Pencuri Hati

Door PipiMochi

410K 21.2K 2.8K

Selamat Menikmati Fanfiction Pertama Saya Publish SEP'15 Meer

Pencuri Hati 2
Pencuri Hati 3
Pencuri Hati 4
Pencuri Hati 5
Pencuri Hati 6
Pencuri Hati 7
Pencuri Hati 8
Pencuri Hati 9
Pencuri Hati 10
Pencuri Hati 11
Pencuri Hati 12
Pencuri Hati 13
Pencuri Hati 14
Pencuri Hati 15
Pencuri Hati 16
Pencuri Hati 17
Pencuri Hati 18
Pencuri Hati 19
Pencuri Hati 20
Pencuri Hati
Pencuri Hati 21
Pencuri Hati 22
Pencuri Hati 23
Pencuri Hati 24
Pencuri Hati 25
Pencuri Hati 26
Pencuri Hati 27
Pencuri Hati 28
Pencuri Hati 29
Pencuri Hati 30
Pencuri Hati 31
Pencuri Hati 32
Pencuri Hati 33
Pencuri Hati 34
Pencuri Hati 35
Pencuri Hati 36
Pencuri Hati 37
Pencuri Hati 38
Pencuri Hati 39
Pencuri Hati 40
Pencuri Hati 41
Pencuri Hati 42
Pencuri Hati 43
Pencuri Hati 44
Pencuri Hati 45
Pencuri Hati 46
Pencuri Hati 47
Pencuri Hati 48
Pencuri Hati 49
Pencuri Hati 50
Pencuri Hati 51
Cuap Cuap PipiMochi
Pencuri Hati 52
Epilog

Pencuri Hati 1

30.1K 746 38
Door PipiMochi

Pagi ini Kinal memutuskan untuk pergi ke kampus menggunakan kendaraan umum. Dengan alasan Jakarta macet, lelah kalau bawa kendaraan sendiri.

Karena itu Kinal bangun lebih pagi dari biasanya, sebelum berangkat Kinal merapihkan diri seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya ketika keluar rumah.

Oh, iya.
Kinal kuliah semester empat, jurusan manajemen disalah satu Universitas ternama yang ada di Jakarta.

Ok, saat ini Kinal sudah siap berangkat. Dia berjalan menelusuri perumahan miliknya, mencari bus yang akan mengantarkannya sampai ke tempat tujuan.

Kinal melihat dari kejauhan bus yang akan ia naiki berada di halte A, sedangkan jarak Kinal sekarang masih sangat jauh. Akhirnya ia pun berlari untuk mengejar bus tersebut.

Saat Kinal tiba di halte, bus belum tancap gas pergi.

Dan kini dirinya sudah berada didalam bus.

'Huft! Untung aja gue gak ketinggalan, kalau sampai ketinggalankan gak lucu, karena mata kuliah pertama hari ini dosennya killer abis,' gumam Kinal dalam hati sambil mengatur nafas yang terengah-engah sehabis lari.

"Pagi, pak!" sapa Kinal ke driver bus. Sang driver pun membalas dengan senyum manis yang ia punya.

Setelah itu Kinal mengeluarkan kartu emoney dari dalam tas dan menempelkannya ke mesin yang ada didekat driver. Lalu ia berjalan menuju dalam bus untuk mencari tempat duduk yang kosong.

Bus yang Kinal tumpangi melaju dengan pelan. Sedangkan Kinal asyik memandang keadaan luar dari balik kaca yang transparan.

Melihat keadaan luar adalah keasyikan tersendiri untuknya. Walaupun sebenarnya diluar nggak ada hal yang menarik untuk dipandang, cuma padatnya Jakarta yang bisa dilihat.

Sepanjang perjalanan Kinal hanya melihat dan mendengarkan musik dari smartphone miliknya yang tersambung pada eraphone.

Sesekali Kinal terbawa suasana lantunan musik yang ia dengarkan sampai mengeluarkan suara nyanyian begitu keras.

Karena ulahnya itu, Kinal diperhatikan oleh penumpang bus lainnya.

Bus berhenti sesaat untuk menunggu penumpang yang ingin naik di halte B, karena bus akan berhenti disetiap halte rute tujuannya.

Tiba-tiba Kinal melihat seorang gadis cantik naik bus yang sama dengannya.

Rambut panjang berkilau dan kulitnya yang putih membuat Kinal penasaran bagaimana rupa si gadis tersebut. Karena Kinal baru bisa melihat bagian punggungnya saja.

Rasa penasaran Kinal begitu besar, ia terus memandangi punggung gadis itu dengan kedua mata tanpa berkedip.

'Sepertinya dia dalam masalah,' ucap Kinal dalam hati.

Gadis itu tak juga beranjak dari mesin emoney dan duduk mencari bangku kosong, sedangkan bus nggak akan berangkat sebelum gadis itu menempelkan kartu emoney ke mesin.

"Akhirnya, ketemu juga. Maaf pak lama," kata itu terlontar dari mulut si gadis sambil membungkukan tubuhnya didepan sang driver.

Si gadis berbalik, kemudian ia berjalan dan mancari bangku kosong. Untungnya dia tidak membutuhkan waktu lama buat mencari, karena bangku kosong dalam bus hanya tersisa dibelakang driver saja.

Ketika dia sedang mencari bangku kosong itulah Kinal bisa melihat rupa si gadis yang berkulit putih serta berambut panjang. Kinal menarik bibirnya hingga menampilkan senyum manis saat melihat rupa si gadis.

Saat ini bus sudah melaju kembali, tatapan Kinal terus tertuju pada si gadis. Kinal bisa melihat wajahnya dari kaca spion tengah yang ada didalam bus. Sesekali Kinal melihat rambut panjangnya yang terurai dan juga berkilau.

"Dia siapa ya? Baru pertama kali lihat cewek kayak dia. Kenapa gue ngeliatin dia terus?! Kalau aja dia duduk disamping gue sekarang. Mungkin udah gue ajak kenalan tuh cewek," ucap Kinal dengan volume suara yang kecil.

"Maksud lo?" tanya cowok yang duduk disebelah Kinal tiba-tiba mengagetkannya.

"Emm... Sorry! Gak ada maksud apa-apa kok. Lupain," kata Kinal.

Karena malu ucapannya terdengar oleh orang lain, Kinal akhirnya menggaruk-garuk kepala belakang sambil cengar-cengir.

Selama perjalanan mata Kinal terus tertuju padanya. Sampai pada halte F, gadis itu beranjak dari tempat duduk kemudian turun.

Wajah Kinal kecewa ketika gadis itu turun dari bus dan berkata dalam hati 'yah, kok turun sih!' sampai gadis itu turun pun Kinal masih terus menatapnya, karena ia sangat kagum akan kecantikan si gadis.

Bus yang Kinal naiki sekarang sudah sampai di halte G, di halte ini Kinal akan turun. Setelah turun dari bus ia jalan menuju kampusnya, sengaja Kinal berjalan, itung-itung olahraga juga buatnya biar sehat.

Sebenarnya itu karena dari halte Kinal turun tadi nggak terlampau jauh untuk sampai ke kampusnya.
.
.

Kinal POV

bruk!

Aku menjatuhkan diri ke tempat tidur, "hari yang melelahkan."

Sekarang aku sudah berada di kamar, mengistirahatkan diri setelah seharian beraktivitas.

Ketika aku memejamkan mata, tiba-tiba teringat si gadis nan cantik itu, aku sedikit menarik senyum simpul di bibir.

"Siapa sih tuh cewek? Kenapa gue jadi kepikiran terus! Jangan-jangan dia punya susuk pemanis yang bisa membuat orang jatuh hati pada pandangan pertama... Argh! Mikir apa sih gue?!" ucapku pada diri sendiri sambil mengacak-acak rambut dengan kedua tangan, lalu membalikan tubuh ke posisi telengkup.

Aku terus saja memikirkan si gadis Pencuri hati yang cantik, pikiranku penuh dengan wajah cantiknya. Rambut indahnya yang panjang nan berkilau juga, kulitnya yang putih bercahaya itu juga termasuk yang kupikirkan.

Bagaimana bisa ia jadi mahluk bumi yang dinamakan manusia? Sebenarnya dia lebih pantas kusebut bidadari, dan bidadari itu adanya di khayangan.

Tapi tidak, sepertinya aku berlebihan. Tuhan menciptakan manusia di dunia ada yang cantik seperti dia, dan ada yang biasa-biasa saja tidak terlalu cantik ataupun jelek.

Kalau aku ini termasuk kategori jelek. Tuhan menciptakan mahluk jelek sepertiku di dunia, harusnya dia bersyukur dan berterima kasih padaku, karena aku yang jelek ini makanya gadis itu bisa dibilang cantik.

Oh God!
Maafkan aku karena tidak bersyukur atas apa yang sudah Kau berikan. Tapi sepertinya aku juga nggak jelek-jelek banget, tinggal sedikit polesan di wajah serta baju bagus yang cocok, pasti aku bisa mengalahkan kecantikannya.

Makin malam otakku semakin ngawur. Ini semua gara-gara gadis Pencuri hati, sampai pada akhirnya mataku terpejam dengan sendirinya, kemudian tidur lelap.
.
.

"Huuaaa... Gue kesiangan!" teriak Kinal ketika melihat jam weker disamping tempat tidur.

Karena waktu tidak memungkinkan untuk berlama-lama lagi, akhirnya Kinal memutuskan untuk tidak mandi. Ia hanya mencuci muka kemudian gosok gigi.

Menurut Kinal kalau dirinya mandi, itu akan memakan waktu lama, maklum cewek kalau sudah di kamar mandi pasti betah.

Setelah itu Kinal berganti pakaian dan langsung berangkat ke kampus.

"Sial banget sih gue pake kesiangan segala... Busnya nungguin gue gak ya?! Mampus deh gue kalau gak dapet bus pertama nih! Harus nunggu bus berikutnya datengkan lama. Bisa-bisa telat ngampus," gerutu Kinal sambil berlari menuju halte A.

Bus pertama di halte A sudah mau berangkat, sedangkan Kinal masih berada jauh dari halte tersebut. Kinal berjuang keras mempercepat langkahnya sampai-sampai ia berlari kencang.

"Pak, tunggu!... Tunggu, pak!... Plincess Elsa mau naik!!!" teriak Kinal pada driver bus.

Suara Kinal yang seperti suara gong ketika dipukul begitu keras sanggup didengar oleh siapa pun dari jarak yang lumayan jauh. Driver bus akhirnya injak rem dan memberhentikan laju busnya.

Lalu driver bus membuka pintu depan, kemudian Kinal segera masuk ke dalam.

"Hah! Cepet banget sih pak ngegasnya! Capek nih lari-lari," kata Kinal dengan nafas yang ngos-ngosan karena habis berlari.

Setelah Kinal menempelkan kartu emoney ke mesin, ia mencari bangku kosong. Kinal mencari tempat duduk didepan, ia sudah tak sanggup lagi berjalan ke dalam bus untuk mencari tempat karena lelah, dia asal duduk yang penting bangkunya kosong.

AC dalam bus tidak terasa dingin menurut Kinal, karena keringat di tubuhnya deras mengalir seperti sungai, sampai-sampai baju yang ia kenakan basah.

"Untung gue pake deodoran banyak tadi, kalau gak pake pasti burket nih. Ish... Males banget gue," kata Kinal sambil mencium kedua ketiaknya secara bergantian.

Kinal mengeluarkan sapu tangan dari dalam tas, lalu menyeka keringat yang bercucuran di wajah dengan itu. Setelah dia menggunakan sapu tangan yang bergambar Elsa untuk menyeka keringat, kemudian sapu tangan itu dialih fungsikan menjadi kipas untuk menambah angin buatan supaya keringat ditubuhnya berhenti mengalir.

Bus berhenti di halte B, tak disangka dan tak diduga, gadis yang mengganggu pikiran Kinal semalam naik bus yang sama dengannya lagi pagi ini.

DEG!
DEG!

Jantung Kinal berdetak tak beraturan, matanya lagi-lagi mengarah ke gadis itu. Gadis itu berhenti didepan bangku Kinal sambil melihat ke arah dalam bus untuk mencari bangku yang kosong, refleks Kinal menggeser duduknya ke arah dalam menyatu dengan kaca.

Ternyata gadis itu melihat Kinal yang menggeser posisi duduknya, kemudian dia duduk di samping Kinal.

'Yes, sebelahan!' kata Kinal dalam hati dengan riang.

Saat ini Kinal jadi salah tingkah, keringatnya bukan berhenti, melainkan makin mengalir deras dalam tubuh.

Sementara AC dalam bus sudah terasa dingin, tapi karena grogi dan detak jantungnya tak beraturan, menjadikan tubuh Kinal aktif seperti sedang berolahraga.

"Tenang Kinal... Tenang," ucap Kinal sambil tangan kanan sedikit menepuk-nepuk dada kirinya.

"Kamu kenapa? Sakit?" gadis itu berkata sambil memperhatikan Kinal.

"Emm... Enggak," jawab Kinal menggelengkan kepala.

Kemudian gadis itu tersenyum mendengar jawaban Kinal, dan dengan cepat matanya kembali fokus mengarah depan.

Bagai hujan di siang hari, Kinal tak bisa berkata sedikit pun, saat gadis itu duduk didekatnya, mulut Kinal seperti terkunci. Kinal hanya berdiam diri disamping gadis itu.

'Gila!... Dia mahluk Tuhan paling indah yang pernah gue temui. Ciptaan Tuhan yang satu ini nyaris sempurna dalam segi fisik,' ucap Kinal dalam hati sambil ujung matanya terus melirik ke arah gadis itu.

Bus akhirnya berhenti di halte F, setelah itu sang gadis pun turun. Kemudian berlalu meninggalkan Kinal.

"Argh... Sial! Gue belum tau namanya dia udah turun. Dasar pencuri!" kata Kinal enteng tapi terdengar oleh penumpang bus lainnya. Alhasil Kinal membuat kegaduhan didalam bus.

"Mana pencurinya? Apa yang dia curi dari kamu?" ucap semua penumpang bus yang masih ada dengan wajah panik.

"Hatiku yang udah dia curi," Kinal berkata dengan muka merah karena malu.

"Huuuu... Ada-ada aja," semua penumpang bus akhirnya menyoraki Kinal.

"Hehehehe... Maaf."

"Jalan lagi, pak!" kata salah satu penumpang bus yang menyuruh driver untuk jalan kembali.

Seperti biasa, Kinal turun di halte G lalu dia akan jalan menuju kampusnya.

Di kampus, Kinal disibukan dengan tugas yang dosen berikan. Dia mengerjakan semua tugas itu di perpustakaan.

Menurut Kinal, tempat itu paling oke untuk mengerjakan tugas, karena kalau di kelas nggak memungkinkan, banyak gangguan dari teman-temannya.

Fajar senja pun datang, semua tugas kuliah sudah Kinal selesaikan.

Kinal berjalan gontai ke arah halte.

Sesampainya di halte, Kinal menunggu dengan duduk santai, karena bus yang akan membawanya pulang ke rumah belum datang.

"Kasur... I'm coming!" kata Kinal berteriak.

Bus akhirnya datang juga setelah lima belas menit Kinal menunggu. Segera ia naik bus lalu mencari tempat duduk yang kosong.

Tiba-tiba arah mata Kinal tertuju pada gadis cantik yang sudah menjadi incarannya sejak pertama kali bertemu, gadis Pencuri hati.

Dia duduk dibagian belakang bus sambil membaca novel, kebetulan sebelahnya ada bangku kosong.

Kinal berjalan pelan menuju bagian belakang bus untuk duduk disebalahnya kembali, seperti kejadian tadi pagi ketika ia berangkat ke kampus.

brak!

"Sorry, sorry... Sorry gue gak sengaja! Maaf ya!" ucap Kinal yang kala itu jatuh dan nggak sengaja menimpa gadis pencuri hati, Kinal terjatuh karena driver tancap gas full.

"Santai dong, pak! Belum kawin nih plinces Elsa!" tambahnya dengan nada tinggi yang ditujukan ke driver bus. "Sekali lagi maaf ya! Gak sengaja, suer!" Kinal kembali berkata kepada gadis pencuri hati, kemudian duduk disampingnya.

"Gakpapa kok. Santai aja," ucap gadis itu dengan tenang dan senyum yang merekah di bibir sambil menatap Kinal.

Kinal yang melihat itu langsung tertegun diam, seketika cuaca berubah, hati Kinal panas dan dingin, melihat gadis pencuri hati itu menatapnya walau sekejap.

Senyum yang begitu dalam dan tatapan mata yang tajam darinya itu mampu membuat dengkul Kinal lemas selemas-lemasnya hingga tak mampu berdiri.

Lagi-lagi Kinal hanya mematung ketika ada didekat gadis itu. Entah mengapa mulutnya tak mau berucap untuk sekedar berkenalan dan mengetahui nama. Sedangkan gadis itu asyik membaca novel, seakan tak mempedulikan orang sekitar.

Padahal ini ketiga kalinya Kinal bertemu dengan gadis pencuri hati, tetap saja Kinal hanya bisa diam membisu dan tak berani memulai.

Bus sudah tiba di halte B, yang artinya dia akan turun. Benar saja gadis pencuri hati Kinal itu beranjak dari duduknya dan berjalan turun dari bus yang mereka tumpangi.

"Huft... Cemen banget! Gimana dia bisa kenal gue? Kalau guenya gak berani gini," ucap Kinal yang menyesali diri sendiri karena keinginannya besar tapi kebaranian tak ada, alias nihil.

Bus akhirnya sampai di halte A, semua penumpang turun termasuk Kinal.
.
.

Kali ini Kinal tidak telat bangun, dan ia sudah ada di halte A sebelum bus datang.

Sambil menunggu bus, Kinal bermain game yang ada di smartphonenya, tapi dia nggak fokus bermain, pikirannya dipenuhi gadis pencuri hati.

Kinal menerka-nerka apakah hari ini akan satu bus lagi atau tidak dengannya.

Hanya memikirkan gadis pencuri hati itu saja jantung Kinal berdegub nggak beraturan, aneh memang kalau dipikir-pikir.

Kinal sudah jatuh hati pada gadis pencuri hati sejak pandangan pertama.

Bus datang tepat waktu, ia pun langsung naik lalu duduk tak jauh dari pintu.

Kinal terus memperhatikan laju bus, dia tak sabar untuk segera sampai di halte B, dimana gadis pencuri hati itu naik atau pun turun.

Halte B sudah terlihat jelas di mata Kinal, debaran jantungnya semakin cepat, ia berulang kali menenangkan dirinya sendiri namun tak berhasil. Kinal semakin gelisah ketika bus berhenti di halte B.

Kinal sampai memperhatikan penumpang yang naik satu persatu ke dalam bus.

Orang pertama.
Orang kedua, sampai pada orang kelima dan terakhir semua bukan orang yang Kinal tunggu.

Kinal kecewa karena orang yang ia harapkan nggak naik bus yang sama dengannya pagi ini, seketika harapan Kinal pupus.

Disaat driver menutup pintu dan ingin melajukan busnya, tiba-tiba pintu bus diketuk oleh seorang penumpang yang ingin naik. Sang driver membuka pintunya kembali, dan ternyata yang naik terakhir itu adalah gadis pencuri hati, senangnya Kinal.

Mata Kinal berbinar melihat ia naik bus yang sama dengannya pagi ini. Ternyata dewi fortuna masih berpihak pada Kinal.

Gadis itu duduk disebrang bangku Kinal. Sepertinya dimana ada Kinal pasti ada gadis pencuri hatinya.

Kinal sengaja mengarahkan pandangan mata ke gadis itu, seperti biasa si gadis hanya asyik dengan novel, ditambah telinganya ia sumpal dengan earphone yang tersambung ke smartphone dalam tas.

Beberapa menit kemudian, bus berhenti di halte F.

'Loh, kenapa gadis itu gak turun di sini seperti biasanya?!' gumam Kinal dalam hati.

Wajah Kinal bertanya-tanya kemudian melihat gadis pencuri hati yang duduk diseberang bangku dia.

Gadis itu tak ada tanda-tanda akan beranjak dari bangkunya. Setelah semua penumpang turun di halte F, sang driver melanjutkan kembali laju bus dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat tapi juga tidak begitu pelan.

Tak lama kemudian bus sampai di halte G, halte dimana Kinal akan turun.

"Tunggu, tunggu... Kenapa gadis itu juga terlihat siap-siap?! Seperti ingin turun di halte G?" ucap Kinal pelan.

Bus berhenti di halte G, driver pun membuka pintu otomatisnya, kemudian para penumpang yang ingin turun di halte ini satu persatu dengan tertib keluar dari bus, terlihat gadis pencuri hati Kinal pun turun terlebih dulu.

Tiba-tiba hal sial menimpa gadis pencuri hati Kinal.
.
.

Kinal POV

bruk!

Gadis itu jatuh karena salah satu penumpang laki-laki dibelakang dia menabraknya.

Lalu dia berkata, "sorry gue buru-buru!" kemudian ia pergi begitu saja dari gadis pencuri hatiku.

Laki-laki itu tidak membantunya berdiri kembali setelah tubuh kekarnya menabrak tubuh gadis pencuri hatiku yang terlihat kecil. Bahkan lebih kecil dari tubuhku. Kutatap wajah gadis pencuri hatiku, dia meringis kesakitan. Langsung saja kubantu dia kembali berdiri.

"Lo gakpapa?" kataku sambil membantu dia bediri dengan kedua tangan memegang lengannya. Aku melihat telapak tangannya terluka karena gesekan aspal saat jatuh tadi.

"Gakpapa," kata gadis pencuri hati sambil matanya melihat ke arahku.

"Serius? Tapi tangan lo luka," jari telunjukku mengarah ke tangannya yang terluka.

"Cuma luka kecil, gak seberapa."

"Mungkin sekarang gak sakit, tapi setelah beberapa jam kemudian akan terasa sakitnya. Karena aspal itu jahat, perihnya teramat setelah ini..."

"...Jalan lagi, pak! Biar dia saya yang obatin," kataku menyuruh driver bus untuk melanjutkan perjalanannya kembali.

Bus pun kembali jalan, lalu aku membawa gadis itu ke pinggir halte, duduk di bangku halte yang ada di sana.

Dia hanya diam dan sesekali wajahnya meringis kesakitan, mungkin perihnya sudah terasa sekarang.

"Duduk sini dulu," kataku sambil mengeluarkan botol air minum dari dalam tas, tak lupa tissuenya juga. Dia tersenyum melihat perlakuanku padanya. "Gue bersihin ya lukanya?" tambahku.

Gadis itu mengangguk menandakan kalau aku boleh melakukan pertolongan pertama terhadap luka di tangannya.

Aku raih tangan kanannya yang terluka, kutaruh tangan yang terluka itu diatas paha kiriku. Kemudian kubuka botol air minum, lalu membasahi selembar tissue dengan air. Kubasuh luka itu dengan tissue yang sudah basah.

"Auw, sakit! Pelan-pelan," rintihnya dengan wajah meringis kesakitan, dan tangan kirinya refleks memegang tangan kananku yang sedang membersihkan lukanya tersebut.

"Maaf... Tahan ya! Daripada nanti jadi infeksi," kataku sambil melanjutkan kembali membersihkan luka dia perlahan.

Setelah lukanya bersih, aku pun mengambil plester dari dalam tas. Kubuka plester tersebut kemudian membalut lukanya dengan itu.

"Selesai," kataku sambil tersenyum padanya.

"Terima kasih."

"Udah jadi kewajiban gue."

"Maksudnya?"

"Hmm... Sesama teman harus saling membantukan?!"

"Teman?" tanyanya terkejut.

Mungkin menurutnya secepat itukah kita jadi teman dengan orang yang baru saja menolong dia tanpa sengaja?

Padahal kita belum saling mengenal satu sama lain. Ketemu hanya di bus, dan itu pun cuma saling memandang, walupun sedikit dibumbui dengan senyum manis yang kubuat untuknya.

Tapi tak ada respon balik darinya, karena dia tak menyadari dan sibuk dengan novel di tangannya.

"Gue Kinal," kataku sambil mengulurkan tangan kanan buat jabat tangan.

Gadis pencuri hatiku bingung, ia melihat wajahku dan sesekali melirik ke tangan kanannya yang terluka. Aku mengerti, kemudian kutarik tangan kirinya dan langsung berjabat tangan dengannya, lalu ia tersenyum dan menyebutkan nama.

"Veranda."

"Senang bisa kenalan sama lo. Dan kita udah sah jadi teman sekarang."

"Iya, teman... Aku juga senang bisa kenal kamu."

Aku terdiam melihat ia tersenyum manis padaku. Kami berdua hanya saling menatap diam tanpa kata, seakan halte G menjadi saksi bisu perkenalan kami berdua secara tak sengaja.

Sepertinya aku harus berterima kasih pada laki-laki itu, karena ia terburu-buru dan menabrak Veranda, aku bisa berkenalan dengannya sekarang.

"Ok, Nal. Terima kasih karena udah jadi dokter untukku hari ini," katanya memecah keheningan antara kita berdua. Kemudian tangan kirinya melepas tanganku yang sedang menjabat tangannya.

"Oh iya, gak perlu sungkan."

"Maaf, sepertinya aku harus segera pergi."

"Baiklah."

"Dah, Kinal..." Veranda melambaikan tangan padaku.

"Dah, Veranda..." aku juga melambaikan tangan padanya.

Aku melihat jam tangan di pergelangan tangan menunjukan setengah sembilan pagi. Sepertinya aku terlambat 30 menit di mata kuliah pertama.

Aku segera berlari menuju kampus.

Sesampainya didepan pintu kelasku, aku mengatur nafas dan merapihkan baju yang kukenakan, lalu sedikit mengintip.

Aku melihat dosen sedang menerangkan materi yang ia sampaikan hari ini. Kuketuk pintu kelas dengan cepat.

Tok Tok Tok

"Permisi, pak!" kataku.

"Darimana kamu?" tanya pak dosen.

"Dari toilet, pak!" kemudian aku jalan mencari kursi kosong dibelakang.

Saat ini aku sudah duduk di kursi, dan dosen pun melanjutkan kembali untuk menyampaikan materinya.   

Ini keberuntunganku yang ketiga.

Pertama aku bisa satu bus dengan Veranda pagi ini.

Kedua aku bisa berkenalan dengan Veranda karena insiden yang tak terduga.

Dan ketiga pak Arif tak tahu kalau aku sebenarnya terlambat masuk dijam mata kuliahnya.

Karena pak Arif ini terkenal dengan kepikunannya, tapi disisi lain dia sangat pintar dan juga jenius.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

239K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
80.2K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
131K 10.6K 40
Sinopsis 2017: Jatuh hati sama seseorang yang terlihat mempesona itu biasa. Apalagi kalau dianya nyaris sempurna. Tapi, pernah kamu membayangkan baga...
64.3K 4.1K 19
Entah sejak kapan gadis ceroboh itu membuat gadis yang tengah memandangi gadis ceroboh itu tertarik padanya. Padahal tidak ada sama sekali yang spesi...