Karena Piknik Kilat ✔ (SELES...

By petikpertama

1.1M 99.6K 1.4K

Ceisya gak pernah tau kalau semesta akan mempertemukannya lagi dengan Arga. Si cowok Indonesia yang dulu per... More

Prakata & Prolog
One: Holiday
Two: Pertemuan & Sugar Pilot
Three: Cabe Afrika
Four : Gossip
Five : Doa
Six : Attention
Seven : Berjemur
Eight : Cinderella Sepatu Converse
Nine : Mistake
Ten : Motor Mogok
Eleven : Foto Evelyn
Twelve : Telefon Nyonya Anita
Thirteen : Bastard
Fourteen : The Beach Secret
Fiveteen : Senja
Sixteen : Sahabat Wanita
Seventeen : Special
Eighteen : Hati Melemah
Nineteen : Reveal
Twenty : Pendukung
Twenty one : Penjelasan Hari Itu
Twenty Two : Bandara
Twenty Three : Special Treasure
Twenty Four : Hadiah Luna
Twenty Five : Telfon Pertama Arga
Twenty Six : Calon Suami
Twenty Seven : Kakak Perempuan
Twenty Eight : Rival Wanita
Twenty Nine : Pelukan Hangat
Thirty : Panggilan Sayang
Thirty One : Tempat Untuk Pulang
Thirty Two : Perasaan Rindu
Thirty Four : Lamaran Arga
Thirty Five : Foto Arga
Thirty Six : Date !!
Thirty Seven : Camer (part 1)
Thirty Seven : Camer (part 2)
Thirty Eight : Sosok Galih Nuswan
Thirty Nine : Datangnya Si Bungsu (Part 1)
Thirty Nine : Datangan si Bungsu (Part 2)
Fourty : Rencana Besar Hari
Fourty One : Tolong Jaga Arga
Fourty Two : I Love You
Fourty Three : Big Gift
Fourty Three : Big Gift ( Part 2 )
Fourty Four : The Happy Ending.
Epilog : The Wedding
Extra Part 1 (Special Adnan Edition).

Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan

18.6K 1.8K 38
By petikpertama

Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan





      Arga makan dengan sangat lahap. Bahkan lebih lahap dari Kak Gyuma yang tinggal menyisakan sup bersisa air kuah dan wortel untukku. Kedua laki-laki itu sempat mengobrol berdua setelah Arga menyalakan api unggun di taman halaman belakang. Sederhana tapi cukup membuatku mengerti mengapa keduanya bisa sangat terlalu dekat.

Terkadang aku memang menemukan sisi Arga dalam diri Kak Gyuma. Cara mereka berbicara, kalimat tajam serta saat mereka melemparkan candaan satu sama lain. Aku kini mengetahui bagaimana cara Kak Gyuma menghibur Arga sebagai seorang sahabat.

Mereka memiliki cara sendiri untuk berkomunikasi.

Kali ini aku lebih memilih untuk memperhatikan. Memandang keduanya dari ruang tengah lewat pintu-pintu kaca yang menghubungkan langsung dengan taman belakang.

Samar-samar aku bisa mendengar obrolan mereka, juga suara tawa Kak Gyuma yang terdengar berat. Aku lebih memilih untuk tak menganggu keduanya, berselimut duduk di sofa ditemani segelas kopi membuatku terasa lebih leluasa.

Leluasa untuk akhirnya melihat senyuman Arga hari ini.

Aku tak ingat seberapa lama aku memperhatikan keduanya dari belakang diam-diam tapi pada akhirnya aku seperti jatuh tertidur. Mataku kembali terbuka saat merasakan gerakan kecil yang akhirnya membuatku mulai terbangun sadar.

Arga disana, memperbaiki letak selimutku dengan hati-hati.


Aku ingat betul malam itu, bagaimana wajahnya diterpa sinar bulan yang tersorot dari cahaya luar. Bagaimana ia begitu terlihat paling bercahaya diantara ruangan gelap yang lampunya sudah mati malam itu. Juga bagaimana caranya tertegun saat mata kami bertemu karena aku yang terbangun dari tidur tiba-tiba.

Aku secara naluri memperbaiki posisi tidur, menghadap pada Arga yang berjongkok di sisi kananku sambil menatap mataku lurus. Entah apa alasannya tapi aku justru tersenyum, tanganku bergerak halus memperbaiki anak rambut yang jatuh ke dahinya.

Aku bahkan bersuara pelan hampir terdengar melirih. Pintaan kecil yang sebelumnya rasanya tak akan mungkin dapat terucap dari mulutku seperti sekarang.



"Jangan pergi lagi Ga..,"

Arga yang mendengarku terdiam. Laki-laki itu hanya mengangguk seakan patuh, sorot matanya teduh, kilatan sendu itu kembali terlihat disana.

"Maafin aku karena terlalu banyak ngerepotin kamu Dinanti." Katanya bersuara dengan lembut. "Maafin aku karena laki-laki kaku dan penuh masalah ini suka sama kamu." Lanjut Arga membuatku terhenyak begitu saja. Menelisik maksud kalimatnya lebih dalam tanpa berusaha mengalihkan pandangan.


"Are you happy?" Tanyaku membuat kedua alisnya bergerak naik terkejut dengan pertanyaanku.

Arga perlahan tersenyum tipis. Mengangguk kecil membuat hatiku terasa mencelos begitu saja.  "I'm happy right now." Katanya penuh arti.

"I'm sorry..." ucapku dengan bersalah. "Aku minta maaf karena selalu jadi Ceisya yang egois dan gak mau dengerin semua alasan dan cerita kamu. I wish i could turn back time,"

Kepala Arga menggeleng. "I'm really happy now. Aku sadar setelah semua ini terjadi. Aku bahagia bisa kenal Dinanti dengan cara seperti ini." Tangan Arga bergerak naik, menepuk-nepuk puncak kepalaku dengan lembut.

Aku terdiam. Kali ini senyum laki-laki itu benar-benar tertarik sempurna membuat sebuah lesung kecil tersembul di pipinya.

Mataku melebar, entah apa alasannya aku bahkan reflek menahan nafas agar menahan detak jantung yang bergemuruh cepat. Kembang api di dada yang biasanya hanya dapat kubaca dalam buku novel kini benar-benar bisa kurasakan malam ini, dan itu semua karena Arga.

Aku mengulum bibir. Kutarik selimutku hingga ke atas menutupi wajah tak mau sampai kelihatan merona.

"K-kamu... udah ngehubungin Mbak Luna?" Tanyaku langsung mengalihkan pertanyaan begitu saja.

Arga menggumam kecil. "Belum... tapi Gyuma sepertinya sudah," katanya menunduk kecil sesaat.

Aku kembali membuka selimut. "Mbak Luna khawatir banget sama kamu. Kamu harus hubungin Mbak Luna, atau setidaknya chat dan bilang kalau kamu baik-baik aja."

Arga tersenyum. Senyum cengirnya di dini hari ini, senyum yang belakang hari ini paling kurindukan. Senyum dengan sorot lampu bulan yang terasa mendebarkan.

"Saat aku kabur aku gak ingat bawa hape. Aku bahkan hampir lupa gak bawa dompet kalau hari itu aku gak pakai jaket," jawab laki-laki itu polos.

Aku terdiam. Semua cerita Mbak Luna beberapa saat lalu mengenai pertengkaran Arga dengan ayahnya mendadak terputar dibenakku  dengan cepat begitu saja.

Hati-hati aku mencoba memberanikan diri bertanya.

"Aku denger kamu sama pa--" gerakan mulutku terhenti, mulutku kembali terkatup, aku mengubah topik tak lagi bertanya. "Nevermind... lebih baik kamu tidur, kamu pasti ca--"

"Kalau kamu tau aku disini, berarti Kak Luna sudah cerita soal kami ya?"

Lagi-lagi aku hanya bisa terdiam. Mendengar Arga menggunakan 'kami', aku sempat sedikit merasa lega. Bagiku, itu berarti Arga tidak sampai segan untuk mengakui keluarganya sendiri saat bercerita padaku.

"Gak papa Dinanti, cepat atau lambat aku memang ingin bercerita semua ini sama kamu. Walau rencananya setelah aku benar-benar yakin kamu udah maafin aku setelah 7 tahun yang lalu." 

"Aku anggap kita berdua sudah sama-sama impas?" Aku menarik kedua sudut bibir keatas. Membuatnya ikut balas tersenyum sambil mengangguk.

"Kamu kesini untuk jemput aku Dinanti?" Tanya Arga.

Aku menggeleng kecil. "Aku gak akan maksa kamu untuk balik ke rumah. Kalau memang kamu mau dan merasa bahagia disini, aku senang." Ucapku jujur.

Arga lagi-lagi hanya tersenyum. "Dari dulu kamu memang selalu punya cara untuk membuat orang selalu merasa aman Dinanti." Katanya terasa tulus.

"Aku cuma gak mau kamu tertekan. Kamu berhak memilih atas hidup kamu sendiri." Jawabku bersungguh-sungguh

Arga mengerjapkan matanya. Tersenyum tipis sambil memandangiku masih dengan posisinya disisi kananku mendudukan diri diatas karpet. Bersitatap dengan wajah miliknya dengan miliku.

"Aku bukan anak yang baik Dinanti." Ucap Arga tiba-tiba membuatku sedikit terkejut juga bingung.

"Kamu tau? Saat mendengar bahwa papah akhirnya akan menceraikan mamah. Aku menjadi anak paling bahagia yang mendengar berita perceraian orangtuanya sendiri."

Aku terdiam, memasang telinga baik-baik tak sekalipun mengalihkan mata dari pandangannya yang sekan menyihirku.

"Aku masih sangat ingat betul, sejak umurku berusia 12 tahun. Satu-satunya harapan saat aku berulangtahun juga saat aku berdoa di setiap setelah melaksanakan kewajiban lima waktuku. Aku hanya meminta agar mamah bisa berpisah dari papah. Agar mamah bisa hidup lepas dari kehidupan papah."

Arga menarik nafasnya panjang. Mengirup udara dalam-dalam seolah udara diruangan itu tersedot habis.

"Aku selalu merasa, mamah harusnya selalu bisa mendapatkan yang terbaik lebih dari papah. Sejak awal mamah dilahirkan di keluarga yang berkecukupan. Tumbuh dalam keluarga harmonis yang tidak pernah aku miliki. Mamah menjadi wanita satu-satunya diantara kedua saudara laki-lakinya yang sangat sayang sama mamah." Kalimat Arga terhenti, Arga menundukan kepalanya.

"Kamu tau keluarga Mamahku kan Nan?" Tanya Arga membuatku mengangguk.

"Keluarga Malik. Nyonya Anita selalu menganggumi Pak Rihan Malik." Jawabku jujur.


Sejak dulu mamah memang selalu mengagumi kakek Arga itu. Beliau adalah guru mengaji mamah saat kecil sekaligus pengusaha dan politikus yang banyak dihormati. Mamah selalu bercerita bagaimana beruntungnya ia saat dulu Pak Rihan masih membangun usaha dan karir politiknya sekaligus membuka rumah belajar mengaji di komplek perumahan mereka. Tentu nama keluarga Malik belum seberjaya sekarang.




"Aku juga selalu mengaggumi Kakek. Caranya mencintai semua anak-anaknya sungguh spesial. Dan mamah terlahir di dalam keluarga yang sungguh beruntung." Arga tersenyum tulus. Kurasa memori dalam ingatan mengenai ibunya memang hanya terselip kebaikan. Itu mengapa Arga selalu tersenyum tulus saat menyebut nama sang mamah dari bibirnya.

"Mamah menikah dengan papah disaat umur 22 tahun. Aku kira perjalanan pernikahan mereka akan selalu tenang walau tak terlalu terlihat bahagia. Tapi... memang kenyataanya enggak Nan, papah diam-diam punya wanita lain." Arga mengalihkan wajahnya. Kali ini ia terdiam beberapa saat, Arga kemudian bergerak duduk dengan posisi membelakangiku.

"Sahabatku sendiri. Satu-satunya sahabat wanita yang kumiliki dan kupercayai, diam-diam dibelakangku justru memiliki hubungan dekat sama papah. Kamu tahu seberapa terkejutnya aku saat pertama kali tau ini Nan?"

Aku tak menjawab. Hanya diam memandangi punduk kepala Arga yang tertunduk.

"Aku marah. Aku merasa semua orang didunia ini gak ada lagi yang dapat kupercaya. Aku amat marah, bahkan aku mendadak merasa jijik saat melihat wajah Geara. Terdengar kejam memang... tapi membayangkan mereka berhubungan dibelakangku sementara mamah dan aku, orang yang menjadi sahabat tempatnya bercerita. Juga semua curhatan laki-laki yang dicintainya diam-diam. Kalau Geara mungkin saja laki-laki, dia mungkin sudah gak bisa buka matanya lagi sekarang." Dalam suaranya ada getaran dendam penuh amarah yang terpendam. Aku mulai paham alasan mengapa Arga hari itu di Bali begitu tak acuh dan kejamnya saat bertemu Geara.

"Bodoh. Geara terlalu bodoh dalam memilih lelaki yang akan dinikahinya. Sampai kapanpun, dalam keadaan apapun. Biarpun mamah dan papah bercerai aku gak akan membiarkan mereka berdua menikah Nan."


Aku tertegun, caranya bercerita begitu dingin seolah aku hampir tak mengenalnya. Arga yang ku tau tak pernah seperti ini sebelumnya.

Arga kembali membalikan badannya. Laki-laki itu menghela nafas dengan berat. Matanya menunduk seakan tak berani untuk menatapku. Aku tau ia dalam keadaan hancur sekarang.



Aku bergerak kecil mengusap kepalanya sesaat. "Aku gak pernah diposisi kamu Ga. Aku juga gak akan pernah paham betul perasaan yang kamu rasain setelah semua hal yang udah kamu lewatin tapi.... Arga yang kukenal akan selalu jadi laki-laki yang baik. Yang penuh perhatian walau bicaranya kejam. Yang punya sisi jahil pada orang-orang yang ia sayang. Yang selalu memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri. Aku hanya mau kamu akan selalu ingat itu." Ucapku dari lubuk hati yang paling dalam.

Arga merapatkan bibirnya. Menunduk dalam mencoba menyembunyikan wajahnya, helaan nafasnya terdengar panjang. Aku memutuskan untuk bergerak, mengusap puncak kepalanya lagi dengan lembut bermaksud menenangkan.

Arga meraih tanganku. Menghentikan pergerakan tanganku diatas kepalanya kemudian mengangkat wajahnya menatapku dalam.


"Kamu tau Nan... alasan mengapa mamah gak pernah menggugat cerai papah hingga detik ini? Sampai akhirnya papah sendiri yang menceraikan?" Tanya Arga membuatku menggeleng.

"Karena mamah bilang, sebagai suami papah menjalankan perannya dengan baik. Dan sebagai istri, mamah hanya akan menuruti kalimat sang suaminya. Bukan lagi kakak atau anak bahkan orangtuanya."

Aku melembaskan bahu. Tubuhku lemas mendengar penuturan Arga. Bagaimana sosok wanita dengan hati malaikat seperti ibu Arga yang menjadi istri terbaik yang pernah ku dengar selama ini.


"Dan aku Nan.... aku menyadari sesuatu, bahwa alasan mengapa aku menuruti perintah papah sebelumnya. Bukan semata karena aku memang menjadi sosok penurut. Aku memang sengaja mau menjadi mimpi papah. Menjadi sosok yang papah bentuk dan inginkan. Menjadi anak yang selalu bisa papah banggakan. Tapi tanpa sadar, aku juga bergerak diam-diam menjadi kelemahan papah."

Dahiku mengernyit. Aku mengepalkan tangan, firasatku berkata sesuatu. Dan aku berharap ini semua salah.


"Iya Nan, aku jahat. Kalau aku mimpinya, kalau aku yang diinginkannya, kalau aku kebanggaanya. Maka setelah waktunya telah siap. Aku sendiri yang akan hancurin mimpi, keinginan serta kebanggaan papah. Aku akan berpaling, atau jika perlu, aku akan ngehancurin diri aku sendiri dan setelah itu semua terjadi...." Arga terdiam sesaat. "Geara, anaknya, istri sahnya, bahkan seluruh keluarga besarnya. Semua sudah terlambat."


Deg.



Sungguh... Apa selama ini ternyata semuanya memang sudah Arga rencanakan?

Apa plot twist cerita ini......



Haruskah aku hentikan?






***




a/n:



Gimana everybody plot twistnyaaaaa

Deg degan tidak eheeee...

Maafkan aku yang telat update lagi. Ayok dong jangan lupa vote dan ramaikan biar kaptennya semangat lanjut nulisss.

Jujur nulis Arga disini ada gregetan, tapi ikutan marah, tapi ikut ngerasa gak tega dan jahat tapi tapi tapiiiiiiii.....

Ya mari kita lihat ibu peri Ceisya kita akan melakukan apa.

Akhirnya berhasil juga aku menguak sisi misterius Arga yang selama ini kupendaaam. Bad boy ala ku hoho.

Oke dah see u next chapter babaiiii













Continue Reading

You'll Also Like

71.7K 239 4
bocil diharap menjauh
1.7M 151K 40
Hidup Gama seperti sebuah quote "Cintaku habis di kamu, sisanya aku hanya melanjutkan hidup." Setelah perpisahan dengan Jenia hampir sepuluh tahun y...
62.7K 3.6K 28
𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________🕳️____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...
658K 65.9K 32
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...