Selamanya [Sudah Terbit]

By LaksmiDAP

411K 21.1K 1.9K

Salmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir memper... More

Perkenalan
Bertemu Sahabat Mama
Pertemuan
Mantan
Di Luar Prediksi
Kita Bisa Berteman?
Gak Perlu Temuin Gue Lagi
Belum Move On?
Good Idea
Pengganggu
Big Boss
Rumah Sakit
Menyemai
Merajut
Kotak Kenangan
Penyesalan Ronan
Deep Talk, Curi Dengar
Ketahuan
Janji Ronan
Break Up
She is Mine
Tidak Berpihak
Penguntit
Bawa Salmira Kembali
Bantuan Orang Tua
Mama Dareen
Satu Malam
Luluh?
Princess Lala
Cinta Lama
Bajingan
Dilema
Ada Apa dengan Ronan?
Jangan Bersedih Salmira
De Javu
Dua Lelaki Galau
My Heart
Butuh Waktu
Wedding Day
First Day
Apartment Kita
Sedih Tak Berujung
Suami dan Sahabat
LDR
Selamat Datang Cinta yang Baru
Hallo
Author Menyapa
Pre Order SELAMANYA
Ada Yang Baru
Selamanya bertemu Rony

Memahami Perasaan

5.7K 355 18
By LaksmiDAP

"Kak, Mama mau bicara," Cahaya berdiri di depan pintu kamar Salmira mengisyaratkan anak sulungnya itu untuk menemaninya mengobrol di luar kamar.

Salmira mendengus. Belakangan ia mulai kehilangan selera untuk mengobrol dengan mamanya karena ia tahu topik apa yang akan mereka bicarakan.

"Kenapa, Ma?" Salmira duduk di sofa sebelah mamanya.

"Kenapa kamu blokir nomornya Ronan?"

Salmira mendengus mendengar pertanyaan itu. Ia semakin kesal pada Ronan. Untuk apa lelaki itu mengadu pada mamanya?

"Ronan ngadu ke mama?"

"Tente Una yang cerita. Katanya Ronan cerita ke mamanya kalau kamu block dia." Wajah wanita itu sangat serius, juga menyiratkan raut kecewa pada anak gadisnya itu.

"Ma, mama ngerti perasaan Salmira nggak?"

"Apa salahnya sih Kak, memaafkan? Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Dan mama rasa Ronan sudah berusaha untuk memperbaiki hubugan sama kamu."

Gadis itu berdecak. Ingin rasanya ia beteriak namun Salmira memilih bungkam. Enggan membantah, enggan juga menanggapi.

"Kamu jangan berlebihan. Kalian pacaran saat masih sangat muda, ngerti apa sih anak umur enam belas urusan cinta dan patah hati?"

"Berlebihan? Kenapa jadi berlebihan?"

"Sikap kamu ke Ronan itu emang berlebihan, Kak. Gak seharusnya kamu seketus itu sama dia. Kamu juga kan belum ngerti apa-apa saat jalan sama dia."

"Ma, dia nyakitin aku Ma. Dia pernah bikin aku terluka. Mama ngerti gak sih perasaanku?"

Nafas Cahaya menderu ketika mendengar Salmira meninggikan suaranya. Mata Salmira juga telah berkaca-kaca. Nampaknya gadis itu sedang menahan tangisnya.

"Sudah tujuh tahun Sal. Kamu jangan lebay. Buka blokiran kamu, terus minta maaf ke Ronan."

Salmira bangkit dari tempat duduknya. Kemudian melangkah meninggalkan mamanya kembali masuk kamar sembari mengelap kasar air matanya.

"Sal!" Cahaya berseru saat Salmira telah berlalu. Wanita itu menyusul anak sulungnya. "Mama belum selesai bicara," sambungnya sembari mengetuk pintu kamar Salmira.

Salmira bergeming. Ia enggan membuka pintu tersebut. Air matanya tidak bisa ia bendung lagi. Selama ini tidak pernah ada yang benar-benar memahami perasaannya. Saat Salmira terluka karena ayahnya, ia berusaha tegar untuk mama dan adik-adiknya. Dan ketika hatinya dipatahkan oleh cinta pertamanya, Salmira juga berjuang untuk menyembuhkan lukanya sendirian. Tidak mudah. Salmira hanya ingin dimengerti sekali saja. Ia juga manusia yang memiliki perasaan.

🌻

Dareen melangkahkan kakinya di sebuah perumahan mewah. Tempat itu membuatnya berdecak. Banyak sekali rumah-rumah mewah yang harganya pasti tidak hanya ratusan juta melainkan miliaran. Ia mengukuti arahan maps dari ponselnya, terus melangkah mencari alamat yang sebelumnya ia dapatkan dari sang kakek.

Ia tiba di depan sebuah rumah berpagar coklat yang tinggi menjulang. Pagar itu terkunci. Dareen mengetuknya beberapa kali hingga seorang satpam membuka sebagian pagar tersebut.

"Nyari siapa ya?"

"Ini bener rumahnya Ibu Murni, Bang?" tanya Dareen.

"Ya, dulu dia majikan saya. Tapi rumah ini sudah lama dijual. Sekarang saya kurang tahu ibu dimana," ucap satpam tersebut.

Dareen menghembuskan nafas berat, namun ia tidak ingin menyerah.

"Bang, kira-kira ada alamat atau kontak yang mungkin bisa saya hubungin buat nemuin beliau?"

"Abang ini siapa ya?"

"Saya keluarganya dari Bali."

Kemudian satpam tersebut nampak berpikir. Ia melirik ke atas sembari memegang dagunya.

"Kalau gak salah anaknya punya cafe dekat Plaza Senayan, coba ke sana deh, namanya IU coffee and eatery kayanya."

Dareen berterimakasih pada lelaki yang nampaknya lebih tua dari dirinya tersebut atas informasi yang di dapatnya. Ada rasa kecewa karena ternyata ia tidak bisa langsung bertemu denga ibunya. Namun, harapannya masih ada. Ia masih akan terus berjuang untuk bertemu dengan sang mama.

Kemudian ia melangkah meninggalkan tempat itu. Malam itu awan pekat masih menyelimuti kota Jakarta. Hujan pasti akan turun beberapa saat lagi. Dareen mempercepat langkahnya menuju halte bus terdekat. Lumaian jauh dari komplek perumahan elit tersebut, jadi Dareen harus buru-buru sebelum hujan turun.

🌻

Salmira duduk di halte dekat kantor Dareen. Biasanya lelaki itu turun di halte tersebut ketika berangkat kerja. Gadis itu menunggu sembari berharap Dareen belum pulang. Ia enggan sekali pulang ke rumah. Namun tidak memiliki tujuan yang jelas kemana ia harus pergi. Salmira mengingat Dareen. Gadis itu bisa mengajak Dareen makan seblak lagi di tempat kemarin mereka makan.

"Salmira? Kok bisa di sini?" Dareen menepuk bahu Salmira yang termenung dengan tatapan kosong. Entah apa yang gadis itu pikirkan.

"Gue nungguin lo," sahut Salmira.

"Tumben, kenapa?"

Salmira tidak menjawab. Ia keheranan ketika bus yang seharusnya mereka tumpangi dibiarkan berlalu begitu saja oleh Dareen.

"Loh, kok udah lewat? Lo gak mau pulang?" Tanya Salmira. Gadis itu terlalu banyak bengong sehingga melewatkan bus mereka.

"Gue mau ke tempat lain. Lo nungguin gue ada apa?"

"Lo ada janji sama orang? Gue boleh ikut?"

"Tapi Sal-"

"Boleh, ya?" Salmira memasang wajah memelasnya. Membuat Dareen mau tidak mau mengiyakan gadis itu. Dareen tidak menyangka kalau Salmira bisa ekspresif juga. Ia pikir gadis itu hanya memiliki satu ekspresi yang menjadi andalannya saja. Datar dan dingin membuat orang enggan mendekat. Ternyata Salmira hanya pandai berkamuflase.

IU Coffee and Eatery, tertulis di depan cafe instagenik dengan dekorasi bunga-bunga di bagian luarnya. Banyak spot foto yang pasti sangat digemari kaum hawa di sana. Di bagian dalamnya terkesan lebih cozy. Dinding putih dengan beberapa wallpaper aestetik menghiasinya, juga terdapat beberapa quotes-qoutes di dalam bingkai menggantung di dinding. Di sudut rungan dekat bar, terdapat sebuah rak berisi buku-buku motivasi. Beberapa novel lama juga menghuni rak tersebut. Nampaknya buku-buku itu bisa bebas dibaca oleh pelanggan. Kursi dan meja kayu menjadi pililan furniturnya. Perpajuan warna putih dan krem dalam ruangan itu menambah kesan aestetiknya.

Salmira suka tempat itu. Entah darimana Dareen mendapat informasi mengenai tempat yang mereka kunjungi tersebut. Dan ada urusan apa Dareen kesana?

Keduanya memesan makanan. Salmira memilih chicken parmigiana sebagai pengisi perutnya, sementara Dareen memesan cheeseburger dengan double patty. Untuk minumannya mereka kompak memesan ice lemon tea.

"Kalau gak lagi musim hujan, lebih asik duduk di luar deh kayanya," komentar Salmira. Tatapan gadis itu menyapu ke seluruh bagian outdoor cafe tersebut.

Tempat hijau di Jakarta tentu susah ditemui. Apalagi dipadukan dengan berbagai macam bunga. Salmira tertarik pada meja bundar di luar ruangan yang dinaungi oleh rimbunnya pohon bougenvile berwarna dengan bunga berwarna ungu. Di seberangnya terdapat tanaman bunga matahari yang sedang berbunga namun beberapa belum mekar seutuhnya. Bunga-bunga itu nampak besar, Salmira tertarik ingin menanamnya di rumah. Jalan setapaknya juga menarik. Tamannya ditata dengan epik, rumput jepang menghiasinya, dipadukan dengan bunga pukul sembilan yang berwarna warni. Sayangnya itu sudah sore menjelang malam, bunga pukul sembilan itu hanya mekar di pagi hingga siang hari. Ada tanaman mawar rambat berwarna pink, menghiasi setiap pintu masuk menuju area indoornya. Tanaman itu yang Salmira impikan selama ini. Ia pernah mencoba menanamnya, tapi sayangnya Salmira gagal menumbuhkannya.

"Lo ke sini ada janji sama orang ya?"

"Gue cuma mau ketemu owner tempat ini," sahut Dareen sembari menyesap lemon tea-nya.

"Lo kenal?"

Dareen menggeleng, membuat Salmira mengerutkan keningnya kebingungan.

"Gue punya urusan penting sama ownernya."

"Lo gak kenal, tapi punya urusan? Gimana sih? Gak paham gue."

"Ada yang mau gue tanyain ke dia."

"Lantas lo pikir bisa nemuin owner tempat ini dengan mudah?"

Dareen menghela nafas. Benar juga apa kata Salmira. Sepertinya tidak akan semudah itu untuk bertemu dengan pemilik cafe tersebut. Namun Dareen masih berharap kalau ia mendapat keajaiban untuk bertemu ibunya di tempat itu.

Lelaki itu memanggil seorang pelayan untuk menggali informasi mengenai siapa pemilik tempat itu dan bagaimana caranya agar Dareen bisa menemuinya. Gadis itu memberi informasi bahwa pemilik cafe tersebut seorang gadis berusia dua puluh lima tahun bernama Ayu. Tidak pernah ada yang bisa memprediksi kapan gadis itu akan datang. Dia mengelola beberapa usaha mamanya, jadi hanya bisa sesekali berkunjung ke tempat itu.

Dareen mengucapkan terima kasih pada pelayan tersebut untuk informasi yang didapatnya. Kemudian memikirkan cara untuk bisa menemui gadis itu. Hanya dia yang bisa membantu Dareen menemui mamanya.

"Balik yuk!" Dareen berseru ketika mereka sudah cukup lama berada di tempat itu. Hari mulai gelap.

Salmira mendengus. Gadis itu enggan untuk pulang sebenarnya. Ia enggan bertemu mamanya.

"Kenapa? Lo gak mau pulang?"

"Gue males ke rumah, Reen," sahut Salmira.

"Lagi ada masalah?" Tanya Dareen memelankan suaranya, berusaha selembut mungkin agar Salmira merasa nyaman.

"Gue lagi sebel sama Mama, semalem dia ngatain gue lebay karena blokir nomornya Ronan."

"Sal, lebih baik lo pulang. Ngomong baik-baik sama Mama."

"Reen, gue capek. Gak ada yang ngertiin gue," ucap Salmira sembari mengusap wajahnya.

"Gue ngerti Sal. Tapi lo mau kemana lagi kalau nggak pulang? Ini udah malem. Lo mau tidur di jalanan? Emangnya gak bahaya?"

Salmira mendengus. Gadis itu enggan sekali bertemu ibunya. Tapi ia tidak mungkin tidak pulang ke rumah. Maka ia menuruti ajakan Dareen untuk pulang. Malam kian larut. Angin yang bertiup saat itu mengisyaratkan kalau hujan akan kembali turun.

Rintik hujan telah turun kembali membasahi bumi. Malam itu mereka berjalan beriringan di bawah payung yang sama. Dareen melupakan payungnya, jadi mereka harus menggunakan payung milik Salmira untuk melindungi diri dari hujan, meskipun setengah tubuh Dareen tetap basah.

"Mama gue nyebelin Reen," gerutu Salmira sembari menunduk menatap langkahnya.

"Sal, senyebelin apapun mama lo, lo masih beruntung karena ada dia di hidup lo. Lo gak akan bisa bayangin gimana hidup tanpa seorang ibu," ucap Dareen. Air matanya hampir tumpah karena membayangkan betapa pilunya kehidupannya selama ini.

Salmira menoleh ke sebelahnya ketika mendengat suara Dareen agak bergetar di ujung kalimatnya. Lelaki itu terlihat seperti sedang menahan tangis. Namun Salmira tidak mau bertanya karena Dareen terlihat seperti menahan diri. Salmira rasa lelaki itu akan keberatan kalau ia bertanya.

🌻

Hai bagaimana kabar kalaian? Apakah akhir tahun kalian menyenangkan?

See you in the next chapter 💙

Continue Reading

You'll Also Like

568K 19.8K 82
~Highest rank: #1 in mlb ~ -COMPLETED AS OF OCTOBER 5, 2022- (A/N: Please don't read this story if you're under 15, there is some content I'm not com...
398K 15.8K 26
This is a Luka x male reader (a.k.a. he/him reader) You like him, you really do. But what can you do when he only has eyes for Marinette? You know f...
950K 16.6K 31
Marinette had gotten over her feelings for Adrien since she realized that it would never lead to anything. She was just too shy, and getting over her...
495K 12.5K 54
Hi! My name is (yn)(yln)! I'm a fifteen year old who is apart of an exchange student program through my highschool, (ys). I'm visiting a girl my age...