Karena Piknik Kilat ✔ (SELES...

By petikpertama

1.1M 99.5K 1.4K

Ceisya gak pernah tau kalau semesta akan mempertemukannya lagi dengan Arga. Si cowok Indonesia yang dulu per... More

Prakata & Prolog
One: Holiday
Two: Pertemuan & Sugar Pilot
Three: Cabe Afrika
Four : Gossip
Five : Doa
Six : Attention
Seven : Berjemur
Eight : Cinderella Sepatu Converse
Nine : Mistake
Ten : Motor Mogok
Eleven : Foto Evelyn
Twelve : Telefon Nyonya Anita
Thirteen : Bastard
Fourteen : The Beach Secret
Fiveteen : Senja
Sixteen : Sahabat Wanita
Seventeen : Special
Eighteen : Hati Melemah
Nineteen : Reveal
Twenty : Pendukung
Twenty one : Penjelasan Hari Itu
Twenty Two : Bandara
Twenty Three : Special Treasure
Twenty Four : Hadiah Luna
Twenty Five : Telfon Pertama Arga
Twenty Six : Calon Suami
Twenty Seven : Kakak Perempuan
Twenty Eight : Rival Wanita
Twenty Nine : Pelukan Hangat
Thirty : Panggilan Sayang
Thirty One : Tempat Untuk Pulang
Thirty Two : Perasaan Rindu
Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan
Thirty Four : Lamaran Arga
Thirty Five : Foto Arga
Thirty Six : Date !!
Thirty Seven : Camer (part 1)
Thirty Seven : Camer (part 2)
Thirty Nine : Datangnya Si Bungsu (Part 1)
Thirty Nine : Datangan si Bungsu (Part 2)
Fourty : Rencana Besar Hari
Fourty One : Tolong Jaga Arga
Fourty Two : I Love You
Fourty Three : Big Gift
Fourty Three : Big Gift ( Part 2 )
Fourty Four : The Happy Ending.
Epilog : The Wedding
Extra Part 1 (Special Adnan Edition).

Thirty Eight : Sosok Galih Nuswan

15.3K 1.5K 8
By petikpertama

Thirty Eight : Sosok Galih Nuswan





      Lewat tengah malam aku masih tak dapat tidur. Seharian setelah aku bersama Arga dan bertemu dengan Tante Tari, otakku dipenuhi banyak pikiran hingga dini hari.

Arga masih menolak keras saat aku membujuknya untuk bertemu dengan Om Galih Nuswan, Ayah Arga sendiri. Arga bahkan belum bertemu ayahnya lagi selama persidangan perceraian orang tuanya.

Om Galih tak pernah hadir. Mbak Luna juga sempat bercerita padaku bahwa selama perceraian, hanya pengacara Om Nuswan saja yang terlihat disana.

Kepalaku berdenyut, sebelum ini semakin parah aku memutuskan untuk beranjak bangkit. Keluar dari kamar untuk mencari sesuatu di dapur sekedar mendinginkan kepala.



"Kak Adnan?" Mataku menyipit, melihat sosok tinggi berbaju hijau duduk di bar mini dapur menenggak minuman kaleng.

"Loh? Kamu belom tidur?" Kak Adnan mengangkat alis tinggi begitu melihatku mendekat.

"Kenapa gelap-gelapan gini sih? Kak Adnan lagi ngedangdut sampai gak mau kelihatan nangis," kataku menyalakan lampu. Melihat wajah Kak Adnan yang sepertinya kondisi keadaannya tidak jauh berbeda dariku. Banyak pikiran.

Kak Adnan tersenyum menggeleng. "Bukan. Kamu kenapa belom tidur?"

Aku memasang senyum cengir. Berjalan menuju kulkas meraih susu kemudian sereal di dalam lemari dapur.

"Laper. Aku gak bisa tidur jadi perutku berkokok terus." Aku mengambil tempat duduk disebelah Kak Adnan, memakan sereal dengan tenang sambil menikmati pemandangan jendela dapur yang menghadap ke taman belakang melihat angin bertiup cukup kencang malam ini.

"Gimana tadi date-nya?" Kak Adnan menyenggol lenganku. Senyum kecil dibibirnya entah sejak kapan tiba-tiba mulai terbit.


Aku tau maksud ekpresi wajah ini.


"Ck... date apaan sih. Orang cuma jalan biasa." Jawabku tenang. Tak menoleh mencoba fokus memandang taman di luar sambil melahap campuran susu dengan serealku dengan cepat.

"Ya jalan biasa juga namanya date kalau sama doi Sya. Gak pernah pacaran ya lo," tunjuknya jadi menyudutkanku.

Aku menoleh menyipitkan mata menatap Kak Adnan. "Anak nyonya Anita mana boleh pacaran. Kak Adnan yang diam-diam punya pacar ya?! Siapa? Ayo dong Kenalin..."

"Seumur kakak masih cari cewek buat pacaran? Kakak sekarang udah golongan pakde kalee," jawabnya membuang muka.

Walau detik setelahnya kami justru malah tertawa bersama. 


"Sya..."

"Hm?" Aku melirik, usai sisa-sisa tawa kami. Kak Adnan kini menatapku lurus dan dalam.

Tatapan yang jarang ku temukan semakin kami beranjak dewasa.

"I'm happy for you," ucap Kak Adnan tiba-tiba.

Tapi anehnya aku justru tidak terkejut, sudah sejak lama aku merasakan firasat janggal ini setiap kali aku melihat Kak Adnan. Dan sepertinya, malam ini memang waktunya aku untuk mencari tahu.

"Ck, kenapa sih kak... i know you are hiding something right?"

"No. I'm not."

"Yes you are! Sejak awal aku cerita bahwa Arga mau lamar aku. Aku pikir memang awalnya Kak Adnan cuma khawatir, tapi ngelihat tiap natap aku wajah Kak Adnan selalu ngomong sesuatu. I know kakak pasti nyembunyiin sesuatu kan."

Kak Adnan tersenyum. "Kalau emang kamu se-peka itu... kenapa baru tanya sekarang?"

Aku mengangkat bahu. "Karena kalau memang itu penting banget dan hal serius yang menyangkut sesuatu tentang adiknya. Kak Adnan pasti bakal kasih tau aku secepatnya, tapi kalau Kak Adnan belum cerita juga. Aku rasa Kak Adnan cuma perlu waktu buat berpikir sampai nemu jawaban yang terbaik." Jawabku jujur.

Senyum diwajah Kak Adnan kian melebar. Tangan Kak Adnan bergerak naik mengusap puncak kepalaku pelan. "Allah tuh Maha Adil ya Sya. Kayaknya emang kalian berdua jodoh deh." Katanya membuatku mencibir.

"Ck jangan dibahas." Aku mengalihkan wajah. Tak mau jadinya salah tingkah aku memutuskan kembali melahap sereal di dalam mangkuk.

"Sya, Kakak boleh ngomong sesuatu gak?" Tanya Kak Adnan membuatku mengernyit.

Aku menelan sisa-sisa sereal di dalam mulut. Merasakan firasat bahwa ini saatnya.

"Ya boleh lah, masa gak boleh. Lagian aku gak mau Kak Adnan nyembunyiin sesuatu dari aku." Jawabku serius.

Kak Adnan tak langsung menjawab. Bahkan sempat terdiam menatap ku lekat-lekat.

"Tapi ini soal Arga." Katanya membuatku mengangkat alis tinggi.

Aku membasahi bibir. Menaruh sendok diatas mangkuk memutuskan untuk sepenuh terfokus pada Kak Adnan.

"Ini aneh tapi... Arga sendiri bahkan bilang ke aku, katanya dia mau aku denger banyak pendapat sebelum aku benar yakin sama dia. Dia malah nyuruh aku buat raguin dia." Jelasku membuat raut wajah Kak Adnan mengendor. Aku menghela nafas pelan. "Kenapa sih Kak? Kak Adnan buat aku cemas." Kataku berterus terang.

Kak Adnan bergumam kecil. "Kamu tau... soal masalah keluarga Arga kan?"

Aku mengangguk kecil. "Gak banyak tapi cukup tau."

Kak Adnan yang mendengar itu ikut mengangguk. "Kakak denger ini tepat dihari sebelum saat kamu cerita soal Arga bilang mau lamar kamu. Dan... kebetulannya pengacara Pak Galih Nuswan adalah teman baik kakak."

Alisku berkerut rapat. Mendengar sebuah nama yang terasa tak asing. Pak Galih Nuswan? Bukankah itu ayah Arga? Lalu bagaimana dengan teman baik Kak Adnan?

"Teman baik kakak?" Tanyaku bingung.

"Hm. Rendra namanya." Kak Adnan mengangguk kecil. "Rendra bilang, tepat sebelum sidang perceraian dimulai. Pak Galih diam-diam minta bantuan Ferdi membuat surat warisan untuk anak-anaknya."

Aku mengernyit. "Surat warisan?"


Tunggu-tunggu. Apa maksudnya ini?

Kak Adnan hanya diam mengangguk.


"Mendadak? Maksudnya? K-kenapa?" Tanyaku semakin tak paham.

Kenapa disini rasanya Kak Adnan jauh lebih banyak mengetahui keluarga Arga ketimbang diriku.

Ka Adnan terdiam sesaat. "Sya..." suara serak Kak Adnan membuatku meneguk ludah tanpa sadar. Dan benar saja, detik kemudian, seperti panah yang ditembak melesat tepat. Aku tercengang.

"Om Galih punya cancer Sya. Stadium tiga."

"APA?!" Tanpa sadar suaraku sudah meninggi. Aku terhenyak, hampir hilang kata. "T-tunggu... apa Arga tau?"

Kak Adnan menggeleng. "No. Nobody knows tentang penyakit Pak Galih kecuali sekertaris, pengacara dan dokter pribadi Om Galih sendiri."

Kali ini aku benar-benar hilang kata. Ini kabar terburuk yang ku dengar sejauh ini.

Sekeras apapun aku berpikir, rasanya terasa berat. Nafaspun rasanya sesak. Aku kehabisan akal kali ini.


"Sya..." Kak Adnan menyentuh bahuku lembut.

"Aku harus gimana kak?" Aku mengusap kening merasakan denyutan perlahan muncul.

Kak Adnan menepuk-nepuk bahuku pelan. "Rendra cerita soal ini ke Kakak karena Om Galih sebenarnya tau kalau kalian sudah dekat. Kalian berdua dilacak dan diikutin sejak di Bali bulan lalu."

Aku menoleh, tercengang mendengar kabar mengejutkan lagi setelah ini.

"Rendra bahkan juga cerita, kalau Pak Galih adalah sosok misterius yang paling dikenalnya selama ini. Beliau jarang berbicara, selama Rendra berkerja dengan Pak Galih. Pak Galih selalu jadi sosok yang kelihatan jauh dan sulit untuk didekati."

Aku mengulum bibir. Mendengar desas-desus om Nuswan memang bukan hal yang pertama bagiku. Banyak gosip dan kabar beredar mengenai Om Nuswan bahkan dari kalan teman-teman orangtuaku sendiri.

"Kak..." aku menarik nafas panjang, menatap Kak Adnan sambil mengusap kepala frustasi. "Aku gak mau Arga gak punya kesempatan. Tapi aku juga gak mau Arga terluka lagi." Kataku mencoba jujur. "Aku harus gimana?" Tanyaku buntu.

Kak Adnan mengusap lembut bahuku. "Sya... sepanjang anak hidup di dunia. Ada satu tugas kewajiban yang gak boleh dilupakan sang anak Sya. Apalagi anak laki-laki." Kak Adnan meraih tanganku, menggenggam erat membuatku mendongak mengangkat wajah menatap wajah Kak Adnan. "Berbakti sama orangtuanya." Katanya membuatku terdiam.

"Awalnya kakak sempat mikir kenapa Rendra tiba-tiba cerita ini ke Kakak." Kepala Kak Adnan mengangguk-angguk. "Tapi sekarang Kakak mulai ngerti alasannya." Kata Kak Adnan membuatku perlahan ikut menyadari.

"Tell him. Kasih tau Arga tentang hal ini. Bujuk dia, kemungkinan besar... Arga mau dengerin kamu."

Aku mengulum bibir. Dalam hati masih meragu. Apakah Arga benar-benar mau mendengarkanku? Apakah yang aku lakukan kali ini benar?

"Sya... anak-anak Pak Galih berhak tau penyakit Papahnya sendiri. Jangan biarin mereka menyesal dan melewatkan tugasnya sebagai seorang anak." Kata Kak Adnan membuatku seakan tertembak tepat.

Benar. Yang paling penting sekarang adalah Arga juga anak-anak Om Galih berhak tau masalah ini.

Itu yang paling penting.


"Dan maafin Kakak yang sekarang justru nambah beban pikiran kamu." Kata Kak Adnan mengeratkan genggaman tangannya padaku.

Aku menggeleng, bangkit dari duduk beranjak berdiri memeluk Kak Adnan.

Aku rasa.... kali ini memang harusnya semua sudah selesai. Semua kerumitan juga lika-liku ini. Benang merahnya sudah kutemukan.








**



a/n:


I KNOW INI CUMA SERIBU WORDS DAN SEMUANYA CUMA ADEGAN DUDUK DAN NGOBROL TAPI PERCAYALAH... EKSEKUSI BARU AKAN SEGERA DIMULAI HAHA...

Oke see you next week!

Jangan lupa untuk voment ya guyzzzz









Continue Reading

You'll Also Like

993K 48K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
4.7M 557K 34
Setiap orang pasti pernah melakukan satu kesalahan besar. Kesalahan yang membuatnya menyesal bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Bagi Gadis, kesal...
787K 40.3K 58
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
543K 80K 72
"Malik Syarifudien Pramana, hantu masa lalumu?" tanya orang itu sambil melempar buku baruku ke meja. Suaranya tajam dan dingin. Mataku mengikuti ara...