Gasya (End)

By EgiIslamiantiP

22.3K 880 1

16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja... More

Sakadar Ucapan
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Bab 62
Bab 63
Bab 64
Bab 65
Bab 66
Bab 67
Bab 68
Bab 69
Bab 70
Bab 71
Bab 72
Bab 73 [End]

Bab 47

217 6 0
By EgiIslamiantiP

Bahagiaku kian bertambah, ketika bertemu denganmu kembali.
Kamu yang dulu aku campakkan, kamu yang dulu aku hiraukan. Dan sekarang aku ingin bertanya padamu, bisakah kita mengulang kembali hubungan yang dulu sempat hancur?
Aku masih menginginkanmu, saat ini, dan sampai kapan pun.

^Queena Adeline^

________


Cuaca pagi ini sangat cerah. Sinar matahari saja sudah menyilaukan bumi. Banyak dari murid-murid yang berlalu lalang mengernyit mata menyipit, atau bahkan menutup kepalanya menggunakan tangan.

Seorang Fathur Geofahri, baru saja turun dari motornya. Ketika hendak berjalan, langkahnya berhenti akibat cekalan di tangannya.

Fathur menoleh pada sang pelaku dan menghela nafas sebentar. "Ada perlu?"

"Istirahat nanti, ke kantin berdua, ya. Soalnya ada yang mau aku bicarain sama kamu, penting. Ini menyangkut aku dan kamu, juga alasan kenapa aku hilang dan kembali." Setelah mengatakan itu, dia melepas cekalannya pada Fathur dan segera melangkah pergi.

Tapi ketika hendak melangkah, namanya terpanggil dan membuat dirinya menoleh.

"Queena."

"Ya?"

"Aku harap apa yang kamu bicarain nanti, gak akan buat aku kecewa untuk kedua kalinya." Fathur segera melangkah meninggalkan Queena yang tersenyum nanar. Ia akui jika ini salahnya. Tapi ... jika Fathur mendengarkan semua penjelasan darinya, apakah masih mau memafkannya? Apa dia akan semakin kecewa?

Queena menggelengkan kepala akibat segala pemikirannya itu. Ia pun segera pergi dari area parkir menuju kelas.

***

"Psst, Gas. Bagi-bagi dong jawabannya," ujar Doni berbisik pada Bagas.

Ya, di kelas mereka sedang melaksanakan ulangan harian, dengan sepuluh soal. Banyak dari mereka yang mengumpat karena lupa belajar, juga ada yang sudah belajar tapi tidak masuk ke otak dan lupa atas jawaban dari soal-soal tersebut.

"Salah siapa gak belajar?" ucap Bagas sekaligus menyindir sahabatnya itu dengan berbisik.

"Ck, gitu banget lo. Gue udah belajar kok, tapi otak gue gak sampe. Nih masih ada 5 soal lagi yang belum gue isi. Please!" Doni memohon pada Bagas supaya di beri contekan. Bagas yang ada di sampingnya pun mendengus kesal. Bagas mulai melirik guru di depan, mewanti-wanti agar tidak ketahuan. Kemudian kertas itu di geser ke tengah antara dirinya dan Doni.

"Cepet salin, kalo ketahuan, bisa mampus!" Doni pun segera menyalin jawaban yang ada pada kertas milik Bagas. Untung saja Bagas sudah semua, jadi dia bisa santai sambil pandangannya menghadap depan. Takut-takut jika sang guru memergoki mereka berdua.

Setelah beberapa menit kemudian bel istirahat berbunyi. Semua murid bernafas lega karena pelajaran telah berakhir. Tadi itu pelajaran matematika, di tambah ulangan juga, membuat kepala mereka mengepul tak karuan.

"Yuk, kantin!" ajak Rere pada Rasya. Kemudian Rasya bangkit tak lupa di ikuti oleh Bagas, Doni, dan Farhan. Persahabatan mereka benar-benar erat. Banyak tatapan iri dan memuja pada mereka.

Kali ini Rere dan Farhan yang memesan makanan. Sementara Doni, Rasya, dan Bagas menunggu di meja kantin tengah, kebetulan hanya itu yang kosong.

Beberapa saat kemudian, Rere dan Farhan kembali. Mereka mulai menyantap makanannya dengan sunyi.

"Woah, mereka udah bertemu dan akrab kembali." Rere berujar seraya matanya melihat dua orang berlawan jenis sedang berbincang di tengah ramainya kantin.

"Kaya-nya bakal ada yang balikan, deh," imbuh Doni.

Gue rasa tebakan gue bener, kalau lo masih stuck di dia. Rasya berujar dalam hati, karena ia tidak mungkin mengungkapkan itu di hadapan sahabat-sahabatnya, di tambah ada Bagas di sini. Bisa-bisa ia di introgasi habis-habisan oleh Bagas.

***

"Banyak hal yang aku lakukan dalam kepergian aku, Thur."

"Apa? Cari cowok lain? Kata kamu kan udah bosan dan gak bisa LDR."

"Bukan, bukan itu. Tapi ...."

"BANGSAT!"

Bugh

"Fuck!" umpat Fathur.

Saat mereka baru saja ingin berbincang hal yang penting, tiba-tiba saja ada yang berkata kasar dan meninju Fathur hingga tersungkur.

"Lo apain adek gue, ANJING!"

"Apa maksud, lo?" tanya Fathur mencoba untuk memakai nada rendah.

"Adek gue hampir mati gara-gara lo!"

"Itu bukan karena gue, tapi gara-gara salah satu geng Xavir. Gak usah libatin masalah itu disini, sekarang lo pergi!"

"Gue masih gak terima, ya. Karena lo juga masuk dalam geng motor, gue perlu bukti kalau bukan anak geng lo yang buat ulah." Siswa itu pun pergi dengan amarah yang masih berapi-api.

Banyak tatapan aneh dari mereka semua. Penuh bisik-bisik, raut terkejut dan tidak menyangka dengan semua itu. Mungkin sebagian ada yang tidak peduli tentang hal ini. Tapi untuk penggemar Fathur? Jangan harap mereka mengabaikan, justru mereka memasang telinga dengan sangat-sangat tajam.

Semua murid kecewa terhadap Fathur. Selama ini mereka tidak tahu jika Fathur ikut dalam geng motor. Dia terkenal dengan reputasi baik di sekolah.

Fathur memandang mereka semua dengan sinis. Ini lah yang di dapat jika dirinya terungkap. Ia yakin setelah itu banyak yang memandang remeh dirinya, banyak yang bilang jika dirinya munafik dan selalu memakai topeng di sekolah.

Mengelap sudut bibir yang terdapat bercak darah menggunakan ibu jari-nya. Kemudian mengapit tangan Queena dan berjalan meninggalkan kantin dengan suasana yang menegangkan.

Queena yang berada di samping Fathur masih terkejut akan kejadian tadi. Ia tidak menyangka jika Fathur ikut dalam geng motor. Luka lebam yang terdapat di sudut bibir Fathur, membuatnya meringis. Ia yakin jika itu sakit.

Queena menitah Fathur untuk mengikutinya ke ruang unit kesehatan. Saat sudah sampai di sana, Queena membersihkan luka Fathur dengan telaten.

"Selesai," ujar Queena setelah selesai mengobati Fathur.

"Banyak hal yang gak aku tahu, setelah kepergian aku, Thur. Kamu banyak berubah."

"Karena, kamu." Fathur menjawab dengan tenang.

"Segitu berpengaruhnya, aku?"

"Sangat. Kamu masih hutang cerita sama aku, Eline. Nanti pulang sekolah, ikut aku." Queena mengangguk kala mendapatkan ucapan seperti itu.

Tak lama kemudian mereka keluar dan menuju kelas masing-masing.

***

"Sya, anter gue ke kantor dulu yuk!" Rasya mengangguk dan mengambil sebagian buku tulis di meja mereka. Ya, tadi ada tugas dan langsung di kumpulkan. Maka dari itu mereka berdua ingin menyerahkan bukunya ke kantor, untuk di periksa oleh guru mereka tadi.

"Rere, Rasya. Gue sama Bagas tunggu di parkiran, ya," ujar Farhan sambil berjalan mengikuti mereka berdua dari belakang.

"Mau aku bantu?" tanya Bagas.

"Gak usah sayang, aku kuat kok bawa buku ini." Bagas pun mengangguk atas jawaban Rasya yang menolak untuk di bantu olehnya.

Setelah sampai di koridor bawah, Rasya dan Rere berjalan lurus menuju lorong di mana ruang guru berada. Sementara Fathur dan Farhan menuju parkiran. Kemana Doni? Tadi Doni sudah pulang duluan. Saat bel pulang berbunyi, dia langsung buru-buru keluar, lantaran sudah ada janji dengan gebetan. Begitu sih katanya.

Rasya, Rere, Bagas, dan Farhan tersenyum penuh arti saat Doni berucap seperti itu. Sepertinya gelar jomblo sebentar lagi sudah tidak tersemat dalam diri Doni.

"Makasih ya, Rasya, Rere. Sudah di bawakan bukunya."

"Sama-sama, Bu. Kalau gitu, kami permisi." Rasya dan Rere keluar dari ruang guru tersebut.

"Sya, lo kaget gak, pas tahu Fathur ikut dalam geng motor?" tanya Rere di saat mereka berjalan menuju parkiran.

"Banget, Re. Tapi kan dari awal gue tahu kalau dia bahaya, berkat lo dan Bagas yang kasih tahu gue. Sayang-nya pada saat itu gue gak tahu bahaya dalam hal apa. Dan gue juga gak tahu, seberapa banyak dia menutupi bahaya-bahaya yang lain lagi. Karena gue pikir rahasianya bukan cuma hal itu aja, mungkin masih banyak rahasia yang menurutnya itu privasi."

Rere mengangguk-anggukan kepala saja atas penjelasan Rasya. Satu hal yang belum Rasya dan semua murid di sekolahnya tahu, jika Fathur dan Rio itu punya ikatan yang kuat.

***

Di sebuah kafe, terdapat pasangan berlawan jenis sedang berbincang serius. Saling menatap dengan penuh penasaran akan hal kehidupan masing-masing.

"Jadi ... apa yang mau kamu jelaskan?"

"Kamu masih ingat, saat kita jalan seharian, sebelum aku pergi?"

"Iya, aku inget, lalu?"

"Saat kepala aku pusing tiba-tiba, dan perut aku ngerasa sakit banget."

"Iya."

"Aku bilang itu hanya sakit lambung biasa, padahal ...."

"Padahal apa?"

"Aku terkena penyakit gagal ginjal. Saat itu aku kambuh lagi, rasanya pengen nyerah aja sama hidup. Setiap hari harus bulak-balik Rumah Sakit untuk cuci darah. Aku capek banget, Thur. Sampai akhirnya, om aku saranin supaya aku di bawa ke Rumah Sakit yang ada di Jerman. Kebetulan di sana ada temen om aku. Bunda sama Ayah setuju atas usul om aku. Selama berbulan-bulan, aku menunggu kapan hari bahagia aku tiba, bahagia yang sebenarnya. Aku mau seperti orang kebanyakan, yang bisa aktif ke sana dan ke sini. Setelah satu tahun tiga bulan, aku di nyatakan sembuh. Ternyata ada kerusakan fatal di salah satu ginjal aku. Di situ aku di suruh operasi, sampai ada yang donorin ginjal-nya untuk aku. Dia baik banget, sangat baik. Tapi saat aku selesai operasi dan di nyatakan sembuh, dia meninggal. Karena ternyata ... dia hanya memiliki satu ginjal, dan itu di donor-in ke aku. Itu alasan kenapa aku bilang putus dan gak bisa LDR ke kamu."

Fathur yang mendengarkan dengan serius dari awal hingga akhir kalimat sangat terkejut. Bahkan ia tidak berpikir ke hal itu. Yang ia tahu Queena bosan dan tidak bisa LDR, karena harus ke luar Negeri.

"Eline, a-- aku ... aku gak tahu kalau ini alasannya." Kemudian Fathur menggenggam tangan Queena dengan erat. Membawa telapak tangan milik Queena ke wajah Fathur. Seperti menggenggam ke-dua pipi.

Queena tak kuasa menahan air matanya, ia menangis akibat respon Fathur.

"Hey, sstt, don't cry baby. Aku disini, akan tetap disini. Kemarin aku sempat salah mengartikan perasaan pada orang lain. Tapi setelah kedatangan kamu ... aku tahu arti dari semuanya. I don't want you to go again." Queena mengangguk dan tersenyum pada Fathur.

"Aku mau tanya sama kamu. Kalau aku minta hubungan kita di perbaiki, kamu mau? Aku mau mulai dari awal lagi sama kamu, apa kamu sanggup?"

Fathur memandang gadis di hadapannya. Ia gemas, sangat gemas.

"I'm still waiting for you, until now. You're my everything. You're my queen, and you're still in my heart, Eline-nya Fathur."

Queena tersenyum lega, ia tidak akan kehilangan Fathur kembali. Ia sudah menemukan cinta-nya. Queena milik Fathur dan Fathur milik Queena. Tak ada kata pisah di antara mereka. Kini mereka benar-benar sudah menyatu dalam ikatan cinta yang sempat tertunda.

________

Hey yoo, I'm back :)

Di part ini khusus untuk Fathur ya, jadi maaf kalau adegan Bagas dan Rasya hanya sedikit.

By the way, makasih yaw yang sudah respon baik dalam ceritaku. And my readers, love love love. Makasih juga untuk vote-nya 😊

See you in the next part ...

Thank you ❤

Continue Reading

You'll Also Like

1K 71 11
Kisah cinta Davion Adelard dan Keyra Edelsteen setelah mereka kembali bersama ❤
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 251K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
405K 17.7K 60
[COMPLETED] Dari ulah momsky buat hidup gue berubah - Naira Alamatika Tapi memang lo yang terbaik buat gue Nai - dr. Nearlend Alanda. Sp.OG Naira Ala...
13M 628K 42
"Tidak ada yang salah denganmu, Kau cantik... tapi aku tidak mencintaimu." Kinara Arabela tidak pernah menyangka jika pernikahannya hanya sebatas sta...