Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

411K 21.1K 1.9K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Memahami Perasaan
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Princess Lala
Cinta Lama
Bajingan
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Suami dan Sahabat
LDR
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA
Ada Yang Baru
Selamanya bertemu Rony

Dilema

5.4K 461 47
By LaksmiDAP

"Udah! Bukannya sembuh malah makin sakit," gerutu Ronan sembari mengambil kapas dari tangan Lala.

Gadis mungil itu berdecak sambil memanyunkan bibirnya, "padahal Lala mau obatin luka Kak Ronan," gerutunya.

"Nggak usah La. Kamu gak berbakat. Kamu itu bikin orang sakit makin sakit," sahut Ronan.

"Mama Una, Kak Ronan jahat. Lala kan mau sembuhin lukanya dia." Una hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku keponakannya itu. Lala memang begitu. Tidak pernah tumbuh dewasa

"Lagian kamu bukannya ngobatin malah bikin makin sakit. Lembut dikit bisa nggak?" Ronan menggerutu sembari menatap sebal adik sepupunya itu.

"Yaudah sini," Lala menarik kembali kepala Ronan hingga lelaki itu mendekatkan wajah ke arahnya. Kemudian dengan pelan-pelan mengoleskan obat di sudut bibir Ronan yang terluka.

Keduanya menghentikan aktifitas ketika seorang gadis membuka pintu ruang rawat mamanya perlahan setelah mengetuknya. Wajah Una seketika berbinar, berbeda dengan Ronan yang langsung murung setelah kehadiran gadis itu.

"Siang tante, gimana keadaan tante? Maaf ya Salmira baru bisa datang sekarang." Salmira meraih tangan Una dan meletakkan punggung tangan wanita itu di keningnya.

"Tante seneng kamu datang," sahut Una. Wajah wanita itu benar-benar berbinar seolah sudah menunggu sangat lama kehadiran Salmira.

"Ma, Ronan ke luar sebentar ya. Mama di sini sama Salmira dulu gapapa kan? Sal, nitip mama ya?"

Salmira mengangguk.

"Yuk, La, temenin aku!" Ronan menarik tangan gadis yang tadi duduk berdua di sofa dengannya itu. Kemudian melangkah meninggalkan ruangan mamanya.

Salmira bertanya dalam hati. Kenapa Ronan seolah menghindarinya? Lelaki itu bahkan tidak mau tatap muka dengannya. Apa Ronan marah? Dan siapa gadis yang tadi bersama lelaki itu?

"Yang tadi itu Nabila. Adik sepupunya Ronan. Mereka emang deket sejak kecil. Mungkin karena sama-sama anak tunggal." Seolah dapat membaca isi kepala Salmira, Una menjelaskan siapa gadis yang bersama Ronan itu.

Salmira mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Sal, tante minta maaf. Tante udah ingkar janji ke kamu."

"Salmira gak marah tante, jadi tante gak perlu minta maaf. Ronan ngomong sembarangan ya makanya tente jadi kepikiran?"

Una menggeleng, "dia cuma mengutarakan isi hatinya. Tante ngerasa salah ke kamu Sal."

Salmira meraih tangan Una, "jangan dipikirin lagi ya tante. Salmira gak apa-apa. Mama juga harus tahu semuanya kan? Mama gak marahin Salmira setelah tahu semuanya. Jadi gak apa-apa, tan. Salmira bener-bener gak marah sama tante."

Una mengangkat tangannya. Ia mengelus wajah gadis yang duduk di sebelah bangsal rumah sakitnya itu.

"Tapi kamu beneran udah baikan sama Ronan kan?"

Salmira mengangguk antusias, "kali ini gak bohong tante," sahutnya.

"Bagus deh kalau gitu. Kalau Ronan bikin ulah lagi, bilang ke tante ya Sal, biar tante hukum dia lagi. Kamu tahu nggak, waktu itu tante kasi dia hukuman, tante suruh dia janji untuk gak nemuin kamu. Dia lemes banget kaya gak ada tenaga."

Salmira terkekeh, "tapi dia nelfon Salmira tengah malem."

"Oh ya?"

"Iya tante. Kayanya sih gak sadar karena omongannya ngelantur. Tapi udah Salmira marahin."

Una menggelengkan kepalanya. Anak tunggalnya itu memang suka membuat masalah.

Kemudian keduanya kembali larut dalam obrolan. Una menceritakan beberapa tanaman bunga yang Salmira tanam di halaman rumahnya telah berbunga. Tanaman sayur mereka juga sudah meninggi. Kata Mbak Tety mungkin beberapa hari lagi ada yang siap dipetik. Kemudian Salmira menceritakan kalau taman yang ia buat di atap rumahnya dirusak mamanya. Salmira terlihat sedih saat menceritakannya naamun Una segara menghibur gadis itu dengan berkata akan memarahi Cahaya karena telah merusak kebahagiaan Salmira.

"Halaman rumah tante masih muat kok Sal. Kalau kamu mau, kita bisa bikin ladang di sana." Salmira tertawa mendengarnya.

Obrolan itu terinterupsi karena Lala yang tiba-tiba masuk. Gadis itu datang sendirian bersama gerutuannya. Nampaknya Ronan meninggalkannya.

"Lala kenapa?" Tanya Una penuh kelembutan. Seperti sedang menghadapi seorang anak kecil.

"Sebel sama Kak Ronan. Dia ninggalin Lala sendirian di coffee shop. Katanya mau ke toilet tapi gak muncul-muncul." Gadis itu memanyunkan bibirnya kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa.

Una hanya menggelengkan kepalanya. Ronan memang selalu begitu kalau berurusan dengan Lala. Untuk menghadapi tingkah manja adik sepupunya, Ronan terkadang kehabisan tenaga dan lebih memilih kabur.

"Lagian mau aja disuruh nemenin, udah tahu suka ninggalin," sahut Una. Lala semakin merajuk.

"Siapa?" Tanya Lala setelah menyadari dirinya belum mengenal gadis yang sedang bersama Una.

"Hai, kenalin aku Salmira, kamu Nabila kan? Tante Una udah cerita."

"Panggil Lala aja," sahut gadis itu sedikit tidak bersahabat.

"Gak boleh gitu La."

"Hehe, maaf ya Kak Salmira. Hm aku panggil kamu Kakak atau nama aja ya? Kita seumuran?"

"Aku 23," sahut Salmira.

"Ah, beda setahun. Aku 22," sahut Lala.

"Kamu gak boleh jutek-jutek sama orang, La."

"Maaf ya kak. Lala masih sebel sama Kak Ronan soalnya."

Salmira mengangguk. Nasihat Una pada Lala sepertinya juga berlaku pada Salmira. Pasalnya gadis itu juga sama saja. Terlalu jutek pada orang lain terutama yang tidak dikenalinya.

"La, telpon kakakmu deh. Tanyain dia dimana. Pergi kok gak izin mama," ucap Una pada Lala.

"Mana mau dia angkat telpon Lala."

"Sal, coba kamu deh yang hubungin Ronan, kalau Lala pasti gak diangkat. Dia kan lagi kabur sari Lala."

Salmira mengangguk kemudian mengambil ponselnya. Berusaha menghubungi Ronan tapi lelaki itu tidak menjawab pangilannya.

Ronan Dgtr

Ron dimana? Mama lo nyariin

Pesan dari Salmira juga tidak dibalas oleh Ronan. Mungkin lelaki itu sedang dalam perjalanan.

"Kak Ronan ke tempat temennya. Katanya nanti balik kalau Kak Salmira udah pulang." Lala menutup mulut dengan tangannya karena merasa salah berucap. Ia takut Salmira tersinggung oleh ucapannya.

"Aduh, maaf," gumam Lala pelan sambil memukul kepalanya.

"Kalian baik-baik aja kan Sal?" Tanya Una penasaran. Pasalnya Salmira baru saja mengatakan kalau dirinya dan Ronan telah berbaikan.

Salmira mengangguk ragu. Ia sendiri tidak tahu ada apa dengan Ronan dan mengapa lelaki itu menghindarinya. Salmira tidak lagi memintanya menjauh dari kehidupannya.

🌻

"Kak, kamu gak berangkat kerja? Itu ada Dareen di depan," tanya Cahaya ketika Salmira masih duduk santai di ruang tamu rumahnya sambil memotong kuku kakinya.

"Nggak Ma, Salmira ambil cuti," sahut Salmira.

"Temuin si Dareen dulu lah. Kasihan dia nungguin."

Salmira melangkah ke luar rumah, kemudian tersenyum tanpa dosa pada Dareen yang telah menunggunya dengan sia-sia.

"Kali ini gue gak nebeng ya. Mau ngerasain libur di hari Senin." ucap Salmira pada lelaki yang menunggunya di depan gerbang.

"Yaudah deh. Padahal ada yang mau gue tanyain ke lo."

"Apa?"

"Nanti aja, takut telat. Gue berangkat dulu ya," pamit Dareen. Salmira mengangguk kemudian melambaikan tangannya.

"Hati-hati jangan ngebut. Kalau ada tikungan, belok jangan lurus."

"Gak lucu," sahut Dareen kemudian berlalu.

"Gak ada yang mau ngelawak juga," gumam Salmira sambil melangkah dan menutup kembali gerbang rumahnya.

Sayangnya Salmira dibuat penasaran oleh apa yang ingin Dareen tanyakan. Ia jadi sedikit menyesal tidak masuk hari itu karena dirinya pasti akan dihantui rasa penasaran sepanjang hari. Namun Salmira juga tidak mau pergi ke kantor. Enggan bertemu Bagas tentunya. Gadis itu muak. Eh, tapi ngomong-ngomong apa Bagas masih sanggup berdiri dan pergi ke kantor hari itu setelah dihajar Ronan tempo hari?

Salmira kembali mengingat kejadian dua hari lalu. Lelaki brengsek itu dengan kurang ajarnya berani melecehkan Salmira. Bisa-bisanya Bagas melakukan itu pada teman satu timnya yang dia temui setiap hari. Salmira bergidik. Pantas saja selama ini dirinya tidak pernah bisa merasa nyaman di dekat lelaki itu. Ternyata dia brengsek.

Karena sepanjang hari hatinya diselimuti rasa penasaran, disana lah Salmira sekarang. Berdiri di depan gerbang kos Dareen, menunggu lelaki itu pulang kerja. Semestinya Salmira tidak perlu harus datang ke tempat itu karena ia bisa menunggu Dareen lewat di depan rumahnya. Jalan depan rumahnya itu adalah jalan yang pasti Dareen lalui.

"Sal, Sal. Pasti lo penasaran kan sama apa yang mau gue tanyain?" Tebak Dareen saat dirinya menjumpai Salmira.

Salmira tersenyum sambil mengangguk. Dan Dareen memberinya istarat untuk menunggu di warung seblak yang biasa mereka kunjungi. Dareen akan menaruh motornya terlebih dahulu.

"Jadi apa?" Tanya Salmira antusias saat Dareen mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Lo baik-baik aja sama Ronan? Berantem lagi?"

Salmira mengerutkan keningnya tidak mengerti arah pembicaraan Dareen. Kemudian ia menggeleng ragu.

"Baca sendiri deh!" Seru Dareen kemudian menyerahkan ponselnya pada Salmira.

Pak Ronan COO

Dareen, kamu deket banget sama Salmira kan?

Lumaian pak
Kenapa?

Kamu bisa bantu saya?

Bantu apa pak?

Tolong jaga Salmira ya Dareen. Jangan sampai ada yang berani sentuh apalagi sakitin dia.
Tolong temenin dia terus, karena kalau saya yang ngelakuin itu saya takut buat dia gak nyaman. Sepertinya kamu orang yang bisa saya percaya untuk jagain dia.
Saya harap saya gak ngasi kepercayaan ke orang yang salah

Pak Ronan kenapa?

Salmira kembali dibuat kebingungan. Pesan terakhir yang Dareen kirim hanya dibaca saja oleh Ronan. Salmira pun jadi ikut bertanya-tanya. Ronan kenapa? Apakah lelaki itu sudah menyerah? Tidak akan lagi mengganggu Salmira?

Sementara di tempat yang berbeda, Ronan sedang duduk di salah satu bean bag yang terdapat di halaman belakang rumahnya. Termenung menatap langit yang mulai menggelap. Kegalauan menyelimuti hatinya. Ia merindukan Salmira, tapi belum sanggup bertemu dengan gadis itu.

Ronan tidak sanggup melihat wajah Salmira setelah kejadian tempo hari. Rasa bersalahnya menyeruak begitu saja mengingat kejadian itu. Sayangnya rasa rindunya juga menggebu. Membuat Ronan tersiksa sendiri. Tanpa sadar ia mengambil ponsel dari saku celananya, kemudian menghubungi gadis itu.

Ponsel Salmira berdering beberapa kali, kemudian salam dari gadis itu terdengar. Lidah Ronan mendadak kelu. Tidak dapat menjawab sapaan Salmira.

"Ron, masih di sana? Kenapa nelfon kalau diem aja?"

"Sal, I am so sorry." Hanya itu yang dapat keluar dari mulut Ronan. Ia kehilangan semua kata yang bisa ia ucapkan.

"Ron, lo kenapa?"

Hening. Ronan mengumpat dalam hati karena hanya bisa diam membuat Salmira makin kebingungan.

"Ron, Tante Una baik-baik aja kan? Lo kenapa sih Ron?"

"Mama baik-baik aja Sal."

"Terus lo kenapa?"

Ronan diam lagi. Sial, mengapa mulutnya tidak bisa berkata apapun?

"Ron, papa mau bicara." Ronan mematikan sambungan teleponnya berbarengan dengan Edy yang mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Kok papa di rumah? Mama sama siapa?"

"Mama ditemenin Tante Aya. Papa mau bicara penting ke kamu."

Edy mengambil ponselnya. Menunjukkan sebuah video rekaman yang sepertinya diambil dari dashcam sebuah mobil. Di dalam video tersebut berisi rekaman saat Ronan menghajar seseorang di jalanan.

"Kamu bikin masalah apa lagi? Ini udah nyebar di internet. Untung belum rame. Papa udah nyuruh orang buat hilangin video itu. Kamu kenapa bikin masalah terus? Kalau mama lihat gimana?"

"Laki-laki itu emang pastas dihajar Pa," sahut Ronan.

"Kamu kenal dia?"

Ronan menggeleng.

"Terus kenapa kamu hajar dia?"

"Dia hampir ngelecehin Salmira, Pa. Itu kalau Ronan gak ikutin mereka, Ronan gak tahu dia bakal ngelakuin apa ke Salmira. Menurut Papa apa aku harus diem aja?"

Edy menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi soal Salmira. Lelaki itu keheranan sendiri. Tidak pernah ada yang menarik perhatian anak laki-lakinya sebegitunya kecuali mamanya.

"Kamu mau nikahin Salmira?"

Pertanyaan itu terdengar serius di telinga Ronan. Lelaki itu menoleh dan mengangguk mantap.

"Papa akan coba bantu bicara sama Tante Aya. Kita tunggu mama keluar dari rumah sakit, kita ke rumahnya. Papa mau ngelamar dia buat kamu. Tapi, kalau dia gak nerima lamaran kita, kamu harus lupain Salmira. Bisa?"

"Pa? Gak mungkin aku bisa lupain dia."

"Kamu mau coba lamar dia?"

"Boleh coba-coba soal itu, Pa?"

Edy menggeleng, "gak boleh. Makanya papa bilang. Kalau kamu ditolak, kamu harus lupain dia. Jangan ganggu Salmira lagi dan biarin dia bahagia sama orang yang dia pilih."

"Ronan cinta banget sama dia Pa."

"Justru itu. Kamu berani melangkah dengan resiko, atau diam di tempat?"

"Dan satu lagi, sekarang papa khawatir kalau orang yang kamu pukulin itu bakal perkarain ini. Bisa panjang nanti urusannya."

"Maafin Ronan Pa," lirih Ronan.

"Gak apa-apa. Papa bangga kalau kamu ngelakuin itu untuk ngelindungin orang yang kamu sayang. Asal jangan sok jagoan mukulin orang, papa gak akan bantu kamu kalau kamu begitu."

"Nggak akan Pa."

Edy mengelus punggung Ronan, "kamu pikirin tawaran Papa baik-baik. Jangan buru-buru."

Ronan kembali termenung. Berani maju selangkah dengan resiko merelakan Salmira, atau tetap berada di tempatnya, berjuang perlahan meski ia juga belum tahu seperti apa hasilnya nanti?

🌻

Yang minta update 2 part hari ini siapa? Udah ya, aku udah update 2 part hari ini.
Hmm jadi gimana? Seneng kalian?
Disini konfliknya gak berat banget ya, aku capek karena keseringan nguras emosi nulis cerita ini. Jadi kali ini yang ringan-ringan dulu aja ya

Semoga suka, and see you in the next chapter💙💙💙

Continue Reading

You'll Also Like

398K 15.8K 26
This is a Luka x male reader (a.k.a. he/him reader) You like him, you really do. But what can you do when he only has eyes for Marinette? You know f...
4.4M 285K 61
[PRIVAT ACAK! FOLLOW DULU SEBELUM BACA! ] 18+ (MENGANDUNG KATA KASAR, UMPATAN, KEUWUAN, SCENE KISS, SCENE HUG) - Mungkin sebagian manusia akan senan...
495K 12.5K 54
Hi! My name is (yn)(yln)! I'm a fifteen year old who is apart of an exchange student program through my highschool, (ys). I'm visiting a girl my age...