Joifuru High School

By jurimayu14

102K 6.6K 270

Kisah tentang 4 idola cowok semasa SMA dengan para gadis di dekat mereka. *jahhh lolz Cerita ini diikutkan da... More

Kata Pengantar
Prolog
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14 (Flashback)
15
16
17
18 (Now)
19 (Flashback)
20 (Now)
21
22
23
24
25
26
27 (Now)
28
29
30
31
32
33 (Now)
34 (Flashback)
35 (Now)
36
37 (Now)
38
39
40
41 (Flashback)
42
43 (Now)
44 (Flashback)
45 (Now)
46
47
48 (Now)
49
50
51 (Now)
52
53 (Now)
54
55
56 (Now)
57 (Flashback)
58 (Flashback cont)
59 (Flashback cont-2)
60 (Flashback cont-3)
61 (Now)

6

2.1K 132 0
By jurimayu14

Sebulan telah berlalu pasca upacara penyambutan murid-murid baru di Joifuru High School. Keadaan dan suasana sekolah tidak berubah, suasana damai dan tentramnya, yang berbeda tentunya kesibukan dan hiruk pikuk diawal tahun ajaran baru. Mengenai topik pembicaraan para murid, Deva, ketiga sahabatnya, Veranda dan Shania masih tetap menjadi pembicaraan utama.

Dengan santainya sambil menghirup udara segar yang mengalir, Deni terus berjalan ke arah home. Setiap hari memang keempat sekawan ini selalu berkumpul di home, sebelum atau bahkan sesudah pulang sekolah jika tidak ada kegiatan. Bahkan juga sering disaat istirahat sekolah.

"Wuih, tentramnya. Udah sebulan lebih tahun ajaran baru dimulai, sekolah ini jadi lebih rame dan indah." Ucap Deni sambil berjalan melihat sekelilingnya.

"Semangat pagi, Nobi." Sapa Deva yang sedang berdiri di depan pintu home sambil memainkan HPnya

"Good morning, K."

"Deva." Peringatan Deva lagi pada Deni untuk kesekian kalinya selama mereka berteman.

"Eh, eh sekolah rasanya makin menyenangkan deh. Dede-dede baru kita lucuk-lucuk!"

"Haha, dasar."

"Btw, mana Farish sama Boby?"

"Udah di dalem." Denipun masuk ke dalam home, terlihat Boby dan Farish duduk di kursinya masing-masing sambil memainkan gadget mereka.

"Good morning my friends!!" Sapa Deni dengan riangnya tidak menyadari sahabat-sahabatnya sedang 'sibuk'. "Aduh! Aduh! Gw kira cuma si K aja. Tahunya lu pada juga. Ngapain sih pagi-pagi udah pada sibuk sama gadget?" Tanya Deni heran. Keduanya hanya diam, masih sibuk memperhatikan gadget mereka, terlebih Boby juga menggunakan earphone.

Perlahan Deni mendekatkan diri pada Boby dan melihat apa yang daritadi sedang di tonton oleh sahabatnya yang misterius itu di Handphone-nya. "Boby? Busee!! Pagi-pagi udah nonton AKB48." Ucap Deni dengan malasnya, dengan cool-nya Boby hanya menatap sekilas Deni sebelum akhirnya kembali menonton video idolanya itu.

"Lu Rish? Ngapain?" Bukannya menjawab pertanyaan Deni, Farish malah menarik lengan baju Deni untuk mendekat pada dirinya.

Deni pun memperhatikan layar tab milik Farish yang sedang membuka Joitus. Sebuah website tidak resmi milik sekolah mereka yang dikelola oleh para murid di Joifuru. Tetapi tidak ada yang tahu persis, siapa-siapa saja para pengurus Joitus, bagaimana mereka beriteraksi atau berkumpul, dan bahkan rumornya, sesama pengurus Joitus juga tidak saling mengenal antar anggota. Joitus memang merupakan website Joifuru. Hanya saja fungsi dan kegunaannya berbeda dengan website resmi Joifuru. Joitus lebih fokus kepada pemberitaan-pemberitaan para murid di luar prestasi. Mirip pemberitaan gosip, hanya saja Joitus memiliki fitur yang lebih lengkap, seperti room chatting, recent update news, photos gallery, dan lainnya. Begitu juga dengan data para murid yang lebih up-to-date. Deva dan ketiga sahabatnya masuk daftar murid di Joitus yang paling diinginkan beritanya. Sayang sampai saat ini mereka masih aman. Hanya Farish dulu yang pernah masuk ke dalam pemberitaan Joitus. Bicara soal Farish, dirinya sedang melihat daftar murid-murid baru di Joifuru. Terutama daftar murid perempuannya.

"Lihat deh Nob. Lu bilang kan lu jomblo ngenes. Lihat dong update-an dari Joitus."

"Anjir! Gw gak ngenes kali."

"Yaudah apaan dong? Jomblo merana?"

"Sompret! Udah coba sini gw lihat."

"Iya, iya. Ini nih, nih. Kira-kira ada 80an murid cewek baru dari semua jurusan, lah."

"Jirr! Yang bener lu? Wuih! Wuih!" Farish lalu memberikan tab-nya pada Deni. Denipun mulai melihat-lihat lalu duduk di dekat Farish.

"Girang dah lu. Cari satulah, biar gak ngenes-ngenes amat. Buahahaha!!"

"Sial lu. Eh, eh, cakep nih. Elaine Hartanto." Deni menyebut sebuah nama, sambil melihat foto murid perempuan itu. Gadis yang memiliki senyum lebar, mata sipit dan wajahnya begitu imut.

"Ahh! Pedofil lu, bocah banget itu tampangnya."

"Sonia Natalia Winarto. Kaya namanya si Stella." Kali ini Deni membuka profil Wawa.

"Heh! Pe'a! Itu ada bacaannya 'Stella Young Sister'."

"Iya, ya? Yailah. I didn't look it. Eh, nih juga cakep. Michelle Christo Kusnadi."

"Mana?" Deni pun menunjukkan foto profil Michelle pada Farish. "Dih! Kaya gitu. Gak demen gw. Mukanya tipe-tipe galak kaya Ibu Melody."

Ibu Melody yang disebutkan oleh Farish adalah guru Matematika di Joifuru. Beliau terkenal cukup galak pada murid-muridnya. Farish pernah menjadi 'korban'nya. Padahal Farish cukup pintar dalam bidang Matematika. Tapi, dia malah kena omel Ibu Melody yang melihatnya berkelahi di luar sekolah. Itulah yang membuatnya jadi tidak suka pada Ibu Melody. Walau dikenal galak, guru yang bernama lengkap Melody Nurramdhani Laksani ini sebenernya cukup disegani dan bisa dibilang 'guru idola sekolah' karena wajah cantiknya dan umurnya yang memang masih muda.

"Kacau lu, Rish."

"Kenyataan bego! Atau mending lu sama Ibu Melody aja tuh. Jomblo juga, kan?"

"Buakakakakak! Wuanjir lu!" Suasana home-pun dipenuhi oleh tawa yang dikeluarkan oleh Deni, Farish bahkan juga Boby yang entah sejak kapan mendengar pembicaraan kedua sahabatnya.

"Kenapa temen-temen gw ini. Pagi-pagi udah ribut aja?" Akhirnya Deva masuk ke dalam home saat mendengar tawa yang begitu kencang dari dalam tempat nongkrongnya itu.
"Gak apa-apa kok, K." Jawab Deni yang hanya mendapatkan lagi tatapan peringatan dari Deva.

"Si Deni mau nembak Bu Melody, Va!" Jelas Farish sambil menahan tawanya.

"Wuanjing! Gak! Gak!" Melihat keributan antara Deni dan Farish yang sudah sering terjadi, Deva hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan ikut tertawa.

"Wakakakakak! Iya aja lu! Buahaha." Farish kembali menertawakan Deni. "Ahaha. Iya. Tapi, dari semuanya belum ada yang semempesona kaya Kak Ve atau Nju."

Entah mengapa ucapan Farish barusan membuat suasana di home tiba-tiba menjadi hening kembali. Terutama bagi Deva dan Boby.

"Kok jadi pada diem?" Seperti berpura-pura tidak ada apa-apa, Deva dan Boby kembali melihat layar HP mereka, sementara Deni dan Farish hanya saling tatap dalam kebingungan.

DING-DONG!

Bel sekolah pun berbunyi, menandakan saatnya murid-murid masuk ke dalam kelas mereka. Jam pelajaran Joifuru berlangsung selama 7 jam, dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 15.00 sore. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 16.00, sudah cukup sore bagi para murid jika masih berkeliaran di sekolah, apalagi jika tidak ada kegiatan lainnya seperti ekstrakurikuler. Tak terkecuali bagi Boby yang memang suka menghabiskan waktu di sekolah, salah satunya di perpustakaan. Seperti hari ini, walau hari ini ada yang berbeda, salah satunya bertemu dengan Veranda. Boby jarang sekali berpas-pasan dengan kakak kelasnya itu, padahal mereka berdua masuk ke dalam daftar murid yang rajin ke perpustakaan.

BRAK!!!

Terdengar suara buku-buku berjatuhan, terlihatlah sosok Veranda yang ternyata menjatuhkan novel-novel yang ingin di pinjamnya. Dengan cepat Boby langsung menghampiri Veranda. 'Sherlock Holmes, Sherlock Holmes dan Sherlock Holmes, sepertinya Kak Ve ini maniak Sherlock Holmes.' Pikir Boby dalam hatinya saat membantu Veranda dan melihat tiga novel yang kini sudah dipegang gadis itu kembali.

"Makasih. Maaf ngerepotin." Ucap Veranda sambil berusaha berdiri, dengan gantle-nya, Boby membantu Veranda berdiri.

Melihat handphone Veranda yang masih tergeletak di lantai, Boby pun membantu mengambilnya dan tak sengaja melihat apa yang ditunjukkan oleh layar Handphone yang tiba-tiba menyala itu 'Handphonenya? Chat-an dengan... Deva? Pake sayang?'

"Kak Ve, handphone-nya." Tidak ingin dicurigai, Boby cepat bangkit kembali dan memberikannya pada Veranda.

"Ahh, sekali lagi makasih banyak Boby." Veranda pun tersenyum dan mengambil handphone-nya yang ada di tangan Boby dengan cepat, seperti seakan ada sesuatu yang memang disembunyikannya.

Boby coba membaca beberapa lembar sebuah buku di perpustakaan, tetapi pikirannya tidak konsen. Pikirannya terus bermain, terlebih saat dia tak sengaja melihat chat dari Deva di HP Veranda. Bukan, bukannya tidak wajar keduanya saling kenal. Pada kenyataannya, Boby apalagi Deva memang mengenal dengan baik kakak-beradik Veranda-Shania. Saat Deva pindah ke Jakarta, Deva masuk ke Sekolah Dasar yang sama dengan Shania dan Veranda. Rumah merekapun juga satu komplek. Itu yang menyebabkan ketiganya saling kenal, terlebih hingga SMK saat ini. Ketiganya selalu satu sekolah, jadi wajar saja dan mungkin saja jika Veranda dan Deva memiliki hubungan khusus. Tapi pertanyaannya, sejak kapan? Dan mengapa Deva tidak menceritakannya pada Boby? Padahal Deva dulu pernah mengenalkan Veranda dan juga Shania pada Boby saat Deva liburan ketika SD dulu dan mengajaknya keduanya hingga dua kali ke Bandung.

Makanya sesungguhnya, bagi Boby seharusnya Veranda juga Shania, tidak lupa padanya. Tapi ada apa? Kenapa keduanya berbeda dari dulu saat Boby mengenal mereka pertama kali? Apa karena dulu hanyalah anak-anak dan sekarang sudah jadi gadis remaja? Tapi, sepertinya Veranda masih mengingat Boby, walau Deva tidak pernah 'memperkenalkan' mereka lagi.

Sambil terus berjalan kembali menuju home dan memegang sebuah buku yang akhirnya dipinjamnya dari perpustakaan.Boby masih terus memikirkan hal yang sama. Kenapa, kenapa dan kenapa? Berbagai analisis di buat Boby sendiri, karena dia tidak tahu apa yang terjadi dulu. BOby pindah ke Jakarta setelah lulus SMP. Itulah yang membuatnya berpikir 'Pasti terjadi sesuatu saat Shania, Deva, dan Kak Ve SMP dulu.'

Sementara itu ketiga sahabat Boby yang sedang asik ngobrol di home sampai lupa waktu. Padahal hari itu, ketiganya tidak punya kegiatan setelah pulang sekolah.

"Ahh! Udah, ayo pulang Nob, Rish." Ajak Deva akhirnya pada Deni yang sedang asik makan cemilannya dan Farish yang entah kenapa konsen melihat HPnya.

"Va, lo gak mau cek Joitus dulu? Rame nih." Jawab Farish.

"Rame kenapa?"

BRAK!!!

Terdengar suara seseorang menabrak pintu home, terlihat seorang murid laki-laki dengan keringat bercucuran dari badannya menghampiri mereka dengan terburu-buru.

"Ma-maaf, maaf Deva. Ta-tadi, hah! Gw lihat, cu-culik, diculik. Hah. Hah."

"Siapa yang diculik?!" Tanya Deva yang kaget.

"YOUR JOIFURU PRINCESS WITH US!! SHOW YOUR FACE K BASTARD!! James." Ucap Farish membacakan salah satu pesan di room chatting Joitus. "Joifuru princess itu-"

"Kak Veranda?" Ucap Deni melanjutkan pernyataan Farish.

Setelah mengecek chat terakhir dirinya untuk Veranda yang dikirimnya pada pukul 16:25 dan hanya ada sebuah tanda yang menunjukkan pesan itu sudah dibaca tanpa dibalas. Tanpa basa-basi Deva langsung berlari keluar dari home tanpa berkata sepatah katapun, kaget Deni langsung mengejar Deva. Deva berlari begitu cepat, sampe melewati sahabatnya sendiri. BOby yang tidak dan belum mengecek HPnya maupun berita Joitus-pun tidak tahu apa yang sebenernya terjadi.

"K!! Tunggu, K!!" Teriak Deni masih mengejar Deva, melewati Boby yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Tak lama sosok Farish keluar dari home.

"Deva kenapa, Rish?" Langsung saja Boby bertanya pada Farish, yang baru akan menyusul Deva. Farish langsung saja memperlihatkan isi chat di Joitus yang sudah dan makin heboh dengan berita ini.

"Kak Ve?"

"Kemungkinan besar, hanya dia yang pantas disebut 'princess', kan? C'mon, By." Tanpa basa-basi, keduanya langsung berlari cepat untuk mengejar Deva dan Deni.

Kini Deva, Boby, Deni dan Farish telah berkumpul bersama. Keempatnya mencari ke sekitar sekolah dan gedung-gedung di sekitar sekolah mereka. Namun nihil, di dekat sebuah taman yang ada di dekat sekolah mereka, keempatnya berhenti sejenak.

"Kita berpencar, Den, Rish kalian ke Barat. Dan lo By, ke Selatan. Cari di tempat yang biasa dipake James berkumpul. Kalau ketemu langsung kasih kabar di grup." Perintah Deva pada ketiga sahabatnya.

"K, apa perlu gw panggil bocah-bocah?" Tanya Deni.

"Gak. Lawan bajingan macam James dan teman-temannya, kita berempat cukup. Dan kita gak akan ngelibatin murid Joifuru lainnya selagi kita bisa sendiri."

"OKE, siap." Ketiganyapun berpencar ke arah yang sesuai diperintahkan Deva. Deva sendiri menuju ke arah Timur.

Di dalam perjalanannya mencari Veranda di daerah Selatan sekolahnya, Boby terus berpikir. Setahu dia, James tidak mungkin berada di daerah sini, apalagi sekolah James yang merupakan ketua geng dari Digit School itu berada di daerah Utara dari Joifuru.

'Kenapa Selatan, James kan gak pernah kesini. Atau jangan-jangan...' Pikir Boby sambil melihat-lihat sekilingnya. Dia tahu ini daerah perumahan, daerah rumah lama Deva dan juga pastinya tentu rumah Veranda dan Shania.

"Aduh!! Kak Ve, angkat dong teleponnya." Benar saja, tidak jauh dari tempatnya saat ini, Boby bisa melihat sosok jangkung Shania yang panik sambil memegang HPnya.

"Shania?" Panggil pelan Boby.

"Ahh, elo lagi??" Shania terlihat malas saat melihat Boby. "Gw gak ada waktu buat ribut sama lo."

"Kalau lo nyari Kak Ve. Biarin gw sama temen-temen gw yang nyari keberadaannya. Lebih baik lo tunggu di dalam rumah."

"Ahaha. Jadi, yang di Joitus..." Shania tertawa hambar. "Gw ikut! Mana bisa gw tenang!"

"Lo cewek dan ini udah terlalu sore."

"GAK! Gw tetep ikut! Kak Ve itu kakak gw! Dan gw gak tenang kalau ada K di deket kakak gw!" Shania menatap tajam Bpby, menunjukkan betapa kuat keinginan gadis itu untuk ikut mencari dan menolong kakaknya.

"Hmm, stay di deket gw." Boby mengalah dan mengizinkan Shania untuk ikut bersamanya, asalkan gadis itu berjanji mau menurut dan tetap berada di dekat Boby.

Sementara itu, di sebuah gudang bekas toko cat yang sudah tak terpakai dengan gaya senga-nya, James masih menunggu kedatangan Deva yang tak kunjung datang. Anak buahnya telah bersiap-siap dengan berbagai macam tongkat kayu di tangan mereka. Sementara itu Veranda, dengan tangan terikat dan mulut ditutup kain, duduk di sebelah James. Veranda tidak merengek ataupun panik, dirinya mencoba tenang dan percaya Deva akan datang menolongnya.

"BANGSAT!! Mana sih tuh anjing lama banget datengnya!" Kesal James yang mulai bete. "Ya, kalau gak dateng juga gak apa-apa, sih. Lumayan kan pacarnya buat kita." James mencolek dagu Veranda yang hanya melengos malas.

"HEH BAJINGAN! Jangan sentuh punya orang dengan tangan kotor lo!!" Teriak Deva yang muncul bersama Deni dan Farish, sementara itu Boby yang sedang bersama Shania berada di luar.

"Punya orang? Bukan punya lo, kan? Gak apa-apa dong, jadinya."

"Brengsek!!" Teriak Deva kesal sambil berlari ke arah James disusul Deni dan Farish.

"Lo tunggu disini Shan, hati-hati." Keduanya saling tatap penuh arti.

Shania mengangguk menuruti perintah Boby. Boby pun menyusul ketiga sahabatnya dan meninggalkan Shania di tempat yang cukup aman, tidak terlihat dari pandangan James dan kawan-kawannya. Pasukan James-pun langsung menyerang secara bersamaan ke arah Deva dan lainnya, ada sekitar 15 orang dengan bersenjatakan tongkat. Sementara Deva dan ketiga sahabatnya hanya menggunakan tangan kosong. Cukup terlihat tidak adil, tapi itu bukan masalah untuk keempatnya.

Deva tentunya jadi target utama langsung di kepung oleh 6 orang, sementara Deni, Boby dan Farish masing-masing menghadapi 3 orang. Salah seorang mulai coba memukul Deni dengan tongkat bisbolnya, Deni yang sebenernya tidak begitu jago berkelahi dan takut-takutan itu reflek langsung menghindar. Orang yang lain coba menyerang dari arah lain dengan tonjokannya, Deni menunduk dan beruntung serangan itu malah mengenai temannya sendiri. Langsung saja Deni memanfaatkan itu untuk menendang keduanya hinga jatuh ke tumpukan kaleng cat yang ada dilantai, tabrakan itu menyebatkan alat-alat untuk mengecat yang ada diatas mereka menimpa kedua orang itu.

Disisi lain, Deva yang harus menghadapi 6 orang sekaligus, belum bisa melawan balik. Secara bertubi-tubi dirinya terus diserang. Namun Deva bukan lawan sembarangan, saat ke-enam orang tersebut mulai terlihat lelah karena tidak mampu mengenai Deva. Deva menyerang mereka balik, saat seorang melayangkan tongkatnya, Deva mampu menahannya dengan satu tangan. Unsur kejutan digunakan Deva, dengan cepat Deva langsung menendang perut yang punya tongkat, mengambil tongkat itu dan memukul orang yang ada di belakangnya. Tanpa ampun Deva membalas serangan mereka.

Farish dan Boby yang posisinya dekat saling membantu, saat 2 orang coba menyerang Boby bersamaan dari arah kanan dan kiri, Boby langsung menunduk dan dengan sikunya menonjok kedua perut orang yang menyerangnya, lalu sambil berdiri memukul dari bawah dagu keduanya, membuat dua orang itu terjatuh. Saat dari belakang orang lain coba memukul Boby, dengan cepat Farish yang menendang dan menyingkirkan orang itu, Boby hanya tersenyum lalu memutari tubuh Farish dan menendang orang yang akan menyerang Farish dari belakang.

Deni yang lagi girang setelah benar-benar membuat dua orang tepar itu lengah. Tiba-tiba dari belakang seseorang memukul punggungnya dengan tongkat bisbol. Membuat Deni kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Deni kembali dipukul saat dirinya coba bangkit. Tanpa ampun orang itu terus memukul Deni, beruntung dengan cepat Boby menendang orang itu. Lalu membantu Deni yang kehilangan keseimbangan dan pusing itu bangkit. Perkelahian terus berlangsung, saling pukul dan tendang terus terjadi, Farish menjaga agar tidak ada lagi orang yang memukul Deni dari belakang. Dan Deni menjaga bagian depannya. Musuh yang awalnya ada 15 orang semakin lama semakin berkurang, dengan stick golf yang dipegangnya, Deva semakin mengerikan.

"Tahan Va. Tenang." Boby mengingatkan Deva, Devapun menghela nafasnya.

Kini tinggal 7 orang yang tersisa, 8 orang lainnya sudah terkapar. Walau mereka hanya berempat, wajah Deva masih bersih, hanya bajunya yang kotor. Begitu juga dengan Boby dan Farish yang hanya sesekali terkena pukulan itupun tidak begitu berarti hanya sakit sesaat. Hanya Deni yang parah karena dipukuli, tapi dirinya masih mampu berdiri.

"James! Sini maju lo lawan gw!! Gak usah kelamaan." Teriak Deva memantang James untuk maju.

"Emm. Serang dia, Guys!!" James kembali memerintahkan anak buahnya untuk maju menyerang Deva.

Shania yang sedaritadi melihat dari kejauhan, mungkin geregetan dengan James atau keadaan itu, reflek dia berteriak. "James anjing! Maju lo lawan K! Pengecut!" Hal yang berujung membuatnya jadi perhatian. "Oow." Dengan cepat 2 diantara 7 orang yang akan menyerang Deva malah berlari ke arah Shania. Terlambat bagi gadis itu untuk menyadari kebodohannya.

Menyadari itu, Boby langsung berlari mengejar kedua orang itu. Menarik kerah baju keduanya, perkelahian antara Boby dan dua orang itu terjadi. Salah satunya coba memukul Boby, bukannya menghindar Boby justru menangkap tangannya, menarik orang itu dan dengan lututnya menghajar perutnya, darahpun keluar dari mulut orang itu. BOby mendorongnya lalu menonjok muka orang itu. Kini tinggal orang terakhir. Memanfaatkan waktu saat orang itu coba menyerang kepala Boby dengan tongkatnya yang berujung sia-sia. Boby mengambil tongkat kayu yang ada di kakinya dan langsung berputar memukul kepala orang itu, seketika orang itu jatuh pingsan.

"Ini alasan kenapa gw bilang lo lebih baik nunggu di rumah." Omel Boby dengan wajah khawatir pada Shania yang hanya menunduk.

"Maaf gw-"

Boby langsung mengusap lembut kepala Shania, sebelum akhirnya kembali membantu ketiga sahabatnya yang sedang berkelahi dengan 5 orang yang tersisa. Perkelahian itu lebih cepat dan cukup seimbang walau pihak James lebih satu orang. Sekali, dua kali pukul dengan tendangan, semuanya-pun terkapar. Kini tinggal James seorang diri.

Dengan kesal dan tidak terima, James langsung berlari ke arah Deva. Dengan stick golf yang masih dipegangnya, Deva menyelengkat kaki James, membuat cowok itu terjatuh dengan mukanya menghadap ke lantai. Setelah melempar stick golf yang dipakainya tadi, Deva langsung membalik tubuh James dan duduk di atasnya.

"Hello James Bond!"

Langsung saja Deva memukuli wajah James tanpa ampun, James coba melepaskan genggaman tangan Deva yang memegang kerah bajunya. Namun itu percuma. Tanpa henti, Deva terus memukuli James, darah segar sudah keluar dari mulut pemuda itu. Dirinya menyadari tidak akan pernah sanggup melawan Deva, membuatnya terlihat konyol dan kalah memalukan.

"A-Ampun Va. G-Gw minta maaf." Ucap James dengan susah payah. Devapun bangkit dari tubuh James.

"Pergi lo dari sini!! Sebelum lo, gw hajar lebih dari ini!" Deva menendang perut James.

Dengan susah payah James dan kawan-kawannya bangun dan pergi dari tempat tersebut.

"Kak Ve!! Kak Ve gak apa-apa? Ayo kita pulang." Shania langsung menghampiri kakaknya.

Dengan bantuan Boby, keduanya melepaskan tali yang mengikat di tubuh Veranda.

"Gak apa-apa kok, Dek. Kamu gak apa-apa, kan?"

"Aku gak apa-apa kok, Kak. Ayo, kita pulang."

"Biar gw temenin, bahaya kalau ternyata mereka masih di sekitar sini." Ucap Deva tentunya yang khawatir.

"Gak usah! Gak butuh!" Ketus Shania.

"Biar gw sama Farish yang temenin. Lo anter Nobi aja pulang duluan, mumpung kalian searah." Saran Boby mencoba menengahi, agar tidak terjadi adu mulut, apalagi langit diluar sana sudah gelap.

Awalnya Shania juga menolak tawaran Boby. Namun akhirnya Shania tidak bisa menolak untuk tidak pulang diantar dan ditemani Boby dan Farish. Terlebih Veranda juga meminta mereka untuk menemani dia dan adiknya. Untungnya selama perjalanan pulang tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Veranda dan Shania pulang dengan selamat. Setelah sedikit menjelaskan apa yang terjadi pada kedua orang tua Veranda dan Shania, Boby dan Farish lalu pulang ke rumah mereka masing-masing.

Continue Reading

You'll Also Like

66.6K 10.4K 21
"Berhati-hatilah sekali dengan musuhmu dan berhati-hatilah seribu kali dengan temanmu."
DILEMMA By iia

Fanfiction

373K 34.4K 45
Apa yang lebih sulit dari mempertahankan sebuah hubungan? (17+)
147K 6.3K 24
Gxg area! 21+ Anak laki laki yg kencingnya blom lurus jgn kesini! Anak cewek yg kencingnya blom berdiri jgn baca! Hanya kegilaan yg terlintas dalam p...
102K 13.4K 19
Kisah sepasang kekasih yang baru menikah dan sebuah kelompok rahasia yang harus dihadapkan dengan kasus rumit. Dibenturkan dengan teori rasional dan...