Love Without Signal [ON GOING]

By auliashf_

4.2K 2.1K 544

Bukan cerita bad girl yang bertemu bad boy. Ataupun cerita ketua osis dan adik kelasnya. Ini kisah "Fake Ner... More

Prolog
Farasya Indriani Angelina
Reynald Keano Febriansyah
1| Awal
2| Pertemanan
3| Art Competition
4| Masalah
5| Cemburu
6| Sambel Ijo
7| Saingan Baru
8| Sialan
9| Aneh
10| Respect
11| Penyerangan
12| Marah
Farrel Aldi Mahardika
13| Dia?
14| Siasat
15| Ditembak?
16| Gagal
17| Kedua Kalinya
18| Pertemuan
19| Tak Asing
Cast
Bonus Cast
20| Kangen
21| Manusia Singa
22| Perihal Satu Masalah
23| Fall in Love
24| Ketidakpercayaan
25| Janji?
26| Bersamanya lagi
27| Rasain
28| Baikan?

29| Selasarel

5 1 0
By auliashf_

Selasarel. [ Selalu Sayang Farrel ]

Masih pagi, sudah dalam mode on bucin tingkat dewa. Pasalnya, Farasya bermimpi hal yang sangat indah bersama Farrel, pacarnya.

"Ini hari selasa, kemaren hari senin. Besok hari rabu," gumam Farasya yang masih terduduk di samping ranjang.

Tingkat keabsurdannya semakin menjadi-jadi. Bahkan ia juga memikirkan singkatan untuk hubungannya dengan Farrel.

Farasya langsung pergi ke meja belajarnya, dia menuliskan beberapa kata yang jika disambungkan akan menjadi satu kalimat bucin ter-limited.

"Selasa."

Dia berpikir keras dengan artinya yang harus cocok dengan hari ini.

"Artinya apa ya?"

"Sela," Farasya berpikir sejenak, "Oh iya, selalu."

Farasya bertepuk tangan riang, saat pengartian yang dia buat 99,9% lumayan bagus. Farasya menghembuskan nafasnya berkali-kali, "Sela untuk selalu."

"Terus sa, apa?"

"Sakit? No! Senang? Ngga-ngga. Sedih? Jangan! Ngga boleh sedih-sedih. Terus apa yaa?" Dia menutup mukanya berharap pikirannya akan lebih terbuka luas. Seluas cintanya kepada Farrel.

Mungkin menurut kalian Farasya seperti orang gila yang bertanya, kemudian dijawab sendiri. Namanya juga bucin. Harap dimaklumi saja.

Farasya menjauhkan tangan yang menutupi mukanya, dengan mata yang berbinar-binar Farasya antusias mengatakan, "Sa untuk sayang."

"Jadi, selasa itu bukan hari tapi selalu sayang."

Penyakit gilanya mungkin sudah tahap stadium awal, Farasya berjingkrak kesana-kemari layaknya anak kecil saat kemauannya dituruti.

"Terakhirnya udah pasti, Farrel."

Dia mulai merangkaikan kata-kata yang dibuatnya. Akhirnya telah menjadi satu kesatuan utuh.

Farasya tertawa lepas, "Selasarel. Selalu sayang Farrel."

"Yeay. Akhirnya jadi juga. Aku harus kasih tau Farrel pas di sekolah."

"Non, ini nasi goreng nya udah siap," teriak bi Irah dari lantai bawah.

"Iya bi. Otw ke bawah."

Farasya segera turun ke bawah untuk menyantap sarapannya.

"Pagi bi," sapa Farasya sambil mendudukkan dirinya di kursi.

"Pagi, nasinya langsung dimakan, Non. Ntar keburu dingin gaenak."

"Siap, bi!" jawab Farasya tegas dengan sikap tangan hormat bendera.

"Bagus." Bi Irah mengangkat dua jempolnya serentak. "Yaudah, bibi mau lanjut cuci piring dulu, Non."

"Sebentar, bi," cegah Farasya.

"Kenapa, Non?"

"Bibi tau arti selasarel ngga?" tanya Farasya lalu memasukkan nasi goreng ke mulutnya.

"Selasarel? Apa tuh, Non. Bibi baru denger," katanya.

"Gimana ya? Eh, ntar aja deh bi. Ini limited edition soalnya. Yang pertama tau harus dia," jelas Farasya.

"Dia nya siapa hayo?"

"Ada deh, bi. Ntar Farasya cerita."

"Yaudah. Nasinya dimakan, jangan diliatin aja."

"Siap bibi."

****

Berita tentang Stefan dan Al yang hampir menghilangkan nyawa Safira sudah menyebar ke seluruh siswa SMU Kartika. Tidak ada yang heran dengan tingkah mereka berdua.

Fakta jika mereka mempunyai sebuah geng motor yang pasti di cap tidak baik oleh semua orang.

Keduanya berjalan melewati koridor sekolah yang jelas-jelas mengundang tatapan tajam dari para siswa.

"Anak baru punya nyali juga ternyata."

"Baru dua harian ini dateng udah bikin kacau gimana selanjutnya."

"Si cupu yang ga pantes sekolah di Kartika."

"Mentang-mentang banyak duit jadi bisa seenaknya."

"Beda banget sama Rey, padahal dia lebih kaya tapi ga sombong kaya si kembar."

Begitulah kiranya sindiran yang dilayangkan kepada Stefan dan Al. Mereka hanya diam tanpa membalas sepatah kata pun.

Stefan masuk ke kelas dengan papan yang bertuliskan XI MIPA 3. Disambut dengan lirikan sekilas oleh seisi kelas terkecuali Reynald. Dia tidak mengalihkan pandangannya terhadap Stefan.

Stefan yang menyadari hal tersebut langsung menghampirinya, "Kenapa?"

Reynald hanya tersenyum miring, "Nyogok lu?"

"Buat apa? Gua emang kaya tapi ga pake cara konyol kaya gitu."

"Shit. Gue dari ruang kepsek dan ketemu bokap lu, sat. Masih mau ngelak?"

"Wih keren, Rey." Rafa bertepuk tangan ria untuk sohibnya yang satu ini.

Rafa kembali menyindir dengan gaya, "Malu ga, Stef? Kalo gue jadi lu, mending pulang terus aduin ke bokap."

Sekelas hanya tertawa keras melihat raut wajah Stefan yang sepertinya sedang menahan emosi atau menahan malu.

"Maklumin aja, anak papi dia."

"Bener banget, yang apa-apa serba papinya."

Brakk

Stefan menggebrak meja dengan sangat keras. "Diem, anjing!" geram Stefan.

"Anjay, singanya marah." Rafa menyenggol lengan Reynald.

"Kalo lu lupa, gunanya mulut buat ngebacot bukan buat diem," tukas Reynald.

Stefan yang mendengar itu langsung berbalik badan dan menarik kerah baju Reynald.

"Gua ingetin. Sekali lagi lu ngomong kaya tadi, Safira gaakan selamat," peringat Stefan dengan penekanan.

Stefan melepaskan cengkraman pada kerah baju Reynald. Dia membawa tasnya kemudian meninggalkan kelas.

"Jantung aman ga, Rey. Di tatap cogan kaya Stefan," goda Rafa.

"Bego."

"Astagfirullah, Rey. Kata-kata lu menyakiti hati mungil gue anjing."

"Terus gue peduli?" jawab Reynald kembali mendudukkan dirinya.

"Unfriend." Rafa mengambil tasnya dan beralih ke tempat duduk milik Stefan yang kosong.

Reynald hanya menggelengkan kepalanya, "Kelakuan."

****

Bel istirahat telah berbunyi 2 menit yang lalu. Namun, semua penghuni kelas XI MIPA 1 masih setia di kursinya masing-masing lengkap dengan buku dan alat tulis. Benar, semuanya sedang mengerjakan ulangan harian matematika.

"Sekarang kumpulkan!" perintah pak Sugiono.

"Bentar pak, 3 menit lagi," tawar seorang siswi yang dikenal rajin.

"Tidak diperkenankan tawar-menawar. Cepat kumpulkan, atau tidak akan saya nilai."

"Bentar pak. Orang sabar disayang Bu Vivi," gurau Joko.

"Maksud kamu apa, Jok?"

"Ngapunten, Joko pak. Bukan jok motor apalagi bapak presiden Jokowi."

Semuanya hanya tertawa lepas melihat tingkah Joko yang semakin menjadi-jadi.

"Anjir. Bisaan bener, Joko," sela yang lainnya.

"Sudah 3 menit. Farrel, kamu bantu kumpulkan."

"Yang lain aja pak. Saya ada urusan." Farrel berlari keluar kelas tanpa memikirkan permintaan pak Sugiono tadi. Bukan apa-apa, Farrel sudah berjanji menemui Farasya di taman saat jam istirahat.

5 menit telah berlalu, Farasya masih menunggu kedatangan Farrel. Dia akan menunggunya sampai jam istirahat selesai.

"Farrel kemana ya?" gumam Farasya.

Dia melihat di sekelilingnya, namun nihil. Farrel tidak juga menemuinya. Apakah kali ini dia harus kembali ke kelasnya?

Saat Farasya hendak berdiri, namun ada tangan yang menutup matanya dari belakang. Dia Farrel.

"Farrel ya?" tebaknya.

"Siapa Farrel?"

"He's mine!" sorak Farasya.

Farrel menyingkirkan tangannya yang menutupi mata Farasya secara perlahan. "Tuhkan bener, apa aku bilang. Aku itu hafal banget Farrel, semua tentang kamu," jelasnya.

Mendengar itu, Farrel hanya menganggukkan kepalanya, "Iya, sayang."

Farasya mengacungkan dua jempolnya seraya tersenyum manis, "Good boy!"

"Maafin aku udah bikin kamu nunggu lama."

"Ngga papa, Farrel."

"Beneran, ga marah?"

"Iya beneran. Engga, Rel."

"Tadi ada cowok yang gangguin kamu ga?"

Farasya menggelengkan kepalanya, "Yang liatin aku aja gaada, Rel. Boro-boro digangguin." Farasya menjeda ucapannya, dia menunduk, "Semua orang tau, aku ini cupu."

"Ngga, Sya. You're so beautiful. Walaupun penampilan kamu di sekolah kaya gini. Kamu tetep aja cantik, lucu, dan gemesin."

"Boong."

"Buat apa bohong?"

"Cantikan aku apa Rahma?"

To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 269K 62
โš ๏ธ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.5M 250K 60
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
384K 47.3K 33
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...