π‹π¨π―πž 𝐚𝐭 π“π‘πž π“œπ“Έπ“Έπ“·...

By ArYizhan

22.3K 3.4K 608

Adakah kisah reinkarnasi di kehidupan modern yang sudah sangat canggih dengan teknologi? Wang Yibo, nama pemu... More

Moonlight 1'
Moonlight 2'
Moonlight 3'
Moonlight 4'
Moonlight '5
Moonlight '6
Moonlight '7
Moonlight '8
Moonlight '9
Moonlight '10
Moonlight '11
Moonlight '12
Moonlight '13
Moonlight '14
Moonlight'15
Moonlight '16
Moonlight '17
Moonlight '18
Moonlight '19
Moonlight '20
Moonlight '21
Moonlight '22
Moonlight '23
Moonlight '24
Moonlight '25
Moonlight '26
Moonlight'27
Moonlight'28
Moonlight'29
Moonlight'31
Moonlight'32
Moonlight'33
Moonlight'34
Moonlight'35
Moonlight'36
Moonlight'37
Moonlight'38
Moonlight'39
Moonlight'40
Moonlight'41
Moonlight'42
Moonlight'43
Moonlight'44
Moonlight'45 (End)
Extra Chapter

Moonlight'30

484 54 14
By ArYizhan

💫💫💫

Present

Tanpa terasa, ingatan masa lalu yang membayang menciptakan tangisan pilu dalam diam. Air mata Xiao Zhan mengalir membentuk anak sungai melewati telinga. Rasa sedih dan sakit membuatnya lumpuh. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang karena pikirannya mendadak buntu. Tujuan dalam hidupnya seakan sirna.

Xiao Zhan meraba hati sendiri, mencoba merasakan apa yang dialami Sean dan Wang Yibo di masa lalu. Meski dia mengetahui masa lalunya sendiri bersama Sean dan Yibo, namun dia belum tahu apa sebenarnya yang terjadi pada kehidupan mereka setelah saudaranya hidup bersama dengan Wang Yibo. Dia belum tahu apa penyebab ingatan Yibo yang menghilang. Pemuda itu sama sekali tidak bisa mengingat tentang Sean, dan apa penyebab kematian Wang Yibo kala itu.

Semua pertanyaan itu masih mengganggu dan belum ada jawabannya saat ini.

Jika dirinya mau jujur, saat ini ingatannya tak lepas dari Wang Yibo. Dia teringat kondisi pemuda itu di saat meninggalkannya seorang diri di hotel. Selain dia mengingat seseorang yang pernah dia cintai pertama kali di kala mengenal yang namanya cinta. Entah kenapa saat ini dia merindukan saudaranya. Merindukan perhatian dan kasih sayangnya di masa-masa dulu. Meski dia tersakiti oleh pengkhianatan Yibo, tetapi saat itu dia sudah merelakan mereka. Dia pun tidak sepenuhnya menyalahkan Sean karena sekarang ini dia memahami seperti apa perasaan Sean. Dia pun yakin ada satu hal yang dilakukan saudaranya hingga ingatan tentang dirinya justru tidak ada dalam memori Yibo.

“Sean, apa yang kau lakukan? Dan bagaimana kau meninggalkan dunia ini?”

Sambil memiringkan posisi tubuh, Xiao Zhan bergumam sendiri. Dia mengusap wajah yang basah, menatap bantal kosong di sebelahnya. Dulu, di sampingnya selalu ditemani saudara kembar yang memeluknya dalam kehangatan. Andai saat ini pun dia memiliki saudara yang begitu menyayanginya, dia tidak akan pernah hidup sendirian dan berpindah pada satu panti asuhan yang menampung anak-anak tanpa orangtua.

Xiao Zhan memeluk bantal empuk itu disertai air mata yang kembali mengalir. Sekarang ini dia merasa nelangsa, sedih, dan kesepian. Dia teringat pada semua orang yang menyayanginya, terutama pada kekasihnya saat ini. Tetapi dia tidak ingin kembali dalam waktu cepat. Berpisah dengan Yibo merupakan langkah terbaik yang dia pikirkan. Entah mereka bisa kembali bersama atau tidak, hanya takdir yang bisa memutuskan kehidupan mereka. Mungkin waktu akan mengobati luka, seperti yang selalu dikatakan orang-orang.

Tangisan kesedihan yang tercipta membawanya ke alam tidur. Xiao Zhan tertidur sambil memeluk bantal dan air mata yang masih menggenang. Dalam tidurnya, dia merasa gelisah. Satu mimpi tentang kehidupan mereka mengusiknya, tentang bagaimana kekasihnya tenggelam dalam kegelapan.

Xiao Zhan tidak tahu berada di mana, tiba-tiba saja dia melihat penampakan berupa lautan luas yang menghitam. Dia melihat satu sosok yang terombang-ambing di tengah-tengahnya. Dia tidak tahu siapa sosok itu, tetapi dia melihat satu orang lainnya yang berdiri di sisi pantai. Dia mengenali seseorang itu. Dia ingin memanggil tetapi suaranya tidak bisa keluar. Dia pun bergerak ingin mendekat, namun rasanya tak kunjung tiba di tempat sosok itu berdiri.

Kenapa pemuda itu hanya berdiam diri melihat seseorang tenggelam di depannya?

Siapa sebenarnya yang terombang-ambing di lautan sana?

Xiao Zhan terus berusaha melangkah hampir berlari untuk menghampiri pemuda di sisi pantai. Dia berteriak meski rasanya sulit keluar namun hatinya menyerukan nama sosok tersebut.

Sean!

Sean... Kenapa kau diam saja?

Berjalan dengan kaki yang rasanya sudah ribuan langkah dia lakukan tetap tak kunjung mendekati pemuda bernama Sean yang berdiri. Sebelum benar-benar tiba di dekat si pemuda, dia melihat Sean melarungkan seikat bunga. Bisikannya terdengar nyaring di telinganya meski pemuda itu hanya bergumam pelan.

“Yibo... Aku harap kau bertemu cinta sejatimu... Dengan ini, aku menyatukan kalian dalam pertemuan selanjutnya...”

Xiao Zhan mendadak berhenti melangkah. Rasa terkejut dan syok mengiringi kepalanya yang menoleh ke arah samudera luas. Mendengar nama yang disebutkan Sean, dia akhirnya mengetahui siapa sosok yang terombang-ambing di dalam sana.

Tidak mungkin...

Langkah Xiao Zhan berbelok menuju lautan lepas, berlari meski dengan napas yang sudah terengah. Kakinya begitu berat dia rasakan. Dia ingin segera mencapai lautan dan menyelamatkan pemuda yang dicintainya.

Tidak... Yibo...

Tangis Xiao Zhan pecah. Dengan uraian air mata yang membasahi pipi, kakinya terus dia angkat untuk berlari. Rasanya begitu melelahkan. Napasnya sudah memburu sementara kakinya terasa melesak ke dalam bumi.

Yibo...

Satu ombak besar menggulung, semakin menelan sosok Yibo di tengah-tengah sana. Angin kencang berhembus dan suara petir membahana di langit malam. Pekik burung meningkahi perubahan alam yang menyeramkan.

Tidak!!!

Yibo!!!

“Yibo!!!”

Xiao Zhan merasakan dirinya seperti hendak terjatuh dari ketinggian. Terlonjak kaget dengan mata terbuka nyalang, menatap sampingnya yang kosong. Dia terbangun dengan perasaan takut seiring seruannya memanggil nama Yibo. Rasa dingin merayapi seluruh tubuh dan ia merasakan pipinya basah. Sedih dan takut membuatnya tubuhnya merinding beberapa saat. Dia mengusap pipi, cukup terkejut karena menangis oleh satu mimpi yang begitu menyedihkan sekaligus menakutkan.

Ya Tuhan...
Mimpi apa yang kualami?

Dia membatin sambil memeluk bantal erat-erat. Rasa dingin yang menyerbu membuatnya menarik selimut hingga leher. Meski dengan perasaan sedih, dia berusaha untuk tertidur lagi, berharap tidak lagi dihampiri mimpi buruk seperti tadi.

💫💫💫

Pagi yang cerah disambut Xiao Zhan tanpa ada semangat apa pun. Dia bangun dengan muka layu dan mata bengkak. Tidurnya yang kedua sama sekali tidak membantu wajahnya segar di kala bangun. Kepalanya justru terasa pusing sewaktu dia duduk sejenak sambil meluruskan kaki. Beberapa saat dia berpikir dan merencanakan apa yang akan dia lalukan setelah ini. Dia merasa tidak mungkin untuk kembali ke Los Angeles. Meski beberapa bajunya ada di tempat Yibo, namun saat ini dia sedang tidak ingin bertemu.

“Sepertinya aku harus pulang ke Shanghai,” gumamnya memutuskan.

Dengan malas dia beranjak turun, menyeret langkah ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Dalam waktu satu jam, dia sudah menunggu taksi di depan hotel. Tujuannya adalah ke bandara Lorient South. Dia harus mendapatkan tiket ke Shanghai meski harus transit beberapa kali. Semua hal seperti dimudahkan baginya. Xiao Zhan tiba di bandara dan membeli tiket dadakan. Dia mendapat tiket ke Shanghai tanpa harus transit. Dengan membawa tekad baru, dia memasuki pesawat dan duduk tepat di sisi jendela. Ketika pesawat sudah berada di ketinggian, matanya yang sendu menatap ke bawah, pada suasana kota yang semakin lama semakin kecil. Pandangannya mulai buram ketika selaput bening melapisi matanya dan lapisan awan tipis mulai menghalangi pemandangan di bawah sana.

Selamat tinggal, Yibo...

Jika kita berjodoh, mungkin kita akan bertemu lagi...

Jaga dirimu...

Xiao Zhan memalingkan wajah dari jendela, menutup mata hingga setitik cairan hangat menetes membasahi pipi.

Di tempat lain, tanpa sepengetahuan Xiao Zhan, Wang Yibo masih terbaring di rumah sakit. Setelah malam itu dia muntah darah di kamar hotel, dia masih terkapar di lantai sampai ditemukan oleh petugas hotel. Secara kebetulan, ponsel Yibo berbunyi dan memunculkan nama Ethan.

Petugas hotel itu hanya bisa mengangkat telepon dan memberitahukan bahwa penghuni kamar tersebut pingsan dengan kondisi terbaring di lantai.

Asisten Wang Yibo itu bergegas mengambil tindakan. Setelah meminta petugas hotel memanggil ambulan, Ethan terbang malam itu juga menuju Brittany. Mengetahui di mana Yibo sebelumnya menginap, dia pun menuju ke hotel untuk memastikan kejadian sebenarnya.

“Kami menemukan Tn. Wang pingsan di lantai. Kebetulan sebelumnya Tn. Wang memesan makanan. Karena khawatir tidak ada jawaban setelah berkali-kali ditelepon, kami pun memeriksa ke dalam dan melihatnya tergeletak di lantai.”

Itu jawaban yang Ethan dapatkan ketika bertanya kondisi Yibo. Dengan kening berkerut dia menanyakan seseorang lain yang seharusnya ada bersama Yibo di hotel itu.

“Tidak ada yang melihat Tn. Xiao bersamanya? Bukankah mereka datang berdua?”

“Kami melihat Tn. Xiao pergi meninggalkan hotel.”

“Pergi? Dia tidak kembali?” Ethan makin kebingungan.

“Tidak,” petugas hotel itu menggeleng.

Ethan tidak banyak bertanya lagi. Dia menduga ada sesuatu yang terjadi di antara dua orang itu. Baginya yang penting memastikan kondisi Wang Yibo. Masalah lain bisa dipertanyakan dengan jelas setelah itu.

“Baiklah. Aku akan membawa barang-barang mereka,” Ethan berkata kemudian menuju kamar yang ditempati Yibo ditemani petugas hotel dan menyelesaikan semua administrasi.

Malam itu, Ethan bermalam di ruang rawat inap rumah sakit De Treguier, menemani Yibo yang terbaring. Oksigen dan jarum infus menempel di tubuh Yibo. Dia tidak berusaha untuk menghubungi Xiao Zhan karena dugaannya tentang hubungan mereka yang berantakan. Jika Xiao Zhan pergi begitu saja meninggalkan Wang Yibo, itu berarti masalah yang mereka hadapi sangatlah rumit, dan dia tidak ingin mengambil langkah yang salah. Dia harus menunggu Yibo sadar untuk memutuskan apakah menghubungi Xiao Zhan atau tidak.

Pertengahan malam, di kala Ethan nyaris terlelap, dia dikejutkan oleh Yibo yang mengigau. Ethan tergesa bangun, mendekati Yibo yang berkeringat. Dia mengguncang pelan bahu si pemuda hingga Yibo terbangun dengan ekspresi kaget.

“Yibo, bagaimana? Apa yang kau rasakan?” ia bertanya khawatir. Dia pun mengambil beberapa lembar tisu untuk mengusap kening dan wajah Yibo yang berkeringat. Suhu tubuh pemuda itu terasa dingin.

“Apa sebenarnya yang terjadi?” ia bergumam, bertanya hati-hati mengingat kondisi Yibo.

Yibo masih berusaha menguasai diri, matanya kembali terpejam sambil menenangkan napasnya yang memburu. Dia pun mengingat keadaannya terakhir kali. Teringat dirinya yang tiba-tiba saja merasa kesakitan dan memuntahkan darah segar setelah perpisahannya dengan Xiao Zhan. Hatinya berdenyut sakit, menyebarkan rasa putus asa ke saraf otak. Membayangkan mereka putus dan tidak akan pernah bersama lagi membuatnya merasakan pedih tak terkira.

“Yibo?”

Panggilan bernada khawatir membuat Yibo membuka mata. Dia melihat Ethan yang tengah memandanginya dengan raut muka cemas.

“Kita di mana?” bisiknya lemah, teredam oleh masker oksigen yang terpasang di mulut.

“Rumah sakit. Masih di Brittany,” sahut Ethan.

Yibo bergumam. Dia berusaha melepas masker oksigen meski dadanya masih terasa sakit.

“Aku merasa haus,” ucapnya pelan.

“Sebentar,” Ethan membalas dan segera mengambil botol air minum di atas meja. Dia menyobek sedotan yang tersedia untuk memudahkan Yibo. Sambil mengangkat sedikit belakang kepala Yibo, dia mendekatkan sedotan ke mulut hingga Yibo bisa menikmati beberapa tegukan air mineral.

Yibo kembali merebahkan kepala namun tidak lagi memasang masker oksigen.

“Kau mendadak datang?” ia bertanya dengan nada lemas.

“Kau pikir aku akan diam saja? Beruntung aku meneleponmu. Aku terkejut setengah mati sampai tak mengingat apa pun,” Ethan melontarkan omelan.

“Hmm, tidak tahu kenapa, dadaku tiba-tiba sakit,” jawab Yibo. Dia kembali memasangkan masker karena rasanya sesak setiap dia menarik napas.

“Sebenarnya apa yang terjadi? Dan ke mana Xiao Zhan? Aku dengar dari petugas hotel kalau dia pergi. Apa kalian bertengkar? Kenapa dia meninggalkanmu dalam keadaan seperti itu?” cecar Ethan.

“Kami putus,” Yibo menjawab lirih. Matanya terpejam seiring butiran hangat yang mengalir pelan di ujung mata.

“Putus???” Ethan nyaris memekik. Dia menatap wajah sedih Yibo yang pucat. Hatinya ikut sakit melihat sosok yang selama ini selalu kuat itu meneteskan air mata.

“Hal serius apa yang membuat kalian berpisah?” Ia terheran-heran.

Yibo tidak menjawab. Dia tetap terpejam dengan perasaan hancur. Kenyataan pahit itu masih belum bisa dia terima, tetapi mau tidak mau, mimpi buruk itu harus dia jalani sepanjang hidupnya.

Melihat keadaan Yibo, Ethan tidak lagi bertanya-tanya. Dia tidak bisa mencampuri urusan mereka untuk masalah pribadi. Suatu saat mungkin pemuda itu akan mengatakannya atau paling tidak, Yibo bisa kembali pada kondisinya seperti dulu meski tanpa keberadaan Xiao Zhan. Mengingat kekasih Yibo, dia menimbang apakah harus menghubungi pemuda itu atau tidak.

“Apakah ... Xiao Zhan mengetahui keadaanmu sekarang? Haruskah aku—”

“Jangan memberitahunya,” timpal Yibo. Dia membuka mata dan mengusap sudut mata.

“Tapi ... apa kalian benar-benar ...”

Ethan tidak melanjutkan ucapannya, hanya menatap prihatin pada Yibo yang memandangi langit-langit ruangan.

“Mungkin dia tidak akan kembali ke LA,” kata Yibo. Suaranya masih lambat dan sedikit sengau.

“Maksudmu ... saat ini Xiao Zhan kembali ke Shanghai?”

“Dia tidak punya tempat lain.”

“Aku tidak menyangka ...”

“Kau harus tetap memantaunya. Jangan pernah melepas perhatian darinya. Laporkan semua padaku,” pinta Yibo.

“Tapi, Yibo—”

“Hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya.”

Ethan menghela napas panjang, tak lagi membantah perkataan Yibo. Keinginan pemuda itu tidak akan berubah setelah dia benar-benar memutuskannya.

“Baiklah,” ia berkata. “Aku akan melakukan apa yang kau minta. Tapi sebenarnya apa yang terjadi padamu? Aku tidak pernah mendengar atau melihatmu memgalami kondisi seperti sekarang. Apa mungkin kau memiliki penyakit yang kau sembunyikan dariku?” tuntut Ethan.

Hening sejenak karena Yibo tidak langsung menjawab. Pemuda itu kembali memejamkan mata, membayangkan semua kejadian di masa lalu dan masa sekarang. Pertemuan dan perpisahan dengan kekasih hati hingga mendapat penyakit bawaan Wang Yibo di masa lalu. Dia tidak pernah menyangka kalau tindakannya yang mencoba bunuh diri ternyata adalah keinginan dari sosok Wang Yibo masa lalu. Sekarang ini, meski dirinya adalah Wang Yibo, reinkarnasi dari dirinya di masa lalu, namun dia tidak pernah ingin menghabisi nyawa sendiri karena di masa ini, Xiao Zhan masih hidup dan bernapas dengan baik. Selama dia bisa bertahan, dia akan menemani Xiao Zhan sepanjang hayatnya meski mereka tidak bersama dalam satu kehidupan.

“Yibo, maaf kalau aku ikut campur,” Ethan bersuara, merasa tak tenang melihat konsisi temannya. “Jika masalahmu sangat serius, mungkin sudah seharusnya kau memberitahu Xiao Zhan. Dia berhak tahu tentang kondisimu.”

“Jangan. Aku sudah bilang jangan mengatakan apa pun,” tukas Yibo. Matanya terbuka dan melayangkan tatapan tajam pada Ethan.

“Yibo, jika dia mencintaimu—”

“Dia sudah tidak mencintaiku. Biarkan dia menjalani hidupnya. Dan aku ... menjalani sisa hidupku yang mungkin hanya tinggal beberapa bulan.”

💫💫💫

Continue Reading

You'll Also Like

36.1K 4K 30
Author : 萧辰 ​ Xiao Chen Chapters : 30 Category : BL, Mature, Comedy, School life Translator: AlexPT (Procrastination Translatio...
152K 8.1K 33
Pernah menempati peringkat paling mengesankan #1 for son #1 for ali #9 for Prilly _______ "Maafkan aku." Prilly menggigit tangan Ali lalu menendang t...
3.9M 122K 87
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž π‘©π’†π’“π’„π’†π’“π’Šπ’•π’‚ π’•π’†π’π’•π’‚π’π’ˆ π’”π’†π’π’“π’‚π’π’ˆ π’˜π’‚π’π’Šπ’•π’‚ π’šπ’ˆ π’ƒπ’†π’“π’‘π’Šπ’π’…π’‚π’‰ π’Œπ’† 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 π’π’“π’‚π’π’ˆ π’π’‚π’Šπ’ 𝒅𝒂𝒏 οΏ½...
681K 2.8K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. πŸ”›πŸ” my storys by m...