya?"

"Boleh, liat foto-fotonya?" Pinta Shania.

"Ini, Kak." Hamids memberikan DSLR miliknya. "Silahkan, Kak."

Shania melihar-lihat foto-foto yang diambil Hamids.

"Wah. Lucu-lucu. Hihi ada foto kita pas suap-suapan."

Tiba-tiba raut wajah Shania yang tadi senyum-senyum girang berubah jadi datar dan pucat.

"Emm. Makasih ya." Shania mengembalikan kamera milik Hamids itu. "Kita pulang, yuk." Tanpa pamit pada Hamids dan Gracia, Shania menarik Boby untuk pergi.

"Kak Shania kenapa?"

Hamids hanya mengangkat bahu tanda tak tahu. Saat melihat kameranya, foto terakhir yang dilihat Shania adalah foto Andela dan Elaine.
Liburan tiba, saat ini dengan mobil Veranda yang baru dibelikan kedua orang tua Veranda untuknya, bersama dengan kekasihnya, adiknya dan Boby, kedua pasangan itu pergi menginap ke sebuah daerah pantai.

"Ini liburan pertama kita bereempat ya?" Tanya Deva.

"Iya." Jawab Veranda tersenyum begitu manis.

"Gak juga sih. Kalau diitung waktu jaman SD." Jawab Boby pelan.

"Sering-sering ya, K!" Pinta Shania.

"Waduh!! Amsyong dong duit gw!" Shania hanya tertawa. "Udah ah. Ve, main air yuk!!" Deva menarik Veranda, meninggalkan Shania bersama Boby yang duduk berdua di pinggir pantai.

"Hahaha! Kenapa Kak Ve juga jadi kekanakan gitu?" Tanya Shania sambil memperhatikan Veranda dan Deva yang sedang main air di pantai.

"Tapi, Kak Ve gak semanja kamu kok." Ucap Boby dengan datarnya.

"Apaan sih?! Ihh! Nyebelin deh." Shania langung terlihat bete.

"Ahaha. Ambekan deh." Boby membelai rambut Shania.

"Kalau kamu ngambek. Aku gak jadi kasih kamu hadiah, nih."

"Eh? Hadiah apa?" Shania langsung menatap Boby dengan mata berbinar.

"Tutup mata dulu."

"Kamu nyuruh aku nutup mata, tapi gak akan ninggalin aku tiba-tiba sendirian, kan?"

"Gak lah! Udah tutup mata dulu."

Dengan agak takut, Shania menutup matanya, pelan-pelan Boby mengambil sesuatu dari kantong celananya.

"Kamu gak mau nyium aku tiba-tiba, kan?" Lagi Shania bertanya yang aneh-aneh, kali ini buat Boby tersedak dan batuk. "Eh? Kenapa? Kamu gak apa-apa, kan?"

"Gak apa-apa, angkat tangan kamu sekarang."

Dengan bingungnya Shania mengikuti yang diminta Boby, perlahan sesuatu dirasakan tangan kanan Shania, sebuah benda berbentuk lingkaran dipakaikan Boby di jari manis tangan gadis yang juga manis itu.

Refleks Shania langsung membuka matanya. "I-Ini?"

"Cuman tanda gak lebih, tapi suatu hari aku akan buat itu jadi lebih. Saat kita sama-sama siap melanjutkannya." Ucap Boby tersenyum.

Boby menatap Shania dengan tatapan mata begitu mencintai, sembari menunjukkan cincin yang sama yang sudah terpasang di jari manisnya. Timbulkan semburat rona merah di pipi Shania, kembali timbulkan eye smile khas Shania. Dibawah sang mentari, diiringi hembusan angin, keduanyapun berciuman. Tanpa dketahui Veranda dan Deva memperhatikan mereka sambil tersenyum ikut bahagia.

Malam harinya, sinar bulan dan kerlap-kerlip bintang diatas sana menemani sepasang insan yang sedang bersama menikmati malam hari mereka, di tempat penginapan tepi pantai itu.

"Shania udah tidur?" Tanya Deva pada Veranda.

"Udah kok, Boby?" Tanya balik Veranda.

"Emm, belum. Dia lagi baca buku."

"Wah! Sempet-sempetnya baca buku ya."

"Yah, dia cuman bisa baca buku disini pas Shania tidur. Kalau Shania gak tidur sih-"

"Ahaha! Stop, stop! Nanti keterusan bahasnya, terus Shania bangun bahaya."

"Oh iya Ve." Panggil lembut Deva, Veranda pun menengok ke arah Deva. "Inget pas tadi siang Boby ngasih cincin ke Shania?"

"Emm, inget kok. Kenapa?"

"Aku juga punya sesuatu untuk kamu."

"Oh, ceritanya ada yang gak mau kalah?"

"Ya iya dong!" Deva pun mengeluarkan sebuah kotak dari tas kecil yang melingkar di pinggangnya. "Ini."

"Kalung?" Tebak Veranda saat melihat kotak yang diperlihatkan Deva.

"Yah, lebih dari sekadar kalung." Ucap Deva tersenyum sambil membuka kotak itu, terdapat kalung dengan bandul bentuk kunci di dalamnya terlihat cantik.

"Bagus banget!"

"Kamu suka?" Veranda mangangguk.

"Kalau gitu aku pakein, ya?"

Veranda pun menyibakkan rambutnya. Perlahan Deva mendekat, memasangkan kalung itu di leher indah Veranda.

"Kamu mau tahu gak apa arti dari kalung ini?"

"Hmm, emangnya apa?"

"Pertama, ini bukan cuman sekedar hadiah. Dan yang kedua, sesuai nama aku 'Key' ini ibarat kunci hati aku, cuman kamu yang pegang. Jadi gak akan ada orang lain yang bisa membukanya." Deva tersenyum, begitu juga Veranda.

Di bawah sang rembulan, keduanyapun berciuman.

Yo gaes~ ini ending season 1 klo di kaya di blog. Tp disini gw ga pisah postnya.

Semoga gak lelah dan ttp menghibur semuanya ya ^^

Continue Reading

You'll Also Like

213K 19.4K 44
"Satu cinta saja tak cukup untukku, hatiku masih saja terasa sepi"__ Shani. " Senakal-nakalnya gue, gue nggak pernah tuh mainin hati orang"__ Gracia...
13.8K 1K 13
Kini, Elaine menjadi ketua Majijo. Sementara itu Andela merupakan ketua Yabakune. Sekolah yang masih menjadi rival Majijo. Akankah kisah kasih dan se...
DILEMMA By iia

Fanfiction

373K 34.4K 45
Apa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)
376K 24.3K 45
Hidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya ya...