Adelene Dé Cloups

Door bonbonsusucoklat

41.4K 2.8K 47

Series 1 start : 30 Juni 2023 finish : --- Petualangan Adelene. Marga Dé Cloups adalah yang terkuat. Adelene... Meer

#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
Baca ini!
Thanks
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#41
#42
#43
#44
#45
#46
#47
#48
#49
#50
#51
#52
#53
#54
#55
#56
#57
#58
#59
#60
#61
#62
#63
#64
#65
#66
#67
FYI
#68
#69
#70
#71
#72
#73
#74
#75 (short story)

#31

417 37 2
Door bonbonsusucoklat

Guru Steyra Academica

-Adelene Dé Cloups-

Seorang pria botak duduk di meja paling ujung. Mereka bertiga duduk di deretan bangku yang berada di sebelah kanan pria botak itu. Pria itu adalah kepala akademi.

Adelene menatap pria itu sambil menahan tawanya. Joan sudah terlebih dahulu mengancamnya agar tak berperilaku aneh-aneh atau menimbulkan keributan di akademi.

Ruangan yang berisikan meja panjang dan banyak kursi dengan lampu gantung yang indah berada di langit-langit ruangan tersebut. Sangat luas dibandingkan kamarnya yang berada di kediaman Baron Predix.

Corak tupai menghiasi beberapa bagian, termasuk pilar dan juga pintu. Sesuka itukah pria botak itu dengan tupai?

"Ada tujuan apa Saintess dan Sainess mendatangi akademi secara tiba-tiba?" tanya pria botak itu terkesan sinis.

Adelene mencium bau-bau kekesalan. Ia menyenderkan tubuhnya pada bangku yang memiliki penyangga di belakang. Terlihat santai saat mata pria botak itu menatapnya tajam dan penuh peringatan.

"Kehadiran kami disini sudah di setujui oleh pihak Kerajaan terlebih dahulu. Mungkin, surat perizinannya belum tersampaikan kepada anda."

Pernyataan dari Joan tak menghilangkan raut sinis dari pria botak itu. Adelene jadi curiga dengan suatu hal.

"Tuan botak, kau menjadi kepala akademi karena memberi imbalan kepada para petinggi akademi 'kan?" celetuk Adelene.

Joan dan Veronica tersenyum paksa dan mereka sangat malu dengan perkataan yang keluar dari mulu Adelene secara tiba-tiba.

"Adelene bisa tidak kau tak membuat masalah dalam sehari?" Veronica berbisik padanya penuh penekanan. Adelene menaikkan bahunya acuh, ia menatap remeh pria botak itu dan kemudian terkikik geli.

"Aku bercanda," katanya santai. Adelene beranjak dari tempat duduknya dan merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku. "Jika kau marah mungkin yang aku katakan adalah kebenaran. Sudahlah, aku ingin berkeliling dan melihat-lihat bagaimana isi dari akademi ini." Tanpa menghiraukan ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu Adelene melangkah keluar untuk berkeliling.

Ia memandang lapangan hijau yang terdapat beberapa murid sedang berlatih memanah. Menatapnya penuh minat, Adelene berjalan melangkahkan kaki menuju lapangan dan berniat untuk melihat mereka latihan.

Beberapa orang bertanya-tanya tentang Adelene. Warna rambut dan matanya yang sering menjadi topik perbincangan saat ia menginjakkan kaki ke daerah yang tak pernah ia kunjungi. Adelene sudah terbiasa dengan hal itu.

"Maaf, apakah kau tamu dari Tuan Wota?" tanya pria yang menjadi pengajar. Adelene melihat pria yang cukup tampan dengan bulu-bulu halus yang terlihat di rahang tegas pria itu.

"Kau guru yang mengajar di sini?" tanya balik Adelene.  Pria itu mengangguk, menyuruh muridnya untuk menaruh panah dan busur miliknya.

"Apakah kau tamu dari Tuan Wota?" ulang pria itu. Adelene diam menatap pria itu sedikit lama dan kemudian tersadar.

"Ah iya aku adalah tamu dari Tuan Wota."

Adelene tersadar saat mengetahui nama pria botak itu adalah Wota. Unik dan mungkin cocok dengan bentukan dari pria botak itu.

Ia melihat para murid yang memanah target yang  terbuat dari papan. Tangan gadis itu tiba-tiba gatal, rasanya ia ingin kembali memanah. Saat di pulau juga ia sering berburu dengan cara memanah.

Tapi, ia malah salah fokus dengan seragam yang dikenakan oleh para murid. Berwarna merah dan hitam, terdapat lambang akademi dan juga lambang Kerajaan Slyx. Lambang akademi berupa kuda yang sedang berlari berwarna keemasan dengan lingkaran yang mengelilingi kuda itu.

Lambang Kerajaan Slyx adalah pohon Feids yang dikelilingi lingkaran dan juga terdapat sayap emas pada lingkaran.

Gadis itu jadi teringat saat ia ternyata salah paham dengan Lexis. Ternyata Lexis begitu baik dan yang mengelabui Predix adalah ayah dari Lexis. Tapi, Adelene tak sepenuhnya percaya dengan Lexis karena dia adalah seorang Raja dari Kerajaan Slyx.

"Apa aku boleh ikut memanah?" tanya Adelene tanpa melihat pria yang menjadi guru memanah di akademi. Fokusnya adalah melihat anak panah dari para murid yang sering meleset. Jujur saja, Adelene sedikit kesal melihatnya.

Pria itu menatap Adelene ragu, "apa kau bisa?" tanya pria itu ragu terhadap Adelene. Bahkan, di akademi hanya beberapa murid perempuan yang bisa memanah atau berpedang.

Apalagi, melihat gaun yang membalut tubuh Adelene. Tak terlalu ketat memang tapi itu mungkin membuat Adelene sedikit kesusahan untuk bergerak dengan leluasa.

Adelene menatap pria itu sebentar lalu, mengalihkan pandanganya ke depan. "Aku sudah terbiasa memanah, pinjamkan aku panahmu."

"Ah tidak, panahku ini terlalu berat untuk dirimu pegang."

"Apa karena aku seorang perempuan kau beraninya meremehkan ku?"

Pria itu nampak linglung, akhirnya ia berlari kecil dan mengambil kembali panah dan busur yang sudah terletak rapih di tempat yang seharusnya. Pria itu kembali berlari kecil menuju Adelene dan memberikan panah dan busur miliknya.

Adelene mengambil kedua benda itu tanpa beban. Satu busur dan satu panah. Ia akan membidik satu target saja. Pria yang melihatnya mengambil panah dan busur tanpa mengekspresikan apapun seperti keberatan. Benar-benar seperti membawa barang yang beratnya sangat ringan.

Target Adelene adalah papan yang letaknya dalam satu garis lurus. Berada di tengah-tengah lapangan dan jaraknya cukup jauh dari garis awal untuk memanah.

Pria yang melihatnya hanya mampu menyimpan pertanyaan dan keraguannya dalam-dalam. Pikirannya tentang Adelene yang lemah pun hilang sudah saat melihat Adelene memegang panahnya dengan mudah.

"Aku ingin ikut memanah," kata Adelene kepada empat laki-laki yang menjadi murid.

"Apa Nona yakin memanah target yang berada di satu garis? bahkan, guru kami hanya mampu memanah sampai target ketiga."

Lima papan target yang berada dalam satu garis lurus. Sesuatu hal yang mustahil bagi orang awam yang memanah lima target sekaligus dan menembus satu persatu papan dari yang paling depan.

Adelene menahan nafasnya dan mulai bersiap dengan busur dan panahnya yang sudah ia posisikan dengan aturan memanah yang ada. Pria itu menatap takjub Adelene yang memegang dan menaruh busurnya dengan cara yang benar.

Adelene menutup mata sebelah kirinya. Ia memfokuskan mata kanannya untuk melihat target yang berada di depan mata. Ia kemudian menghembuskan nafas nya pelan.

Tanpa menunggu apapun lagi Adelene melepaskan busur itu. Busur yang telah dilepaskan melesat cepat menuju papan target.

Satu papan target ditembus. Suara papan yang ditembus oleh busur seakan senandung indah di telinga Adelene. Adelene menurunkan panahnya, menyampingkan panahnya sejajar dengan kaki.

Dua papan target tembus.

Tiga papan target tembus.

Empat papan target tembus.

Terakhir di papan kelima. Busur itu tepat menusuk bulatan hitam di tengah papan.

Adelene tersenyum puas melihat busur itu menembus keempat papan dan sampai di papan kelima.

Mereka yang menonton, bertepuk tangan dan memberikan selamat kepada Adelene. Entah kenapa, pria itu sangat takjub melihat kehebatan Adelene dalam memanah.

"Kau sungguh hebat," puji pria itu. Adelene membalasnya hanya dengan tersenyum. Ia kembali menyerah kan panah yang berada di tangan kanannya kepada pria itu.

Mata Adelene tak sengaja melihat seorang pria yang berjalan melewati koridor dimana tadi ia juga memasuki ruangan itu bersama dengan Joan dan Veronica. Ruangan pertemuan tadi dengan pria botak.

Adelene tersenyum lebar, "PAMAN DARCO AKHIRNYA KITA BERTEMU LAGI!" teriak Adelene tanpa tahu malu.

Langkah Darco terhenti. Ia melihat ke arah lapangan dan kakinya mendadak tak bisa digerakkan. Entah ini suatu kesialan atau keberuntungan setelah beberapa minggu ini tak bertemu dengan Adelene.

"Kenapa harus bertemu dengan gadis itu lagi?"

-Adelene Dé Cloups-

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

38.7K 5.2K 60
[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil...
219K 28.9K 48
(Tersedia versi E-book) [Maaf, beberapa part telah di hapus untuk kepentingan E-book. Silahkan tinggalkan cerita ini jika kalian tidak ingin kecewa...
462K 59.7K 50
Aria mengira bahwa dirinya bernasib menyedihkan seperti novel dan komik Isekai yang dia baca. Tapi setelah kematian, dan bereinkarnasi menjadi Victor...
1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...