Pandangan Seonghwa

By yunminbabel

36.1K 5.3K 484

Pandangan Park Seonghwa teruntuk calon suaminya di masa depan, Kim Hongjoong Warn BL M-preg πŸ”ž under 18? keep... More

Pandangan Seonghwa 1
Pandangan Seonghwa 2
Pandangan Seonghwa 3
Pandangan Seonghwa 4
Pandangan Seonghwa 5
Pandangan Seonghwa 6
Pandangan Seonghwa 7
Pandangan Seonghwa 8
Pandangan Seonghwa 9
Pandangan Seonghwa 10
Pandangan Seonghwa 11
Pandangan Seonghwa 12
Pandangan Seonghwa 13
Pandangan Seonghwa 14
Pandangan Seonghwa 15
Pandangan Seonghwa 16
Pandangan Seonghwa 17
Pandangan Seonghwa 18
Pandangan Seonghwa 19
Pandangan Seonghwa 20
Pandangan Seonghwa 21
Pandangan Seonghwa 22
Pandangan Seonghwa 23
Pandangan Seonghwa 24
Pandangan Seonghwa 25
Pandangan Seonghwa 26
Pandangan Seonghwa 27
Pandangan Seonghwa 28
Pandangan Seonghwa 29
Pandangan Seonghwa 30
Pandangan Seonghwa 31
Pandangan Seonghwa 32
Pandangan Seonghwa 34 πŸ”ž
Pandangan Seonghwa 35
Pandangan Seonghwa 36 πŸ”ž
Pandangan Seonghwa 37
Pandangan Seonghwa 38

Pandangan Seonghwa 33

504 81 2
By yunminbabel

Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.

"Jangan terlalu dekat sama kak Hongjoong."

Cafe tempat dimana ia dan Wooyoung bertemu Hongjoong beserta Jongho yang menangis tersedu.

Seonghwa rindu Wooyoung, sangat. Rindu Jongho dan rindu semua sebelum mereka menjauh.

"Kenapa memangnya?"

"Dia gak baik buat kamu."

Seonghwa hampir tersedak jusnya. Ia tatap San heran, sedangkan raut wajah San menunjukkan keseriusan.

"Sorry San, sejauh ini Hongjoong baik dan gak pernah macem-macem walau jamet dan kadang suka gombal."

"Kan kamu gak tau dia kak. Gimana kalau dia punya niat yang beda sama kamu?"

Seonghwa terkekeh lanjut minum jus strawberry kesukaannya.

"Niat apa San?"

"Gak tau. Seandainya."

Seonghwa tatap San jenaka, senyumnya tak luntur. Ia beranikan diri untuk genggam tangan San, tangan yang sama besar dengannya.

"Kamu ini sepupunya, kalau pun kamu tau dia punya niat yang beda kan kamu bisa cegah. Kamu orang baik dan juga temen aku."

Seonghwa melepas genggaman tangannya, menunggu respon dari San yang terdiam membisu.

"Kak. Kamu mau gak jadi pacar aku?"

Seonghwa tersentak, dia tak salah dengar bukan. Tentu tidak, dia tahu akan hal yang seperti ini menjadi final dari segalanya.

"Maaf San tapi aku cuma anggap kamu temen gak lebih. Kamu ganteng, baik, gentle. Ada seseorang yang lebih pantas buat kamu."

San menggeleng, "enggak gitu kak. Aku tau aku bakalan kakak tolak. Tapi bisa jadi pacar aku untuk status doang? Diluar status bebas. Aku cuma pengen ada alasan buat lindungi kamu."

"Lindungi aku dari apa San. Aku baik-baik aja. Aku orang dewasa, tentu aja bisa jaga diri. Makasih atas tawarannya, tapi maaf aku gak bisa. Kalau kamu gak keberatan aku duluan."

Seonghwa pergi tinggalkan San yang rutuki keputusan tergesanya.

"San bodoh."

Di luar sana Seonghwa pacu jalannya dengan sedikit terburu. Tak tahu harus bagaimana menyikapi. Kasihan San tertolak begitu saja tapi bukan juga salahnya. Toh katanya San sudah tau bakalan ditolak kan?

Seonghwa benci ini. Hidupnya berjalan mulus tapi dengan alasan. Seonghwa kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Rasanya semakin tua menjejak semakin banyak masalah yang terus hampirinya. Kenapa diumur segini baru rasakan semuanya? Sakitnya tak tertolong.

Seonghwa telat rasakan semua hal yang menyenangkan telat juga tuk rasakan sakit. Tidak, Seonghwa rasakan sakit bertahun-tahun. Jelajahi masa lampau banyak hal yang ia tutupi, berusaha untuk baik-baik saja padahal itu sama sekali tidak baik.

Langkahnya terhenti ketika seseorang halangi jalannya. Itu adalah Hongjoong yang setia dengan senyuman hangatnya.

"Ayo pulang love."

.

Wooyoung panik. Yunho tak sadarkan diri. Baru pulang dari tempat kerja sudah disuguhi Yunho yang menangis tersedu di dalam kamar kostnya. Tak lama langsung pingsan. Apa yang telah terjadi pun tak terjawab. Mingi si rekan lengketnya pun tak tahu apa-apa. Keduanya clueless, beruntung 10 menit kemudian Yunho terbangun.

"Ada yang sakit??? Kenapa??"

"Gi stop Yunho masih pusing baru siuman. Kamu ambilkan teh yang udah aku buat di dapur gih."

Mingi mengangguk patuh turuti perintah dari Wooyoung.

Disini berdua, Yunho dan Wooyoung. Yunho masih membisu.

"Gak apa-apa kalau masih berat. Gua gak tau apapun, gua cuma tau masa lalu lo sama kak Hongjoong. Dan gua yakin ada hubungannya sama kondisi lo sekarang."

"Maaf, lo gak tau apa-apa tapi lo harus ikut khawatir juga."

Wooyoung mendekat, peluk tubuh besar temannya ini, mengusap punggungnya teratur hingga tanpa sadar keluarkan isakan lagi.

"Sssstt gak apa-apa."

Yunho masih setia terisak, tangisan pilu, Wooyoung dapat rasakan itu.

"Woo, gua gak baik-baik aja. Kak Hongjoong... Gua bingung mau cerita dari mana. Mungkin masih sangat abu-abu buat lo. Maaf."

"Gak usah minta maaf Yun, waktu. Lo cuma butuh waktu. It's oke gua selalu ada disini. Gua mungkin belom tau tapi nanti lo bisa cerita pelan-pelan ke gua."

"Atau mungkin gua juga bisa bantu Yunho buat cerita Woo."

Mingi datang, berikan Yunho mug berisikan teh. "Minum dulu."

Yunho menurut dengan sedikit-sedikit sesap cairan manis itu. Sedikit menenangkan karena tak ada percakapan menyebalkan dari Mingi. Iya orang itu biasanya tak tahu kondisi. Bicara asal nyablak, polos menjurus bego kalau kata Wooyoung.

"Makasih Woo,Gi. Gua gak tau lagi mau kemana selain ke kalian. Maaf gua datang tiap ada masalah mulu. Terlebih lo Gi, makasih sama maaf."

"Apaan sih Yun. Lo jangan gitu lah, gua gak keberatan. Wooyoung juga gua rasa enggak."

Menghela nafas berat Yunho mulai bercerita.

" Jadi gini..."

Semuanya bermula ketika dua orang yang saling tak mengenal bertemu. Satu lemparkan tatapan memuja. Dini ini Yunho paham bahwa orang itu tertarik padanya. Kim Hongjoong 23 tahun, Yunho adalah mahasiswa magang di tempatnya bekerja. Masih 20 tahun. Semuanya biasa-biasa saja dimana Hongjoong jalankan aksi modus menjurus pdkt, kebetulan Hongjoong yang bertanggung jawab untuk mahasiswa magang Yunho dan 3 kawan lainnya. Itu lebih memudahkannya, semuanya berjalan lancar sampai si paling tua berani kan tekadnya untuk mengajak Yunho berpacaran. Pas sekali dimana moment itu adalah hari terakhir Yunho magang di perusahaannya.

"Mau jadi pacar saya?"

Background yang agak lucu karena kala itu hujan, mereka berteduh di depan salah satu mini market sembari nikmati kopi hangat. Yunho polos, anggukan kepalanya. Tak ada alasan untuk Yunho menolak karena sejatinya Yunho pun sudah simpan perasaan pada Hongjoong cukup lama di minggu awal dirinya masuk magang.

"Apa? Mau?"

"Iya kak tentu aja mau."

Mereka tersenyum malu-malu, awal yang mendebarkan dan sangat membahagiakan.

Jelang Yunho susun skripsi waktu mereka sudah mulai jarang tapi tak pudarkan rasa cinta dan memuja. Hingga Yunho lulus dan kembali melamar di perusahaan yang sama sebagai karyawan dibagian kepegawaian. Semuanya berjalan lancar, Hongjoong yang bucin dan Yunho yang kalem. Tak terendus dan menjadi heboh, memang pada dasarnya mereka pandai sembunyikan hubungan. Hanya karena tak ingin mencolok saja.

Huru hara belum terlihat, puncaknya diakhir tahun. Edward Kim mengunjungi perusahaan bertemu Yunho dan mengenalkan diri sebagai kakak dari Kim Hongjoong. Seperti kembar identik namun sedikit berbeda dan nyatanya Edward lahir 2 tahun lebih awal dari pada Hongjoong.

Yunho sama sekali tak mengerti arah pembicaraan mereka. Edward menceritakan keluarganya, dan baru ini diketahui bahwa Edward adalah bos dari perusahaan yang menaunginya. Yunho karyawan yang buruk, tapi ini karena kesibukan Edward hingga sangat langka tuk jejaki anak perusahaannya ini.

"Keluarga terpandang tapi kami tak memberi standar untuk pasangan maupun lingkup pertemanan. Kecuali, kami tak pernah terima anak dari pembunuh ibu."

Yunho semakin tidak mengerti. Ruangan yang mereka tempati makin dingin. Ini bukan karena ruangan si bos yang di set pendingin hingga titik terendah. Hanya saja si bos yang terlalu mengintimidasi.

"Menjauhlah dari Hongjoong. Kamu Jung Yunho putra dari keluarga Jung yang seisinya tewas pada 3 tahun silam. Sisakan Yunho yang bukan keturunan asli. Dan kamu masih ada hubungannya dengan Minhee Lee, oh sekarang menyandang marga Park. Tinggalkan Hongjoong, kamu yang terburuk. Melepaskan diri atau saya paksa? Tenang kamu akan saya jamin. Hidup mu dan karir mu. Saya bukan orang yang jahat. Tapi kalau kamu bersikeras, entah apa yang akan saya lakukan pada Hongjoong."

Yunho tak tahu harus bagaimana. Cintanya kandas karena ancaman dari keluarga. Yunho tercatat sebagai anak baik dan berprestasi. Tak ada cacat selain keutuhan keluarga. Itu pun karena mereka kembali pulang pada sang pencipta. Tak ada alasan, kecuali sebuah tuduhan yang tak berfakta.

"Bagaimana?"

"Baik kalau itu yang terbaik buat kak Hongjoong. Saya gak masalah."

Edward tersenyum puas, "sudah ku kira kamu ini anak yang baik walau tidak buat ibu mu. Maaf kalau kamu bukan anak dari dia yang kami benci mungkin saya akan sangat senang dapatkan adik ipar setampan dan sebaik dirimu. Minggu depan kamu akan pergi ke kota Yo, saya sudah urus berkas-berkas mu dan ya kamu bakalan agak lama di sana. Kamu gak akan kesepian dan kebingungan sebab saya sudah siapkan satu orang yang akan temani kamu disana."

"Terimakasih atas kebaikan anda pak, tanpa mengurangi rasa hormat. Saya tak tau apa-apa mengenai keluarga saya, dan orang yang anda sebutkan tadi. Mungkin bukan saya tapi ini bukan pembelaan agar saya tetap bisa bersama kak Hongjoong. Saya akan lakukan apa yang anda perintahkan pak."

Edward bangkit dari duduknya lalu terkekeh. "Kalau begitu kamu jangan tau."

______________________________________

Continue Reading

You'll Also Like

50.6K 2.3K 42
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
33.7K 3.6K 15
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
198K 30.7K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
33.8K 3.1K 20
Plak!!! Lisa terdiam merasakan panas di pipinya, saat kekasihnya yang dia cintai menamparnya. Hatinya terasa begitu sakit. Apalagi, dia melihat sang...