Gasya (End)

Por EgiIslamiantiP

20.7K 836 1

16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja... Más

Sakadar Ucapan
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Bab 62
Bab 63
Bab 64
Bab 65
Bab 66
Bab 67
Bab 68
Bab 69
Bab 70
Bab 71
Bab 73 [End]

Bab 72

280 4 0
Por EgiIslamiantiP

Selamat membaca ...

________


Emm emm emmm

Bunyi erangan terdengar dari mulut seorang Rasya yang kini sedang duduk di kursi. Dengan mulut yang disumpal oleh sapu tangan, juga badan yang terikat di kursi tersebut.

Sedari tadi badannya tak bisa diam, agar bisa dibuka-kan ikatan serta sumpalan di mulutnya.

Seorang perempuan--- yang kini sedang tersenyum licik itu--- hanya berdiri sambil bersandar di tembok. Dengan tangan yang bersidekap dada, juga matanya yang penuh akan kilatan amarah.

Emm emm emmm

Suara tawa menggema di ruangan tersebut. Ya, si perempuan yang berdiri itu pelakunya. Bagi perempuan itu, ini baru permulaan.

"Tolol!" ungkap perempuan itu.

Kemudian jari telunjuk serta jari tengahnya mengapit sebatang rokok dan mulai mematiknya. Melirik ke arah Rasya sebentar, lalu mulai menghisap benda nikotin itu dengan penuh nikmat.

"Gue tahu, sekarang didalam perut lo itu ada calon bayi. Tau gak? Gue sebenernya males berurusan lagi dengan lo. Tapi ... karena ada hubungannya dengan Bagas, ya gue harus bertindak. Gue juga mau bales dendam sama lo, karena gue dijauhin sama satu sekolah, dan lo udah bawa pengaruh Prita dan Zeva keluar dari pertemanan gue."

Rasya terdiam kala perempuan itu berkata demikian. Yang ia pikirkan sekarang ini ialah keselamatannya juga calon bayinya. Perasaannya was-was bukan main, ia tidak ingin calon bayinya kenapa-kenapa. Ia takut jika perempuan itu bertindak hal yang mengerikan.

Beberapa menit telah berlalu, perempuan itu sudah menghabiskan sebatang rokoknya. Kini langkahnya maju menghampiri sang korban, yaitu Rasya.

Tangan kanannya mengapit pipi Rasya dan menekannya cukup kencang.

"Kalo gue gak bisa dapetin Bagas, lo juga harusnya gak bisa. Dan dengan ini, gue ingin menghabisi lo. Oh ok ralat, gue mungkin akan tetap membiarkan lo hidup, tapi dengan bayang-bayang menakutkan. Tahu apa?"

Perempuan itu melepaskan tangannya dan mulai mengitari Rasya yang masih terduduk di kursi. Kemudian dia mulai berkata kembali, "Calon bayi lo harus lenyap." Suara tawa menggema kembali di ruangan itu. Terlihat bahagia sekali perempuan itu dengan ucapannya.

Rasya menitikan air mata kala perkataan tadi, juga yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Ia mulai menggeram dari mulutnya yang masih tersumpal. Badannya ia gerakkan untuk minta dilepaskan. Ia tidak ingin calon bayinya dilenyapkan begitu saja. Calon bayi yang tidak berdosa ini harus tetap hidup hingga dia terlahir ke dunia.

***

Pletak

Suara pintu seperti terlempar oleh batu itu terdengar di telinga perempuan licik itu.

Ruangan ini kedap suara, jadi tidak terdengar apapun keadaan dari luar. Tapi suara batu yang terlempar ke arah pintu membuat perempuan itu mengalihkan pandangannya. Karena suaranya cukup kencang.

Pelaku si pelempar batu hanya tersenyum. Akhirnya ia berhasil untuk memancing orang yang ada di dalam.

Doni dan Farhan berada di himpitan tembok yang terhubung pada lorong kamar. Mereka sengaja berada di sana, agar nanti tidak susah untuk menangkap pelakunya.

Sementara Rere, menunggu si pelaku keluar dari kamar tersebut. Dia juga yang melempar batu tadi, ini pure idenya sendiri.

Farhan sudah menghubungi Bagas agar segera ke lantai atas. Tadi Bagas mencari di seluruh ruangan lantai bawah bersama dua bodyguard papahnya itu, tapi ternyata tidak ada tanda-tanda apapun. Setelah mendapat keterangan dari Farhan, ia langsung menghubungi Polisi agar segera ke tempat ini. Dua bodyguard yang ikut bersama Bagas juga tidak lupa memberitahukan, agar nanti jika ada Polisi yang datang, untuk segera menyambutnya dan masuk ke dalam.

Ceklek

Suara pintu terdengar terbuka. Ia melihat sosok Rere yang kini sedang tersenyum, sambil membawa kamera dan mengambil gambarnya. Jujur, itu Rere hanya iseng sebenarnya.

"Ngapain anjir lo ke sini? Mau gue ikat juga sama sahabat tolol, lo itu, hah?"

Rere mengepalkan tangannya dan segera menendang tulang kering perempuan itu.

"Mampus!" ujar Rere.

Doni dan Farhan segera keluar dari persembunyiannya. Doni menutupi kepala perempuan itu dengan kain sarung yang ia temui di lantai bawah, sementara Farhan mengikat badannya menggunakan tali pramuka yang ia selalu bawa di dalam tasnya. Kebetulan tadi dia nitip untuk dibawa ke dalam tas Rere, jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Dan ternyata sangat bermanfaat untuk saat ini.

Rere langsung masuk ke dalam dan segera menemukan Rasya dengan keadaan yang kusut. Berlari dan menghampirinya, lalu melepaskan sumpalan yang ada di mulutnya. Rere memeluk Rasya dan mengusap kepalanya dengan lembut.

"Lo tenang ya, Sya. Lo baik-baik aja."

Setelah itu Rere segera membuka tali yang mengikat tubuh Rasya sepenuhnya di kursi.

"Lo aman, Sya. Bagas sebentar lagi ke atas, kok." Rere membawa Rasya berdiri dan merangkulnya.

Doni dan Farhan masuk dan menggeletakkan perempuan itu di bawah begitu saja. Dengan tubuh yang meronta-ronta minta dilepaskan.

"Woy, bangsat! Bukain ini kain yang ada di kepala gue." Suara perempuan itu tidak di indahkan oleh mereka. Bahkan dengan santainya Doni mengambil gambar perempuan itu sambil terkekeh geli.

"Cakep anjir, tampilan lo kaya gini. Muka lo kan gak kelihatan tuh, gue post ya di instagram." Doni sengaja meledek perempuan itu, padahal itu cuma omong kosong. Mana mau dia post si pelaku begitu saja.

"Rasya." Suara Bagas menggema di ruangan itu. Bagas berlari dan mengambil alih Rasya dari rangkulan Rere.

Bagas memeluk Rasya erat dan mengecup puncuk kepalanya berulang-ulang kali. Ia juga tak lupa untuk mengucapkan kata maaf disela-sela pelukannya.

Rasya menangis di pelukan Bagas. Ia merasa bersalah akan tindakannya yang ceroboh. Ia juga merasa bodoh karena berhasil dibohongi begitu saja.

Farhan menghampiri Bagas. Ia membisikkan sesuatu yang membuat Bagas mengumpat dalam hati. Giginya pun ikut bergemeletuk.

"Gak kapok juga lo ya ternyata." Bagas berujar dengan sedikit berteriak.

Rasya mendongak menatap Bagas. Kini pelukannya ia lepas, tapi tangannya tak lepas dari lengan Bagas.

"Kesekian kalinya lo buat masalah sama gue."

Bagas menitah Doni untuk melepaskan penutup kepalanya. Saat dibuka, perempuan itu langsung meludah ke sembarang arah.

"Heh, ini juga gara-gara cewek lo. Coba aja kalau dia gak ngadu atas kejadian itu, pasti gue gak jadi omongan satu sekolah."

"Dihh, itu mah derita lo. Siapa suruh berbuat jahat? Lagian itu udah jadi konsekuensinya, lo yang berbuat lo juga yang harus bertanggung jawab. Masih untung pada saat itu pihak sekolah masih memberi konpensasi untuk lo bertahan di sekolah sampai lulus. Mungkin kalau sekolah lain, lo udah di DO saat itu juga." Rere mengeluarkan uneg-unegnya pada perempuan itu.

Tak lama dari itu, dua bodyguard tadi masuk ke dalam beserta dua orang polisi.

Sebenarnya ada delapan polisi yang datang, tapi yang enam ada di bawah, mengurus korban pingsan, penjaga tadi di dalam.

***

Pelaku di bawa ke kantor Polisi serta dimintai keterangan, atas kasus penculikan.

Bagas dan Rasya merasa lega dengan adanya kepolisian yang mengurus ini. Juga para korban si penjaga dalam rumah itu, di bawa semua. Usut punya usut mereka ternyata punya kasus lain.

Mereka semua bubar dari tempat itu dan segera menuju mobil. Terlebih Rasya yang masih sangat shock dengan kejadian itu, membuat keadaannya sedikit lemah.

Mereka meninggalkan pekarangan rumah itu dan keluar menuju jalanan ramai.

Bagas mencoba menenangkan Rasya, dengan berhenti di minimarket sejenak, lalu membeli air mineral serta roti.

"Nih, kamu minum dulu. Habis itu dimakan rotinya, ya." Bagas berucap seraya mengusap puncuk kepala Rasya. Dan Rasya pun mengangguk juga segera minum dan memakan rotinya hingga habis. Kebetulan ia memang sangat lapar, apalagi keadaannya sekarang sedang mengandung.

Setelah menghabiskan makanan serta minuman, Rasya dan Bagas menuju rumah. Di karenakan masih ada rasa trauma yang dialami Rasya, saat kejadian tadi.

Doni, Farhan, Rere, serta dua bodyguard menuju tempat kepolisian.
Sedangkan sepuluh bodyguard yang lain, sudah pulang dan menuju rumah Frans.

Saat sampai di sana, si pelaku sedang dimintai keterangan atas kasus penculikan, serta beberpa penjaga  suruhannya.

Doni, Farhan, dan Rere masuk ke sana untuk menjadi saksi. Juga dimintai keterangan jika Rasya disekap di tempat ruangan kedap suara di rumah itu.

"Saya tidak bersalah, lagi pula ... dianya aja yang bego, mau-maunya ditipu sama saya."

Rere berdiri dan menyuarakan suaranya. "Heh, udah tahu salah, masih aja ngelak. Sok-sokan nyalahin orang pula, jelas-jelas lo memang salah." Kemudian Rere duduk kembali, dengan Farhan yang menenangkannya.

Ada keterangan dari orang suruhan si pelaku, atas kasus obat-obatan terlarang dalam bentuk narkotika. Ternyata si pelaku dan para suruhannya ialah pengedar serta pemakai narkoba. Dan itu membuat Doni, Farhan, dan Rere cukup terkejut, karena telah mengetahui fakta satu itu.

Kebetulan juga, bukti obat narkoba tersebut ditemukan oleh dua bodyguard Frans tadi. Mereka sengaja diam-diam tanpa memberitahu siapapun sebelum sampai ke pihak Polisi. Karena supaya lebih aman saja.

Setelah cukup keterangan serta bukti, dua bodyguard, Doni, Farhan, dan Rere segera pamit. Mereka juga tak lupa untuk berterima kasih pada kepolisian telah mengusut kasus ini sampai selesai.

Ada sekitar dua jam, pemeriksaan tersebut berlanjut, hingga semua pelaku dijebloskan ke tahanan.

Satu pelaku utama yang membuat mereka muak bukan main. Dia bernama, Jihan Farisa. Mantan sahabat dari Prita dan Zevanya.

Ternyata dari ketiga itu, yang paling licik ialah Jihan. Dia yang selalu ingin membuat orang yang disekitarnya hancur dengan tangannya sendiri.

Dan sebenarnya dia juga yang membawa pengaruh Zeva yang suka mabuk. Untung saja, Zeva tidak pernah jadi pemakai, kalau sampai jadi, entah bagaimana kehidupannya.

Jika seorang Prita, jangan ditanya, dialah teman paling baik dan tidak terlalu berpengaruh akan omongan Jihan. Meskipun terkadang dititah untuk berbuat jahat, pasti penyesalanlah yang dia dapat, juga keesokannya meminta maaf pada sang korban dengan cara diam-diam.

________

Ini aku gak tahu, kenapa jadi ngulur banget buat ending 😌

Alurnya juga jadi makin ngaco ya makin ke sini. Tapi ini beneran selesai kok konfliknya, udah sampai sini aja gak lagi-lagi. Karena bener-bener pengen selesai di cerita ini.

And btw, sorry banget up nya juga selalu lama 🙏

Terima kasih juga karena masih mau baca dan memberi suara hingga part ini.

Tunggu di part selanjutnya ...

Thank you ❤

Seguir leyendo

También te gustarán

326K 28.8K 44
Kalau bicara soal LDR pasti banyak orang yang tidak percaya dengan hubungan LDR, sebenarnya LDR itu bukan cuma perihal jarak, bukan cuma soal jauh da...
651K 26.7K 36
BUGH! "aduhh" sontak pria berpostur tubuh tinggi nan tegap yang sedari tadi tengah berjalan santai sambil melepas benda kecil berwarna putih yang me...
163K 9.4K 56
#AgasaDKKSeries2 Ini tentang Devon yang dijodohkan dengan Anya, si cinta pertama sekaligus luka pertamanya. Anya adalah orang yang membuat Devon menj...
176K 38K 65
Will Always Be You "Aku?! Menikah?! Hell, no!" ‐-------------- Bertemu, dijodohkan kemudian saling mencintai dan akhirnya hidup bahagia dengan menika...