Kehidupan Ketiga Cale Henituse

rinel2307

82.6K 12.8K 1K

Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka... Еще

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38

Chapter 30

1.4K 294 31
rinel2307

Kakashi segera tersadar. Dia berada disebuah ruang yang agak luas.

'Aku terlalu berlebihan menggunakan sharingan rupanya.'

Seorang wanita menghampiri Kakashi dengan berkacak pinggang.

"Kau baik-baik saja?"

"Tidak, sepertinya aku akan sulit bergerak beberapa hari."

Wanita itu menyuruh Kakashi untuk tetap beristirahat. Tak lama kemudian beberapa langkah kaki terdengar.

"Kakashi Sensei sudah sadar!"

Sakura perlahan mendekat dan duduk disamping Kakashi.

"Lain kali jangan menggunakan sharingan terlalu berlebihan. Itu akan membebani tubuhmu, Sensei."

"Maaf." Kakashi mengedarkan pandangannya.

"Dimana Cale?" Dia tidak melihat pemuda cantik itu disekitarnya.

"Nii-chan sedang membuatkan Sensei bubur didapur." Naruto duduk tak jauh bersama Sasuke dan Tazuna.

Sakura yang masih penasaran dengan orang bertopeng itu segera bertanya kepada Kakashi.

Kakashi mengatakan bahwa orang bertopeng itu salah satu anggota Anbu Kirigakure dan topeng yang dimilikinya adalah elit pasukan pemburu.

Kakashi mendudukkan dirinya perlahan. Dia memiliki firasat buruk tentang orang bertopeng itu, dan curiga bahwa Zabuza kemungkinan masih hidup saat ini.

Dia mengatakan kepada semua orang kemungkinan bahwa orang itu hanya membawa kabur Zabuza.

Jika orang itu benar-benar pemburu, seharusnya dia hanya cukup membawa kepalanya saja.

Karena jarum yang digunakannya tidak begitu mematikan, sama halnya seperti akupuntur. Mereka mengetahui titik mematikan atau hanya membuatnya seolah-olah dia tampak mati.

Kakashi menugaskan kelompoknya untuk latihan. Dia percaya bahwa anggota timnya mampu mengemban tugas itu.

Naruto tampak bersemangat begitu juga dengan Sasuke meski tetap memasang wajah datar. Sedangkan Sakura terlihat gugup.

"Tak mungkin mereka akan menang melawan Gato." Terlihat seorang bocah berumur 8 tahun mengenakan topi memandang dengan tajam semua orang yang ada didalam ruangan.

"Hei, Inari! Kau dari mana saja?" Tazuna merentangkan tangannya dan bocah itu segera berlari memeluknya.

Wanita itu mengomeli bocah itu karena tidak menyambut tamunya dengan baik.

"Tak apa-apa. Benar, Inari?" Tazuna tertawa sembari mengelus puncak kepala cucunya.

Bocah itu masih memandang tajam semua orang.

"Ibu, mereka akan mati. Mana mungkin mereka akan menang melawan Gato."

"Kau bicara apa, bocah?!" Teriak Naruto tak terima.

"Dengar baik-baik! Kelak aku akan membuktikan bisa menjadi seorang Hokage yang hebat! Pahlawan hebat! Entah itu Gato atau siapapun. Aku tak takut menghadapi mereka!" Ucap Naruto percaya diri.

"Pahlawan itu hanya khayalan. Tak ada yang seperti itu."

Naruto yang sangat ingin menjitak kepala bocah itu, langsung dihentikan oleh Sakura dengan memeluk sekuat tenaga dari belakang.

"Jika kalian tidak ingin mati lebih baik kalian pulang saja. Mau sekeras apapun usaha kalian akan percuma dan mati sia-sia." Bocah itu segera pergi dan tanpa sengaja menubruk seseorang hingga bocah itu terjatuh dan orang yang didepannya juga ikut terjatuh.

Bocah itu yang akan mengomeli orang yang menabraknya perlahan terdiam.

Rona merah menyebar dengan cepat dikedua pipinya.

"Si...siapa kau?" Perkataan Inari nampak tergagap.

Didepannya saat ini seseorang dengan rambut semerah darah yang membingkai wajah cantiknya yang tidak pernah dia lihat dimanapun. Yang tidak disadari Inari tampak mangkuk yang melayang seperti ada angin disampingnya.

Orang cantik itu menghembuskan napas lega. Dia segera mensejajarkan dirinya, meletakkan mangkuk yang berisikan bubur disampingnya dan memegang kedua bahunya.

"Apa kau terluka?" Inari menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Inari merasakan tepukan lembut pada kepalanya.

"Syukurlah, lain kali berhati-hatilah."

Tepukan itu terasa familiar bagi Inari. Perlahan airmatanya mulai menetes.

Inari yang merasa malu menangis didepan orang lain segera melarikan diri.

Cale yang terlihat bingung nampak panik dibenaknya.

Apa dia kesakitan menabrakku tadi?
Sebenarnya aku juga sakit. Haruskah aku ganti rugi?

"Nii-chan apa kau tidak apa-apa?" Naruto menghampiri Cale yang masih berjongkok dan membantunya berdiri.

"Ya, aku baik-baik saja. Naruto bisakah kau melihat bocah itu sebentar. Apa dia terluka karena aku menabraknya?" Cale mencoba meminta tolong pada Naruto. Dia takut akan dimintai ganti rugi.

Tapi dimata semua orang Cale terlihat merasa bersalah. Padahal sebenarnya bocah Inari yang menabraknya terlebih dahulu.

'Nii-chan terlalu baik. Padahal bocah itu yang menabraknya!'

'Cale Nii-san tidak pernah memikirkan dirinya sendiri.'

'Jadi tidak hanya wajahnya tapi hatinya juga cantik.'

Semua yang ada didalam ruangan merasa kagum pada Cale.

Sasuke dan Sakura juga menghampirinya ikut membantu Cale membawakan bubur.

"Maafkan Inari Cale-san!" Ibu Inari segera meminta maaf.

Cale terlihat tidak mempermasalahkan tingkah bocah Inari itu.

Naruto yang masih terlihat kesal dengan kelakuan Inari segera menghampirinya dilantai atas.

Dia yang akan memasuki kamar Inari segera menghentikan langkahnya. Melihat melalui celah pintu yang terbuka.

Bocah Inari itu tampak menangis tersedu-sedu memanggil sang ayah, dan memeluk sebuah foto.

Naruto mengurungkan niatnya dan kembali turun. Ekspresi muram tercetak jelas diwajahnya.

Dia melihat kakaknya yang menantinya di anak tangga.

Naruto segera memeluknya untuk mencari kenyamanan. Sedangkan Cale hanya membalas dengan tepukan kepala lembut.



***



Kakashi mulai melatih kelompoknya berjalan dipohon. Dia menjelaskan mengontrol chakra dengan tepat dan  memfokuskan chakra yang dibutuhkan pada area telapak kaki.

Pada cobaan pertama Sakura berhasil melakukannya, sedangkan Naruto dan Sasuke masih kesulitan.

Naruto yang merasa dirinya gagal terus, segera meminta saran pada Sakura.

Tanpa mereka sadari bocah Inari itu melihat pelatihan ketiga bocah Genin itu. Setelah agak lama dia akhirnya pergi.

Tapi ada dua mata coklat kemerahan yang mengawasi kepergiannnya.



***



Di hutan tertentu berdiri sebuah bangunan yang berbentuk limas.

Disebuah kamar terbaring Zabuza dengan mata terbuka. Akan tetapi tak mampu menggerakkan tubuhnya.

Dan Haku yang terlihat duduk disamping ranjang Zabuza.

Terdengar pintu terbuka, Haku melirik Gato beserta dua orang yang tampak kekar memasuki ruangannya.

Gato mengejek Zabuza karena mudah dikalahkan oleh ninja lain padahal dirinya (Zabuza) terkenal dengan julukan iblis.

Haku mendadak berdiri. Suara tarikan pedang mencapai telinganya.

Gato segera menghentikannya. Melangkah mendekati ranjang Zabuza.

Tangan Gato yang akan mendekati tubuh Zabuza segera dicengkram erat oleh Haku.

"Jangan kotori tubuh Zabuza dengan tanganmu!" Haku melotot tajam kearah Gato.

Cengkraman itu mulai menyakitkan diiringi oleh teriakan Gato yang kesakitan.

Segera dua orang yang akan maju. Dengan kecepatan tak kasat mata Haku berada dikedua orang itu dan mengambil pedang mereka dan menodongkan kepada keduanya.

"Aku takkan melakukannya jika aku ada diposisi kalian. Ini membuatku kesal!" Teriak Haku penuh amarah, melemparkan kedua pedang itu ketanah.

Gato berteriak mengancam, jika mereka berdua kalah. Dirinya akan mengusir kedua orang itu.

Gato segera berlari keluar bersama kedua orang lainnya. Yang tersisa hanyalah Haku dan Zabuza yang masih terbaring diranjang.

"Haku, itu terlalu ceroboh." Ujar Zabuza santai.

"Aku tahu. Namun, terlalu dini untuk menghabisi Gato sekarang.

Jika kita menimbulkan masalah disini kita akan dikejar lagi oleh mereka.

Sekarang, kita harus menahan diri untuk sementara." Haku kembali duduk dan tersenyum.

Zabuza mulai menyetujui dan menutup mata kembali.



***



Pembangunan jembatan berjalan dengan baik.

Tazuna yang sedang mengangkat bongkahan besi melihat Sakura yang sendirian.

Tazuna langsung bertanya tentang ketidak hadiran Naruto dan Sasuke.

Sakura menjelaskan bahwa kedua orang itu masih berlatih. Sedangkan dirinya sudah mahir dalam pelatihan dan ditugaskan mengawal Tazuna.

Tazuna terlihat tidak mempercayainya. Membuat Sakura kesal.

Sakura melihat seorang pria paruhbaya menghampiri Tazuna. Dia memutuskan untuk berhenti karena takut akan Gato yang mengincar mereka.

Dia menyarankan Tazuna untuk menghentikan proyek pembangunan jembatan.

"Ini jembatan kita. Semua orang membutuhkannya demi transportasi dan perdagangan. Aku tidak akan berhenti."

Tazuna segera pergi meninggalkan proyek. Sakura terlihat cemas dengan kepergian Tazuna.



***



Setibanya Naruto dan Sasuke. Cale segera menyuruh mereka mandi dan bersiap makan malam. Tak lama kemudian Tazuna dan Sakura pulang disaat makan malam disajikan.

Tazuna nampak kaget dengan hidangan yang berada diatas meja yang terlihat menggiurkan dan penampilan yang tak pernah ditemukan dimanapun.

Semua orang berkumpul dan menyantap makanannya.

Tazuna, putri, serta cucunya terkejut dengan cita rasa masakan yang terlalu enak. Tak jauh berbeda dengan Kakashi dan Sakura. Sedangkan Naruto dan Sasuke lahap menyantap makanannya.

'Kenapa rasanya terasa familiar?' Kakashi mencoba mengingat sesuatu.

"Ini terlalu enak!"

Semua orang tak berhenti mengunyah dan terus menambah porsi makan.

Cale masih tenang menyantap masakannya.

"Cale-san apa kau yang menciptakan masakan ini?" Tsunami bertanya dengan antusias.

Cale menggelengkan kepalanya.

"Tidak, ini hanya masakan dari tempatku berasal."

"Lalu dimana asalmu?" Semua penasaran dengan pemuda cantik itu, kecuali Naruto yang menghentikan makanannya dan mengepalkan sumpitnya dengan erat.

Sasuke serta Sakura yang melihat Naruto yang terlihat kesal merasa penasaran.

Pandangan Cale tampak kosong sesaat.

Bagaimana aku harus menjelaskannya?

Apa aku harus menjelaskan ada seorang bajingan yang mengirimku kedunia ini karena kecerobohannya.

Setetes keringat terlihat diwajahnya yang pucat.

Semua orang melihat ketegangan pada ekspresi Cale dengan wajah yang semakin pucat.

"Tempatku terlalu jauh untuk dikunjungi. Lagipula aku tinggal bersama dengan Naruto dan kedua bocah lainnya."

"Jadi, kau hmmp-" Mulut Inari segera dibungkam dengan telapak Tazuna.

"Hahaha... Lebih baik lanjutkan makanannya sebelum dingin." Tsunami segera memperbaiki suasana yang terlihat canggung.

Cale hanya bisa menghela napas lega.

Akhirnya mereka percaya.


***


Naruto yang baru keluar dari toilet segera diseret oleh Sasuke dan Sakura.

Mereka membawanya dibelakang rumah Tazuna.

"Kenapa kalian menyeretku kesini!" Naruto jengkel dengan kelakuan Sasuke dan Sakura yang menyeretnya paksa.

"Naruto, ceritakan padaku mengapa Cale Nii-san memasang wajah seperti itu?"

Naruto merasa terkejut dan mengembalikan ekspresinya seperti semula.

Dia teringat pernah bertanya pada Cale sewaktu dirumah sakit beberapa tahun yang lalu.





Flashback

"Kenapa mereka begitu peduli pada sampah sepertiku?" Gumam Cale tanpa disadari.

Naruto yang masih setia berada disampingnya mendengar gumaman kakaknya.

"Nii-chan jangan mencela dirimu seperti itu! Ku tekankan sekali lagi kau bukan orang seperti itu, ttebayo!" Ucap Naruto frustasi.

Cale tersentak kaget mendengar nada tajam Naruto.

"Lagipula mengapa kau selalu menganggap dirimu seperti itu, Nii-chan?" Naruto terlihat penasaran dengan kakaknya yang selalu menganggap dirinya sendiri seorang sampah.

Ekspresi Cale tersenyum (nostalgia) sedih.

"Yah, itu terjadi dimasa lalu. Semua orang ditempatku menjuluki diriku seperti itu. Mereka semua menganggapku pengganggu dan perusuh kota mereka."

End Flashback






"Sebaiknya kalian berdua jangan pernah mengungkit masa lalu Nii-chan dihadapannya. Aku tidak mau melihat wajah kesakitannya lagi." Naruto dengan nada tajam memperingatkan, segera meninggalkan mereka berdua dan masuk kedalam rumah.

Meninggalkan Sasuke dan Sakura yang mematung.

"Jadi itulah mengapa dia selalu menganggap dirinya sampah." Sasuke menggengam telapak tangannya hingga berdarah tapi seolah tak terasa baginya.

"Mengapa semua orang harus memandang orang sebaik Cale-san dengan merendahkannya." Mata Sakura berkaca-kaca.

Tak jauh dari mereka berdua Kakashi yang menguping pembicaraan ketiga Genin itu merasakan pahit dilidahnya.

'Kehidupannya tak jauh berbeda dengan Naruto. Tapi Naruto lebih beruntung menemukan Cale lebih awal sedangkan Cale...?'

Kakashi hanya bisa menghela napas berat.



***



Cale yang menyiapkan tempat tidur merasakan dingin dipunggungnya.

'Udaranya dingin sekali.'

Tanpa mengetahui kesalahpahaman yang makin besar.

Продолжить чтение

Вам также понравится

7K 1.1K 15
Aku bertransmigrasi ke dalam novel 'omniscient reader's viewpoint ' sebagai figuran , apa yang harus kulakukan?. Ini adalah cerita dari seorang figur...
104K 12.9K 30
[ 𝐂𝐫𝐨𝐬𝐬𝐨𝐯𝐞𝐫 𝐓𝐫𝐚𝐬𝐡 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐂𝐨𝐮𝐧𝐭'𝐬 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐲 - 𝐖𝐡𝐨 𝐌𝐚𝐝𝐞 𝐌𝐞 𝐚 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬 ] ➪ Follow dulu sebelum baca ygy ✌︎...
2.3K 253 7
Harry Potter. Itu seru, bukan? Cerita yang ditulis dengan sangat baik membuat banyak orang menyukainya. Bagaimana jika kamu bisa masuk ke dunia Har...
3.1K 230 20
bagaimana jika ace bertemu dengan luffy di pulau tak berpenghuni? umur mereka berbeda sangat jauh.. luffy juga tumbuh besar di moby dick sebagai adik...