Joifuru High School

Por jurimayu14

102K 6.6K 270

Kisah tentang 4 idola cowok semasa SMA dengan para gadis di dekat mereka. *jahhh lolz Cerita ini diikutkan da... Más

Kata Pengantar
Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14 (Flashback)
15
16
17
18 (Now)
19 (Flashback)
20 (Now)
22
23
24
25
26
27 (Now)
28
29
30
31
32
33 (Now)
34 (Flashback)
35 (Now)
36
37 (Now)
38
39
40
41 (Flashback)
42
43 (Now)
44 (Flashback)
45 (Now)
46
47
48 (Now)
49
50
51 (Now)
52
53 (Now)
54
55
56 (Now)
57 (Flashback)
58 (Flashback cont)
59 (Flashback cont-2)
60 (Flashback cont-3)
61 (Now)

21

1.7K 105 0
Por jurimayu14

Sepulang dari kegiatan ekstrakurikuler dance, Deva menghampiri tempat latihan ekstrakurikuler cheerleader yang berada dekat tempat latihan klub basket.

"Eh? Deva? Sorry, baru selesai nih." Sapa Naomi pada Deva yang berdiri menunggunya.

"Soal rencana kita, mau di obrolin sekarang?"

"Ahh. Boleh, sebentar ya, Deva." Naomi pun membereskan barang-barangnya.

"Kak Shinta! Aku pulang duluan ya! Sama Lidya." Teriak Sinka dari jauh sambil melambaikan tangan pada Naomi dan Deva.

"Iya, Dek. Hati-hati. Yuk, Va. Mau ngobrolin dimana?"

"Di kafe deket sini?"

"Boleh." Deva dan Naomi langsung pergi.

Sosok Deva yang terlihat bersama Naomi itu, curi perhatian Shania yang memang sedang latihan dengan klub basketnya.

"Hey, gadis genit." Panggil Boby dengan irama lagu 'Gadis Genit' milik Vidi Aldiano, sadarkan sang kekasih. "Kok malah bengong?"

"Enak aja aku dikatain gadis genit!" Protes Shania.

"Kenyataan, kan? Hehe. Ada apa?"

"Itu Deva sama Kak Naomi?"

"Ada urusan klub, kita punya projek kerjasama. Tenang aja Deva gak akan selingkuhin kakak kamu." Shania hanya mengangguk. "Ayo kita pulang."

Di tengah perjalanan keluar sekolah, Boby dan Shania melihat sosok Veranda yang keluar bersama Farish dari perpustakaan. Sementara dari arah berlawanan, Deva dan Naomi terlihat disana. Beruntung keduanya serius dengan pembicaraan mereka sehingga tak menyadari pemandangan jauh disana.

Di kafe, sambil minum dan makan, Deva dan Naomi membahas projek kerjasama ekstrakurikuler mereka.

"Sip. Jadi, kita sepakat begini, Va?"

"Iya. Aku sih suka. Tinggal tanya anggota kita masing-masing aja."

"Okey. Yaudah, Kak Naomi pulang duluan ya."

"Tunggu, Kak. Biar aku anter aja."

"Emangnya gak apa-apa?"

"Santai aja. Sama-sama jalan kaki ini." Deva dan Naomi saling tersenyum, keduanya lalu pulang bersama.

Setibanya di rumah Naomi, tanpa disadari, Sinka memperhatikan kejadian itu sambil tersenyum. Senyuman yang begitu penuh makna.
Ketika Farish dan Veranda akrab, hubungan Naomi dan Deva juga semakin dekat. Takdir Tuhan yang terlihat begitu kebetulan.

Sore itu, Deva sambil duduk di bangku taman sekolah, menunggu kembali Naomi yang masih latihan cheers.

Sambil duduk, Deva melamunkan dan memikirkan banyak hal. Klub dance-nya, Joifuru, dan tentunya Veranda juga Farish. Dia selalu menyangkal bahwa pikiran dia soal Farish itu ada hubungannya dengan Veranda. Memang Veranda berteman dengan mantan pacar Farish. Veranda juga menceritakan hal itu padanya. Itu yang sedikit menganggunya. Tapi kalau memang Veranda dekat dengan seseorang dan ada apapun yang terjadi dengannya, Veranda pasti akan menceritakannya. Pasti. Begitulah pikir Deva.

Tak lama, Naomi terlihat keluar bersama beberapa anggota klub cheerleader lainnya.

"Mi, gw pulang duluan, ya." Ucap salah seorang anggota cheers.

"Iya, duluan aja. Bye."

Sambil memainkan HPnya, Naomi melanjutkan perjalanannya mendekat ke arah Deva yang sudah menunggunya. Menyadari suara Naomi yang sudah dekat, Deva bangkit dan membalikan badannya.

BRAK!!!

Keduanya bertabrakan.

"Ahh! Maaf, maaf Kak Naomi. Maaf, Kak Naomi gak apa-apa, kan?"

"Gak apa-apa kok. Gak apa-apa, Deva."

Dengan sigap Deva langsung membantu Naomi untuk kembali berdiri.

"Ah. HP Kak Naomi, kayanya banyak chat, tuh." Ucap Deva setelah mengambil HP Naomi yang terjatuh.

"Chat? Kayaknya cuma notif Joitus, ada berita baru kayanya." Balas Naomi sambil mengambil HPnya yang ada di tangan Deva.

'Berita? Kenapa tiba-tiba gw kepikiran Ve gini?' Tanya Deva dalam hatinya.

Dengan cepat dia mengambil HP dan membuka Joitus, wajahnyapun memucat saat melihat berita baru yang ada Joitus.

"I-ini. Gak mungkin. Gak. Ini??" Deva terlihat begitu terkejut.

Melihat berita baru di Joitus, Deva hanya bisa terdiam dan kaget tidak tahu harus berbicara apa. Penasaran, Naomi akhirnya ikut mengecek Joitus. Terlihatlah sebuah foto yang di upload oleh Joitus, sebuah foto yang diberi judul 'Sang Bidadari takluk oleh Playboy!' foto yang menggambarkan keakraban Farish dan Veranda. Naomi hanya bisa menutup mulutnya, terlihat begitu terkejut.

"Hahaha. Sinka, Sinka. Lihat tuh! Nyuruh-nyuruh kakak sama Farish. Ternyata dia malah udah pacaran sama yang jauh lebih baik dan lebih cantik." Ucap Naomi yang tidak dipedulikan Deva yang masih terlihat pucat. "Deva? Deva kamu gak apa-apa, kan?" Tanya Naomi yang sadar keadaan Deva, yang sudah terduduk di lantai.

"Gak apa-apa, Kak. Bisa tinggalin aku?" Pinta Deva, Naomi jelas tahu bahwa Deva terlihat lemas seperti ini karena berita Farish dan Veranda. Itu agak membuatnya penasaran.

Di suatu malam, walau besok hari libur, Joitus masih cukup rame walau sudah 2 hari berlalu. Tidak munculnya si 'pelaku utama' berita serta ketiga sahabat Farish di Joitus, makin membuat orang-orang penasaran. Salah satunya Naomi, yang pernah 'mungkin' didekati Farish dan ekspresi Deva saat melihat berita itu yang lebih membuat Naomi makin penasaran.

"Kak Shinta, makan malemnya udah siap. Ayo, makan." Ucap Sinka saat membuka pintu kamar Naomi. "Hmm, Kak? Kak Shinta lagi apa? Kok serius banget kayanya?" Sinka pun menghampiri Naomi. "Emm? Joitus?" Tanya Sinka saat melihat Joitus di layar laptop Naomi. "Ahh. Aku tau! Jadi Kak Shinta ceritanya galau ya? Lihat Farish ternyata pacaran sama Kak Ve? Hihihi. Ciee." Ucap Sinka menggoda Naomi, kali ini membuat Naomi merespon adiknya.

"Siapa yang galau, Dek? Hah!" Saut Naomi.

"Lah? Terus itu? Apa?" Tanya Sinka yang sudah duduk di tempat tidur Naomi.

"Bukan apa-apa dan bukan urusan kamu."

"Dih! Gitu banget sih, Kak." Ucap Sinka manyun-manyun.

"Hmm. Oh iya, Dek. Kamu kan satu jurusan sama Deva, ceritain dong soal Deva."

"Hah? Deva? K? Jadi setelah gagal sama Farish, Kak Shinta mau incar Deva?"

"SINKA! Udah ceritain aja."

"Idih. Iya. Iya." Sinka pun menceritakan semua yang dia tahu soal Deva dan juga Farish.

Sabtu, adalah hari dimana hari sepasang kekasih biasanya jalan bersama, menghabiskan waktu berdua. Tapi tidak bagi Deva, semenjak munculnya berita itu, Veranda tidak membalas pesan atau mengangkat teleponnya. Meminta saran atau sekedar cerita sama Boby pun percuma, Deva merasa aneh mengenai sahabatnya itu. Menghubungi Shania? Deva hanya akan dapat cacian atau omelan atau sekadar info yang tidak berguna, jawabannya pasti 'gak tau apa-apa'.

Dilain sisi, Veranda sendiri juga terkejut melihat beritanya dengan Farish. Dia tidak berani sedikitpun untuk membalas pesan atau bahkan mendengar suara Deva. Veranda sadar kalau selama ini dia berbohong, tidak pernah sedikitpun mengatakan kedekatannya dengan Farish. Diawal Veranda merasa 'tidak apa-apa' karena Farish dan Deva merupakan sahabat, tapi akhirnya dirinya keterusan sampai 'sedikit melupakan' Deva. Farish adalah orang ketiga yang bisa dekat dengannya saat ini, setelah adiknya dan Deva.

Munafik bila Veranda berkata 'tidak melelahkan menunggu kepastian Deva, memastikan hubungan mereka ke semua orang'. Munafik bila dia bilang 'tidak ada rasa sedikitpun terhadap Farish'.

Ingin bercerita kepada Shania, tapi Veranda tahu dengan sangat baik sifat adiknya itu. Sementara bagi Farish, melihat berita itu, hanya 'Amin' yang dipanjatkannya. Dia akui, akhir-akhir ini rasa yang sudah lama tidak dia rasakan itu muncul kembali, dan itu karena Veranda.

Siapa yang tidak mau dengan gadis itu?

Gelisah terus dirasakan Deva, diapun memutuskan mendatangi rumah Veranda, namun hasilnya nihil. Dia hanya bertemu dengan Shania yang seakan menyembunyikan sesuatu di mata Deva.

"Gw gak tau Deva Key Putra! Kak Ve pergi saat gw belom bangun." Jutek Shania.

"Apa ada hubungannya sama Farish?"
"Emm? Gak tahu! Dan gw gak mau tahu!"

"Shan, gw mohon."

"Aduh, K! Jangan paksa gw untuk teriak."

"Tapi-"

"Cukup, Va! Maksa Shania kaya gitu, lo gak akan dapet apa-apa." Ucap Boby yang muncul di belakang Deva.

"Lo berdua tahu soal ini dari dulu, kan? Bener? Haha." Ucap Deva berjalan menabrakan pundaknya ke pundak Boby, lalu pergi meninggalkan keduanya.

Shania pun mendekat ke arah Boby.

"Acara kita hari ini, diundur dulu ya, Shan." Ucap Boby dengan masih melihat arah perginya Deva.

"Ehh?? Terus gak jadi atau?" Shania menatap arah perginya Deva. "Ahh! Gak. Gak. Jangan bilang mau ngikutin Deva?"

Boby hanya melihat Shania penuh arti.

"Kamu kan spesialis buntutin orang. Ayo."

Keduanyapun mengikuti Deva diam-diam. Sesuai perkiraan Boby, benar saja kali ini Deva pergi ke rumah Farish. Shania dan Boby memperhatikan dan mengikuti dari jarak yang cukup aman.

"Itu rumah siapa?" Tanya Shania pada Boby.

"Farish."

"Ahh! Gak guna. Farish kan tadi ke rumah, terus pergi deh sama Kak Ve." Ucapan Shania membuat Boby menengok padanya.

Mendapati hasil nihil di rumah Farish, Deva kembali berjalan pergi. Hanya satu hal dipikirannya 'Farish dan Ve sedang berdua'.

HP Veranda sama sekali tidak bisa dihubungi, begitu juga HP Farish. Kesal, marah dan kecewa yang dirasakan Deva yang berjalan entah kemana tanpa tujuan, terlihat frustasi. Ingin rasanya Deva lampiaskan emosinya, beruntung menurutnya dia melihat preman-preman yang mengganggu Naomi di kejauhan.

Dengan batu kecil yang dilemparkan Deva pada bos preman itu, dia mengalihkan perhatian mereka padanya.

"Heh?! Bocah siapa lo? Jangan kurang ajar ya! Hajar!!" Ucap bos preman itu, 3 lawan 1, Naomi yang melihat itu terlihat panik.

Terlebih entah kenapa Deva hanya diam saja saat dirinya dipukul oleh si bos preman. Hanya senyum menyeringai yang terpampang di wajah Deva, senyum yang tidak pernah dilihat Shania dan juga Naomi.

"Gawat." Ucap Boby melihat itu.

Sementara itu, Veranda dan Farish sedang berada di sebuah taman. Veranda hanya diam di atas sebuah ayunan, sementara Farish berdiri di dekatnya.

"Kak Ve, udah liat berita di Joitus kemaren? Ahh. Ternyata kita udah ke-gap berduaan, ya? Jadi gak enak." Veranda hanya diam. "Kak Ve? Kenapa diem aja?" Veranda tetap tidak merespon. "Kak Ve kenapa, sih? Kak Ve? Jawab pertanyaan aku!" Kesal Farish sambil mencengkeram bahu Veranda.

Akhirnya Veranda menatap Farish. "Lepasin Kak Ve. Farish." Pinta Veranda yang akhirnya berbicara.

"Maaf. Maaf Kak Ve."

"Farish, maaf kalau kamu salah paham dengan kedekatan kita ini."

"Ma-maksud Kak Ve?"

"Kak Ve sayang Farish. Tapi, Kak Ve lebih sayang Deva." Farish terlihat bingung dan terkejut. "Kak Ve gak tahu mesti gimana." Farish hanya diam mendengarkan. "Kak Ve, Kak Ve gak tahu harus ngomong apa. Gak ngerti, kenapa Deva selalu nutupin. Kak Ve gak tahu Farish." Tambah Veranda yang sudah mulai meneteskan air mata.

"Nutupin soal apa? Apa hubungannya sama Deva?"

"Ka Vek sama Deva-" Veranda terlihat ragu.

"Kenapa Kak Ve? Ada apa sama kalian?!" Hening diawal Veranda tidak ingin bilang, namun dia harus. Inilah waktunya, sekarang atau tidak sama sekali. "Ka Ve sama Deva kami-"
"Ahh! Jangan-jangan?" Diam, Veranda hanya bisa terdiam. "Apa salah aku? Kenapa Kak Ve? Kalau Kak Ve sama Deva errrr kenapa ngerespon semua perlakuan aku? Jawab Kak Ve!! JAWAB!" Bentak Farish.

"I-itu karena Kak Ve-"

"Apa? Jadiin aku pelampiasan? Hiburan? Selingkuhan?"

"Maaf Farish." Veranda terlihat semakin meneteskan air matanya. "Permisi dulu Farish." Tiba-tiba Veranda berlari meninggalkan Farish.

"Tu-tunggu! Kak Ve!" Farish pun mengejarnya.

Di tempat lain, Deva masih berkelahi dengan tiga preman yang ingin mengganggu Naomi, tapi entah kenapa Deva hanya diam saja. Membiarkan tubuhnya di hajar oleh para preman tersebut.

"Boby! Kamu gak mau bantu K? Itu juga kenapa K diem aja sih?! Boby!!" Ucap Shania panik, melihat Deva yang tersudut, dengan kedua tangannya dipegang dan tubuh yang sudah penuh luka terus dihajar.

"Aku bakal berhentiin mereka nanti, kalau Deva udah kelewatan." Jawaban Boby ini membuat Shania bingung, apalagi disana dia juga melihat wajah Naomi yang juga ketakutan.

"Jadi, cuma segini aja? Sepertinya main-mainnya sudah cukup." Ucap Deva meledek, membuat bos preman yang daritadi menghajarnya kesal, orang itu melayangkan pukulan hampa yang bisa dihindari dengan mudah oleh Deva.

Dengan mudahnya Deva melepaskan genggaman 2 orang yang memegang tangannya dan mendorong mereka hingga terjatuh. Lagi, bos preman itu melayangkan tinju yang kali ini dimentahkan dengan mudah oleh Deva, tangan kanannya yang kosong meninju keras perut sang bos. Dua orang yang sebelumnya dijatuhkan Deva, kali ini menyerang Deva secara bersamaan. Namun itu sia-sia, Deva bisa menghindar dan tendangan keras Deva diterima salah satunya. Dua orang itu kembali menyerang, namun tanpa basa-basi, kali ini Deva menendang perut dan memukul muka keduanya. Sangat telak, keduanya tidak mampu bangkit lagi. Terkejut, itu yang dirasakan mereka semua kecuali Boby. Tinggal satu, si bos preman.

"Terima kasih karena mengurangi beban gw. Saatnya kalian merasakan balasannya." Ucap Deva pada si bos. Dengan cepat Deva maju, menunjukan tendangan berputarnya yang mengenai wajah si bos.

Orang itu terjatuh, belum sempat menarik nafasnya, Deva menarik orang itu untuk bangun, dengan masih memegang kerah baju si bos, Deva memukul wajahnya, lagi dan lagi. Bukan cuma itu, si bos yang sudah tidak bisa membalas, didorong tubuhnya oleh Deva, Deva kembali menendang perut si bos yang sudah tak berdaya.

"Deva cukup. Deva! K berhenti!!" Teriak Naomi yang melihat Deva yang sekarang berada di atas tubuh si bos, terus memukul.

"Deva? A-Apakah lu, K? K yang itu?" Ucap si bos yang wajahnya sudah penuh luka dan darah keluar dari mulutnya.

"Baru sadar?" Tidak menghiraukan perintah Naomi, Deva kembali menghajar si ketua.

Terus memukul muka sang ketua tanpa henti. Shania terlihat ngeri dan kaget dengan kelakuan Deva.

"Sepertinya udah cukup." Melihat Deva yang sudah lepas kendali, Boby mengambil HPnya.

Nguing-nguing

Bunyi sirine dari mobil polisi terdengar, membuat ketiga preman itu panik.

"A-Ampun K! G-Gw gak mau ini sampe ke polisi. Ampun tolong." Ucap si bos memohon.

"Deva! Lebih baik kita pergi. Ayo!" Naomi perlahan mendekati Deva, membantunya berdiri dan membawanya berjalan pergi.

Bersamaan dengan perginya Deva dan Naomi, suara sirene polisi dari HP Boby pun berhenti. Boby dan Shania keluar dari persembunyian mereka, melihat para preman yang masih tergeletak dengan wajah penuh luka, lebam dan darah disana-sini yang terlihat bingung dan takut.

Kruyuuk!

Bunyi perut Shania yang terdengar buyarkan atmosfer suram di tempat itu.

"Hahaha!! Kamu laper?"

"Laperlah! Lihat aja tuh! Udah jam 2! Gimana gak laper?! Makan yuk!"

Keduanya pun meninggalkan tempat itu dan kembali mengikuti Deva dan Naomi.

Dilain sisi, Farish masih mengikuti Veranda. Berjalan lebih pelan dari 'sang putri' yang hanya terdiam di perjalanan. Farish hanya bisa menghela nafasnya.

Kebetulan atau sebuah keberuntungan untuk Shania, dua orang yang dibuntutinya masuk ke dalam sebuah kafe, entah untuk apa dan mengapa. Dengan jarak yang aman dan tetap bisa melihat Deva dan Naomi, Boby dan Shania yang sedang makan, tetap memperhatikan Naomi yang saat ini sedang mengompres luka-luka di wajah Deva.

"Ah! Aw! Duh." Erang Deva.

"Maaf Deva, sakit? Kalau kamu sekuat itu, kenapa diawal diem aja?" Tanya Naomi masih mengompres luka Deva.
"Biar aku kompres sendiri, Kak Naomi." Deva mengambil lap dari tangan Naomi itu.

"Pesanannya. Selamat menikmati." Ucap seorang pelayan yang membawakan pesanan makanan Deva dan Naomi.

"Makan dulu Deva. Kak Naomi yang traktir, sebagai tanda terima kasih dan maaf."

"Makasih, Kak." Jawab Deva pelan.

"Sebenernya ada apa sama kamu? Maaf, bukannya Kak Naomi mau kepo." Deva hanya memperhatikan Naomi yang duduk di sebelahnya dalam diam. "Emang sih, Kak Naomi gak begitu deket sama Ve. Tapi liat karakternya, rasanya gak mungkin dia pacaran sama Farish." Deva masih terdiam mendengarkan ucapan Naomi. "Dan kalo dari ceritanya Sinka, berita di Joitus dulu dan tentang profil kalian di Joitus, serta reaksi kamu saat melihat berita Farish sama Ve-" Naomi terlihat berpikir sejenak. "Kamu suka sama Ve, atau justru kalian memang pacaran?" Kali ini Deva tertawa hambar mendengar pernyataan Naomi yang tepat.

Butuh untuk menuangkan dan menghilangkan sakit hatinya, Deva menceritakan alasannya 'mengalah' diawal saat berkelahi tadi. Menceritakan seluruh yang dirasakannya. Termasuk soal hubungannya dengan Veranda. Lebih lega itulah yang dirasakan Deva setelah mencurahkan seluruh isi hatinya, kedua pasang mata yang seharusnya tidak bertatap itu bertemu, saling memandang.

Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan Naomi saat tangannya mengusap lembut pipi Deva yang masih terdapat luka lebam bekas pukulan. Kehangatanlah yang dirasakan Deva, kehangatan dan kelembutan yang sudah lama Deva tidak rasakan. Dia sangat merindukan sosok yang dekat namun terasa jauh sekarang, sosok Veranda yang diinginkannya memberikan kelembutan itu.

"Gawat. Kayaknya ini bakal lebih parah dari yang kita kira." Ucap Boby, yang bisa cukup jelas melihat kejadian di depannya itu, bisa cukup jelas untuk melihat sosok di depan kaca kafe.

Shania yang sedari tadi lebih fokus dengan makanannya akhirnya menyadari dan melihat sosok yang ada di depan kaca kafe itu.

"V-Ve?" Ucap Naomi gugup dan langsung menjatuhkan tangannya yang sedari tadi masih di pipi Deva.

Mendengar ucapan Naomi itu, Deva membalikkan badannya. Di balik punggungnya, di balik kaca kafe, dengan kaget dia melihat sosok Veranda yang terkejut. Namun munculnya Farish di dekat Veranda, membuat perasaanya kembali penuh amarah, rasanya campur aduk.

"Kak Ve! Kak Ve ada apa?" Farish yang sudah berhenti terlihat bingung melihat Veranda yang diam mematung. Dan akhirnya tersadar, Farish melihat Deva bersama perempuan yang tadinya ingin Farish dekati, Naomi. "Deva? Sama Naomi?"
Seakan ikut bersedih dengan kesalah pahaman yang memburuk, dunia ikut menangis, menurunkan rintik hujan bersamaan dengan turunnya air mata dari mata indah Veranda.

Tanpa kata, Veranda berlari meninggalkan pemandangan yang dilihatnya. Farish pun mengejarnya.

"Ve!! Tunggu! Ve!!" Usaha Deva untuk mengejar Veranda sia-sia dan terlambat.

"Kak Ve!! Tunggu aku!" Dengan terburu-buru bahkan sampai menabrak Deva, Shania ikut mengejar kakaknya.

"Shania??" Tanya Deva heran.

"Gw harap, lo bisa jelasin semuanya, secepatnya." Kali ini suara Boby yang muncul dari belakang Deva, mengagetkannya.

Keduanya saling bertatapan sejenak. Boby lalu pergi meninggalkan Deva sendiri, yang masih terdiam di depan kafe bersama dinginnya air hujan yang semakin membasahi tubuhnya.

Seguir leyendo

También te gustarán

My Little Sister [END] Por

Ficción General

318K 25.4K 60
Starting at 23 February 2022. finished on 17 August 2022.
79.5K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
39.2K 2.8K 25
" sampai adek gw lecet dikit , gw bakal bunuh orang terdekat lo! " Ucap Tegas Adelio yang menatap tajam wajah seseorang berhoodie hitam Orang berhood...
494K 37K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.