Karena Piknik Kilat ✔ (SELES...

By petikpertama

1.1M 99.5K 1.4K

Ceisya gak pernah tau kalau semesta akan mempertemukannya lagi dengan Arga. Si cowok Indonesia yang dulu per... More

Prakata & Prolog
One: Holiday
Two: Pertemuan & Sugar Pilot
Three: Cabe Afrika
Four : Gossip
Five : Doa
Six : Attention
Seven : Berjemur
Eight : Cinderella Sepatu Converse
Nine : Mistake
Ten : Motor Mogok
Eleven : Foto Evelyn
Twelve : Telefon Nyonya Anita
Thirteen : Bastard
Fourteen : The Beach Secret
Fiveteen : Senja
Sixteen : Sahabat Wanita
Seventeen : Special
Eighteen : Hati Melemah
Nineteen : Reveal
Twenty : Pendukung
Twenty one : Penjelasan Hari Itu
Twenty Two : Bandara
Twenty Three : Special Treasure
Twenty Four : Hadiah Luna
Twenty Five : Telfon Pertama Arga
Twenty Six : Calon Suami
Twenty Seven : Kakak Perempuan
Twenty Eight : Rival Wanita
Twenty Nine : Pelukan Hangat
Thirty : Panggilan Sayang
Thirty One : Tempat Untuk Pulang
Thirty Two : Perasaan Rindu
Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan
Thirty Four : Lamaran Arga
Thirty Five : Foto Arga
Thirty Six : Date !!
Thirty Seven : Camer (part 1)
Thirty Seven : Camer (part 2)
Thirty Eight : Sosok Galih Nuswan
Thirty Nine : Datangnya Si Bungsu (Part 1)
Thirty Nine : Datangan si Bungsu (Part 2)
Fourty : Rencana Besar Hari
Fourty One : Tolong Jaga Arga
Fourty Two : I Love You
Fourty Three : Big Gift
Fourty Three : Big Gift ( Part 2 )
Fourty Four : The Happy Ending.
Epilog : The Wedding

Extra Part 1 (Special Adnan Edition).

32.4K 1.6K 62
By petikpertama

Extra Part 1 (Special Adnan Edition).



     Wajahku bertekuk kesal, melipat kedua tangan memunggungi Arga yang merapatkan bibirnya rapat menatap punggungku.

Baru 48 jam setelah pernikahan kami resmi secara sah negara dan agama. Arga sudah memberitahuku informasi yang tidak menyenangkan.

"Dinanti...." panggilnya dengan suara mengayun. "Kamu bilang kamu gak mau aku jadi pengangguran."

"Ya tapi gak mendadak gini juga dong Ga!" Sahutku langsung membuat Arga kembali mingkem.

Arga manggut-manggut. "Yaudah gak papa." Kata Arga dengan santai membuatku menoleh.

"Apanya yang gak papa?" Tanyaku bingung.

Arga mengangkat bahunya santai. "Gak papa aku tolak tawaran papah. Demi Dinanti aku siap ngelakuin apa aja termasuk nolak tawaran papah buat ngangkat aku jadi GM." Kata Arga membuatku langsung ketar-ketir.

Sial!

"Ck... gak gituuuu." Kini giliranku yang memasang suara mendayu.

Jiwa wanitaku jelas meronta-ronta tak bisa tinggal diam jika mendengar Arga harus menolak posisi yang bisa didapatkan karena garis keturunannya.

Kalau sampai benar Ceisya melakukan itu. Aku yakin ada yang salah dengan kewarasanku.

"Emang gak bisa diundur minggu depan? I mean... kenapa tepat after wedding day banget. Emang kamu gak bisa diangkatnya lebih lama dikit 7 hari." Kataku mencoba membujuk Arga. "Lagipula katanya kamu rehat dari segala dunia penerbangan ini. Kamu bilang ada Hari juga yang urus, can we delay just for one week?" Rayuku lagi membuat Arga mengulum bibir menahan senyumnya.

"Aku beneran bisa gila kalau denger suara kamu rayu aku gini. Kenapa gak dari dulu kita nikahnya sih Nan?" Kata Arga melenceng dari topik.

Aku menepuk bahunya keras, memasang laser tatapan menghujat pada Arga yang tertawa dengan puas.

"Kamu bisa serius gak sih?? Ini soal undur honeymoon kita loh." Kataku dengan sebal. "Masa udah harus gak jadi ke luar negeri sekarang diundur juga sih Ga... aku mau ke luar kota Ga, liburan. Emang kamu enggak mau?" Lanjutku menggoyang-goyangkan lengan Arga yang duduk disisi kananku. 

Arga tersenyum. "Aku mau dimana aja yang penting ada Dinanti. Honeymoon juga tiap malam kan-- Aww!" belum selesai Arga melanjutkan kalimatnya, aku lebih dulu menendang tulang keringnya sampai membuat laki-laki itu mengaduh sakit.

"Ngomong sekali lagi, aku beneran tinju perut kamu." Ancamku membuat Arga mencibir kecil.

"Orang aku ngomong bener kok." Katanya dengan gaya tak peduli membuatku sebal hampir ingin memakannya hidup-hidup.

Aku melirik isi rumah, tak mau sampai orang rumah mendengar perdebatan kami lagi. Setelah menikah, aku dan Arga memutuskan untuk menginap dirumah keluargaku lebih dulu sampai rumah kami yang sedang direnovasi selesai beberapa minggu lagi.

Dan selama itu, semua perhatian terutama pada mamah. Nyonya Anita-lah yang paling sering kali memergokiku saat aku sedang memukul Arga atau menyikut perutnya. Mamah bilang aku terlalu banyak melakukan kekerasan rumah tangga pada suamiku sendiri. Mamah bilang bahkan akan menuntutku kalau-kalau menemukan lebam ditubuh Arga.

Nyonya Anita jelas terlihat lebih menikmati memiliki dua putra ketimbang memperhatikan satu putri paling cantiknya.

"Aku ngomong ke Hari deh... minta tolong buat sekalian di handle buat seminggu ini yah?" Ucapku tak mau memperpanjang. Arga selalu tidak bisa serius kalau aku sudah berbicara sambil merenggut. Yang ada aku seperti anak anjing dimatanya, kalau tidak berakhir dia yang menggodaku justru aku yang tak bisa menolak.

"Kan yang diangkat aku Dinanti sayang, masa yang diangkat aku tapi yang muncul Hari." Katanya mengeluarkan jurus rayuan tingkat pertamanya.

Aku kini ketar-ketir. Bahaya.

"Ya tapi kalau diundur waktunya juga makin sempit Gaa... aku mulai kerja hari selasa, kamu juga ada kerjaan hari rabunya terus kita kapan pikniknya. Pala ku udah pusing mau liat yang hijau-hijau." Kataku sudah menyerocos asal.

Arga kali ini mengarahkan telunjuknya ke belakang arah taman. "Lah... itu taman mamah Anita hijau-hijau. Emang belom cukup?"

"GA!"

Arga meledakan tawa. Puas melihat ku yang penuh geram karena ulahnya. "Iya... iya... sayang, lagian acaranya cuma setengah hari. Kita bisa berangkat malamnya kan. Papah tau kok jadwal aku. Diundur dua hari aja, yah?" Arga mencubit ujung hidung. Dengan wajah gemas kemudian berganti menjadi pipiku yang hampir menggembung karena sejak tadi geram karena tingkahnya.

"Diem deh." Aku menepuk tangan Arga yang belum juga lepas dari pipiku. "Pokonya kalau sampai gak jadi. Tiket pesawat, hotel, dan lain-lain kamu aku kasih Miya biar aku berangkat berdua sama dia." Lanjutku tegas.

Arga mengernyit. "Kan kamu honeymoon-nya sama aku bukan sama Miya." Katanya setengah protes.

"Ya daripada dibuang.... sayang doang Ga." Kataku seadanya.

Arga mengerucutkan bibirnya. "Kalau gak jadi, kamu tetep gak boleh pergi. Pokonya nemenin aku disini sampai kita beneran jadi pergi berdua." Katanya juga tak mau dibantah.

"Loh kok gitu??? Itu tiket kan dari mamah Mentari Ga, sayang kata mamah beneran suruh dipake." Kataku protes.

"Biarin aja, aku bisa cariin waktu lain. Kan kamu nurutnya harus sama aku bukan sama mamah. Wleee..." Arga memeletkan lidahnya. Langsung bangkit begitu saja kemudian beranjak pergi membuatku terperangah.

Mataku mengerjap-ngerjap. "Argaaaaa!!" Teriakku sebal.

Aku melipat kedua tangan. Mendumel kecil sudah mencak-mencak sendiri sampai tiba-tiba Arga berbalik badan kembali menghampiriku.

Aku mengernyit, namun terkejut saat pria itu tiba-tiba meraih kedua pipiku kemudian mengecup dahi dan bibirku dengan cepat.

Arga kemudian tersenyum sambil menatapku lalu dengan cepat melesat pergi berlari menjauh sambil melambai. "Aku balik jam 4 yah... sekalian mampir ke rumah lihat perkembangan udah sampai tahap mana." Kata pria itu tak mengizinkanku untuk protes karena ulahnya.

Aku merenggut. "Jangan lama-lama.... kamu tuh masih libur loh Ga." Peringatku membuat Arga menoleh dengan senyuman cengirnya.

Arga kemudian melambai saat di depan pintu, sudah lengkap dengan jaket dan kunci mobilnya yang sejak tadi baru kusadari sudah ia siapkan di atas rak depan.

Aku melengos. Mengenalnya lebih dari 7 tahun tak membuatku terkejut bagaimana pria itu selalu menyibukan diri dalam urusan pekerjaan. Arga bilang kalau belum mengerjakan sesuatu badannya gatal-gatal. Alergi mungkin maksudnya.

Aku memutuskan untuk meraih buku membaca majalah di halaman belakang. Walau langkahku reflek terhenti saat menemukan sosok berbaju putih dengan bawahan sarung hitam sedang berdiri menatapku tajam.

"KAK ADNAAAAN!" Pekikku saat menyadari sosok itu adalah Kak Adnan yang baru saja selesai sholat di lantai dua.

Kak Adnan dengan wajah masam menatapku jengkel setengah mati. "Get a room please!"  Ucapnya sinis. "Lo berdua jangan ada mesra-mesraan di tempat umum. Dosa!" Lanjutnya membuatku mencibir.

"Kenapa? Gerah yah? Makanya punya istri." Ceplos ku begitu saja. Walau berikutnya aku justru menjerit saat melihat Kak Adnan segera melesat pergi berlari menangkapku sambil memeteng leherku dengan gemas.

"Berani lo ngomong gitu?!" Katanya dengan gaya mengancam.

Aku terbatuk kecil. Menyikut perut kakak laki-lakiku itu kemudian mendorongnya menjauh.

"Jangan main fisik dong!" Protesku malah membuatnya memeletkan lidah mengerling.

Kak Adnan melompat ke atas sofa. Duduk disana dengan salah satu kaki terangkat sudah seperti orang sedang makan di warteg.

Tak ada sama sekali aura keren dan maskulin yang orang-orang bicarakan saat dipernikahanku kemarin.

Aku melengos. "Kak Adnan!" Tegurku membuat perhatiannya yang semula melihat TV jadi tertoleh. "Kapan Kak Adnan mau nyusul nikah?" Tanyaku membuat kakak laki-lakiku itu justru tersedak walau sedang tak memakan apapun.

Kak Adnan melengos panjang.  "Kalian tau, semenjak ada kalian disini kehidupan pribadi gue terlalu banyak diusik nyonya Anita perihal pernikahan. Dan sekarang, lo jugaa?!" Tanya Kak Adnan tak percaya.

Aku terkekeh kecil. Duduk disampingnya memperhatikan pria itu yang menggeleng-geleng kecil.

"Apa udah saatnya bagi gue buat beli rumah sendiri?" Kata Kak Adnan bermonolog sendiri.

Aku tertawa kecil. "Nope. You don't have to. Aku sama Arga yang bakal pindah... mending ditabung buat Kak Adnan kalau memang sudah nikah nanti." Kataku menepuk bahunya. Kak Adnan mencibir kecil.

Aku menipiskan bibir, memperhatikan kakakku itu lamat-lamat sampai menyadari sesuatu.

Perkataan Kak Luna beberapa waktu lalu yang entah kenapa jadi mengangguku.

"Tapi syukur deh kalau semuanya baik-baik aja. Senang tau Adnan masih jadi cowok aktif yang punya segudang kegiatan. Sejak dulu dia selalu begitukan?"

Memang kalimat itu terasa sangat normal. Tapi mengetahui fakta bahwa kakakku selalu saja menyibukan diri dengan berbagai kegiatan. Sampai teman lama kampusnya, Mbak Luna saja mengetahui hal ini. Seberapa sibuk Kak Adnan sejak dulu? Mengapa Kakakku yang begitu cukup mampu untuk memiliki sosok wanita dalam hidupnya namun memilih untuk tidak.

Apa kesibukannya adalah untuk menyembunyikan sesuatu?

"Kak..." panggilku membuat Kak Adnan berdehem dengan mata terfokus ke depan layar.

"You're straight right?" Tanyaku ragu. Entah kenapa mendadak aku jadi khawatir. Apalagi saat melihat Kak Adnan menoleh dengan alis berkerut.

Kak Adnan terdiam lama. Membuat detak jantungku semakin berdegup kencang. Walau detik kemudian, seakan menyadari sesuatu, Kak Adnan tiba-tiba berseru menatapku tak percaya.

"Gosh, Sya! Kenapa kamu bisa mikir begitu?!" Kak Adnan histeris mengusap rambutnya ke belakang.

Aku melengos lega. Melihat reaksi nyatanya jelas membuatku plong setengah mati. "I mean... you look not interest with woman. Even since teenager. Kakak gak pernah bilang suka sama seseorang atau terlihat punya sahabat dekat perempuan. Bahkan kuliah di Amerika gak buat kakak jadi banyak bersosialisasi sama wanita. Gimana aku gak berpikir kesitu?" Kataku membela diri.

Kak Adnan menatapku dengan tatapan menghujatnya. "Kakak kuliah buat belajar Sya. Dan gak semua Kakak harus ceritain ke kamu. Kamu juga pasti punya sesuatu yang gak diceritain ke Kakak kan? Even history panjang soal Arga aja kakak baru tau setelah kamu menikah." Kata Kak Adnan mengomel-ngomel.

Aku merapatkan bibir kalah debat. "Iya iyaaa... sorry deh, aku cuma mastiin aja. Barangkali karena punya temen cowok-cowok ganteng bule Kak Adnan malah anu.......... belok." Kataku jujur.

Kak Adnan melengos panjang. Menggeleng-gelengkan kepalanya tak mau memperpanjang jadi kembali menoleh pada layar tv.

Aku berdehem, mendekati kak Adnan belum puas begitu saja. "Kalau gitu mau ku kenalin kakak kelasku gak kak? Dia udah spesialist, kerjanya juga di yayasan rumah sakit papah. Anaknya cantik, baik, sholehah, dari keluarga baik juga. Yang paling penting.... masih jomblo! Aku bisa kenalin kakak ke dia." Tawarku dengan berbinar.

Sudah persis macam SPG yang sedang berjualan produk usahanya di hari pertama kerja dengan semangat.

Kak Adnan menggeleng. "Nope. Not interest."

"TUH KAN!!" Tunjukku pada wajah Kak Adnan yang terkejut karena suara teriakanku. "Kak Adnan bilang katanya straight tapi kenapa gak tertarik sama wanita tulen." Lanjutku menuduh entah kenapa lebih nyolot.

Aku rasa aku hanya ingin lebih memanas-manasi kakakku yang kelewat datar dalam urusan wanita.

Dan kenapa pula para pria yang dekat denganku dalam urusan hal ini memang agak aneh. Tidak dengan Arga, Kak Adnan, Hari bahkan para sepupuku lainnya.

Mereka ini......... langka.

Kak Adnan menarik nafas panjang. "Kalau ciri wanita yang kamu sebutkan tadi itu gak masuk kriteria kakak apa itu berarti Kakak gak suka perempuan? Big wrong!" Kata Kak Adnan tegas.

Aku mengernyit. "Lah? Terus? Kak Adnan suka cewek yang sebaliknya? Yang jahat, nakal, dan tempramental?" Tanyaku tak mengerti dengan kalimatnya.

Kak Adnan mendecak. "Duh... kenapa jadi ribet gini sih Sya? Kamu kenapa jadi kaya mamah yang nanya-nanyain perkara begini. Lagian kalaupun kakak sebut emang kamu bisa cariin?"

Aku mengangguk. "Asal normal aku bisa cari!" Kataku bersikeras membuat Kak Adnan jadi mengulum bibir menahan gemas.

Kak Adnan melengos panjang. Duduk bersila membuatku entah kenapa ikut memperbaiki posisi duduk bersiap mendengarkan Kakak laki-lakiku itu dengan serius.

Kak Adnan melirikku sekilas. Membuatku entah kenapa merasakan firasat aneh.

"Sejauh ini... kalau boleh jujur. Dari mulai mamah, tante, bude, kakak sepupuku kita, kenalan Papah, sampai kamu! Semua selalu ngenalin kakak dengan wanita yang disebutin sama ciri-ciri yang kamu bilang." Katanya memulai pembicaraan topik yang jarang kami diskusikan. "Tapi hampir semuanya, setelah hampir lewat satu bulan. Gak ada yang bertahan." Lanjutnya membuat alisku mengernyit.

"Okay... so, what do you want? Kakak udah nemuin sosok yang Kakak mau enggak?" Tanyaku membuat Kak Adnan mengulum bibir dalam-dalam lantas mengangguk dengan tersipu.

OH.

MY.

GOD.

Aku menjerit dalam hati. Tak sabar untuk histeris bersama dengan Nyonya Anita untuk mengabarkan berita bahagia ini karena sudah lama menunggu anak laki-lakinya untuk jatuh cinta.

Okay, tahan... tahan.

Aku harus mengendalikan diriku agar Kak Adnan tetap bisa melanjutkan kalimatnya.

Aku harus tau siapa wanita yang mampu menarik perhatian Kakak laki-lakiku yang sudah menjomblo hingga di usia 29 tahun menginjak 30.

"Sepertinya sudah tahap cukup mengenal dalam sih.... hanya saja, belakangan ini...  dia jadi terlalu banyak menyita perhatian Kakak. Kakak juga ngerasa berbeda setiap dekat sama dia." Kata Kak Adnan terdengar polos. Entah kenapa terlihat lucu dan menggemaskan. Apakah orang sedang jatuh hati selalu terlihat seperti ini?!

"Apa ini bertahan lama? Kak Adnan sudah ketemu dia sejak kapan?" Tanyaku mecoba mengulik lebih dalam.

Kak Adnan meengangguk kecil. "Ketemu pertama kali sudah lebih dari setengah tahun yang lalu. Tapi baru mengenal lebih dekat 3 bulan yang lalu. Dan setiap hari..... entah kenapa dia selalu kelihatan beda." Kata Kak Adnan dengan mata menerawang jauh. Kak Adnan kemudian terkekeh, menoleh menatapku lurus. "Sepertinya  dikelilingi wanita macam kamu, Mamah, Oma, Miya, Irene, dan sepupu dekat kita lainnya, buat alam bawah sadar Kakak punya ciri kharakteristik khusus dalam urusan wanita." Katanya terdengar geli sendiri.

Alisku berkerut. "Apaan tuh?" Tanyaku bingung.

Kak Adnan tersenyum penuh arti. "Garis keturunan dan mantu wanitanya keluarga Rhaendra. Kan kamu sendiri yang pernah bilang ke kakak."

Mataku mengerjap-ngerjap. Mencoba mengingat-ingat dengan serius.

Sampai beberapa saat kemudian, selintas memori itu tiba-tiba muncul begitu saja.

Wait......

"Meledak-ledak?!" Sebutku membuat Kak Adnan tertawa sambil mengangguk.

Aku kali ini ikut tertawa puas. Menepuk dahi baru teringat dengan para perempuan yang sudah lama banyak dikenalkan pada Kak Adnan adalah rata-rata wanita anggun tak neko-neko.

Keturunan Rhaendra. Biar wajah kami banyak terlihat memliki sifat judes. Tak ada satupun diantara kami yang tidak memiki suara oktaf dan meledak-ledak saat berbicara.

Jika dilihat kilas baik. Baik papah pun menyukai mamah karena sifat Nyonya Anita yang selalu to the point.

Aku tertawa geli. Lebih tepatnya menertawakan mamah, tante dan para sepupuku lainnya yang tidak menyadari akan hal penting satu ini. Kenapa pula mereka tidak pernah terbesit untuk mengenalkan wanita cerewet dan meledak-ledak pada Kak Adnan yang kalem seperti ini.

"Terus terus?? Dia ini memang seperti apa?" Tanyaku disisa-sisa waktu tertawaku.

Kak Adnan menggaruk kepalanya. "Preman?" Katanya dengan ambigu. "Dia itu..... pintar nendang orang." Kata Adnan membuat ku melotot kecil.

"Heee?! Kak Adnan pernah ditendang dia juga?!" Tanyaku tak percaya.

Kak Adnan tertawa. "Hampir. Dia wanita yang punya tendangan mutar paling cantik yang pernah kakak lihat." Kata Kak Adnan membuatku terperangah.

Jangan-jangan Kak Adnan punya selera lebih unik daripada sekedar "wanita yang suka meledak-ledak".

"Dia...... berani, sassy, meledak-ledak, tidak pandai membual, namun pintar sekali saat memuji orang. Dia juga... sangat atletis." Kata Kak Adnan membuat sebuah gambaran wanita kuat nan cantik dibenakku.

Aku mengangguk-angguk. Memajukan diri bertanya lebih jauh. "Apakah aku pernah bertemu orangnya?"

Kak Adnan menggeleng.

"Mamah pernah ketemu?"

Lagi-lagi Kak Adnan menggeleng.

"Kalau papah?"

Kak Adnan kali ini terdiam. Tak lama mengangguk kecil dengan ragu.

"LOOH? KAPAN? KOK KENALINNYA KE PAPAH DULU?!" Tanyaku heboh.

Kak Adnan mendecak menatapku seakan tau bahwa aku akan protes. "Gak sengaja ketemu. Perihal pekerjaan." Kata Kak Adnan jujur membuatku semakin histeris.

"Gosh, dia kerja dengan keluarga Rhaendra?!"  Tanyaku lagi membuat Kak Adnan entah kenapa mendadak panik. Seakan ketahuan maling ayam, pria itu langsung bangkit berdiri sambil belagak meregangkan tubuh.

"Ah... kakak lupa belum sarapan. Bibi masak apa Sya? Kamu udah makan belum? Mau kakak ambilin gak?" Tanyanya cepat langsung melesat kabur menuju dapur.

Aku mendecih. Mengetahui jawaban pasti itu dari ekspresi wajahnya. Aku hanya perlu mencari tau siapa sosok wanita yang tiga bulan mulai berkerja dekat dengan Kak Adnan.

Sedang mencoba meneliti dan memikirkan lamat-lamat. Pintu rumah tiba-tiba diketuk.

Aku melirik ke arah jam. Masih pukul 10 pagi.

Mamah tidak mungkin mengetuk dulu sebelum masuk. Arga juga baru pulang sore nanti. Aku juga sedang tidak menunggu barang paket datang.

"Syaaa! Tolong bukain dulu, Kakak lagi buat jus." Teriak Kak Adnan dari arah dapur.

Aku beranjak bangkit. Meraih kerudung diatas sofa kemudian berjalan menuju pintu. Terdengar suara wanita mengucapkan salam sambil mengetuk-ngetuk pintu dengan gusar.

Langkah kakiku semakin bergerak cepat. Dengan segera membuka pintu utama mendapati seorang wanita berkerudung biru sedang menunduk sambil memangku beberapa folder ditangannya.

"Bapak berdua tuh mau ngerjain Minggu tenang pagi saya yah? Kenapa bisa folder penting gini dikirimnya ke rumah say--" belum selesai wanita itu menyelesaikan kalimatnya. Wanita itu tiba-tiba memekik terkejut saat mendongak melihat wajahku.

Matanya mengerjap-ngerjap. Tak lama langsung menundur berkali-kali dengan wajah bersalah.

"M-maaf Mbak... aduh, maaf..." kali ini wanita itu melirik nomor rumah di samping pintu. "Anu... apa benar ini rumahnya Pak Adnan?" Tanya wanita itu dengan ragu dan kikuk.

Aku mengernyit. Entah apa yang terjadi namun secara firasat, aku langsung teringat pembicaraan dengan Kak Adnan beberapa menit lalu.

"Oh.... iya benar kok, saya adiknya." Kataku tanpa sadar sudah maju meraih tangan kanan wanita itu kemudian menjabatnya. "Mbak ini?? Yang tiga bulan lalu baru kerja sama Kak Adnan yah?" Tanyaku memancing wanita itu yang mengerjap-ngerjapkan mata terlihat agak bingung.

"I-iya betul, saya penganti sementara Pak Gery untuk jadi sekretarisnya Pak Adnan." Ucapnya langsung membuatku merekah seakan ada balon meletus dikepalaku.

Suara Kak Adnan tiba-tiba terdengar dari dalam. Kali ini beserta langkah kakinya yang terdengar menghampiri kami.

"Siapa Sya? Kok kamu lama ba--" kalimat Kak Adnan menganggantung terhenti. Matanya terkejut saat menemukan wanita yang juga sama terkejutnya melihat Kak Adnan dengan baju koko putih lengan pendek dan sarung hitam seadanya.

"A-anu... pak, file dari Pak Gery baru dikirim tadi pagi." Kata wanita itu dengan canggung.

Aku tersenyum. Menoleh pada Kak Adnan yang kehilangan kata tak bisa berkutik. Ekspresinya jelas merangkum seluruh maksud dari pertanyaan di kepalanya.

Aku menoleh, kembali menghadap pada wanita misterius itu kemudian meraih tangannya lagi, kali ini menjabat lebih erat.

"Selamat datang dikeluarga Rhaendra! Senang bertemu dengan mu." Ucapku dengan semangat.

Kali ini tak hanya wanita itu yang melongo kebingungan. Kak Adnan ikut menepuk dahi frustasi merasa kalah.

Akhirnya, lengkap sudah keluarga dari Pak Adimas dan Nyonya Anita.



~~♡~~


a/n:

Voilaaaa... muncul juga ke permukaan extra part ini.

Sekalian promosi lapak baru yeee, kemarin aku belom siyap soalnya.

Btw untuk chapter selanjutnya, aku mau adain QnA untuk para tokoh jika ramai. Drop pertanyaan yang mau kalian tanyain ke Ceisya, Arga, Nyonya Anita, Pak Adimas, Adnan, Miya, Irene, Gyuma atau siapapun yang disebutkan tokoh ini disini yah.... aku juga boleh loh eh3h3h3h3...

Biar seru. Tanya aja yang banyak. Nanti jawabannya aku bikin di extra chapter selanjutnya. Tanya yang lucu sama anak-anakku mah santai aja yah. Kecuali sama pak Adimas dan bu Anita. Yang itu serius.

Tentunya, selain QnA.....

BANG ADNAN JUGA AKHIRNYA DEBUT WUHUUUUUUUUUUUU

PRIIITTTT

PERHATIAN YAH!! Kalau kalian kangen sama cerita kapten petik pertama yang fluff, nyeblak dan banyak lucunya PASTIIN baca cerita Adnan karena yang ini lebih koplak aseli.

Aku buatnya aja kadang gelak ketawa sendiri.

Saat chapter ini debut, cerita Adnan juga sudah sebut. So.... see you on samuderanya Adnan.

Papay!!

Link down :

https://www.wattpad.com/story/311578298?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=petikpertama&wp_originator=HtSoGuTnFGQHlBJIbL4uH3CQcDtoM5ADHT3TDgFXL%2FUPXAaDcWgNwAYaGuGV5bfmbY0EUyGolozWgkT%2BUDA0yUXJL35plWq3SOyC9PXaMr015IV3260NRPLXqx76RqgF

Continue Reading

You'll Also Like

338K 52.2K 29
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
1M 48.5K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
587K 1.1K 5
Kumpulan Cerita Pendek, penuh gairah yang akan menemani kalian semua. 🔥🔥🔥
1.3M 105K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...