DOSENKU MANTANKU [SUDAH TERBI...

By Chichkenwink

2M 122K 4K

APA LIAT-LIAT? SINI MAMPIR! [π…πŽπ‹π‹πŽπ– 𝐃𝐔𝐋𝐔 π’π„ππ„π‹π”πŒ 𝐁𝐀𝐂𝐀!] [ NOTE. SEBAGIAN PART DI HAPUS U... More

Episode 01 - Dunia Yang Sempit
Episode 02 - Jalur Langit
Episode 04 - Bocil Keramat
Episode 05 - Semua Butuh Proses
Episode 06 - Dukungan Anggita Untuk Reza
Episode 07 - Malam Minggu Pertama
Episode 08 - Inncer Child
Episode 09 - Libur Tahunan Kampus
Episode 10 - Bogor Dan Kamu
Episode 11 - Perihal Sisca Datang Bulan
Episode 12 - Dua Tuhan dan Satu perasaan
Episode 13 - Semakin Curiga
Episode 14. Pengakuan Adinda
Episode 15 - Datang Kembali
Episode 16 - Hari Tanpa Jokes
Episode 17 - Reza Vs Elga
Episode 18 - Flashback
Episode 19 - Nugas Bareng
Episode 20 - Cemburu Dan Egois
Episode 21 - BTS Meal
Episode 22 - Jamal Dan Shinta
Episode 23 - Perihal Gofood
Episode 24 - Berantakan
Episode 25 - Mira Dan Gio Pacaran?
Episode 26 - Pendengar Yang Baik
Episode 27 - Bertemu Bunda
Episode 28 - Jangan Harap
Episode 29 - Perihal Proposal
Episode 30 - Pengakuan Eghi
Episode 31 - Perayaan 17 Agustus
Episode 32 - Perselisihan Dua Saudara Tiri
Episode 33 - Zenia
Episode 34 - Lagi
Episode 35 - Sasya Vs Zenia
Episode 36 - Penyelamat
Episode 37 - Sakit
Episode 38 - Menjenguk Adinda
Episode 39 - Sisi Lain Ryan
Episode 40
Episode 41 - Mimpi
Episode 42 - Resmi Bercerai
Episode 43 - Kejelasan Hubungan
Episode 44 - Happy New Year!
Episode 45 - Tahun Baru & Lembaran Baru
Episode 46 - Jadi, Kita Ini Apa?
Episode 47 - Resah
Episode 48 - Permintaan Maaf Elga & Penjelasan Zenia
Episode 49 - Baikan
Episode 50 - Sah
DOSENKU MANTANKU, OTW TERBIT!!!
PAKET DOSENKU MANTANKU πŸ”₯
spoiler isi novelπŸ™ˆ

Episode 03 - Maaf Dan Penyesalan

67.4K 4.9K 264
By Chichkenwink

Enjoy guys and budidayakan vote dulu sebelum membaca besti!!!

*N. Kalau ada typo atau salah ketik koment aja ya luvvie!

NOTE. call me win, not author!

Sebelum lanjut baca. Aku mau tanya sama luvvie nih!

Jawab ya!

1. Warna kesukaan besti?

2. Makanan kesukaan besti?

Koment ya😠

• • • • •

Episode 03 - Maaf dan penyesalan

"Tuhan menciptakan sebuah penyesalan supaya manusia sadar, bahwa sesuatu hal tidak bisa datang atau di ulangi untuk kedua kalinya."

• • • • •

Sudah direvisi✅

Keesokan harinya, Adinda kembali terbangun tepat pada jam enam pagi. Tak menunggu apa-apa lagi, Adinda langsung bergegas untuk mengambil handuk dan berjalan memasuki kamar mandi yang terletak didalam kamarnya untuk segera mandi.

Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit untuk mandi, memakai baju juga merapihkan kamarnya. Adinda langsung berjalan keluar dari kamarnya dengan tas yang di gendongnya di samping pundak. Adinda berjalan menuruni tangga dan langsung berjalan menuju meja makan.

"Adinda hari ini berangkat di antar papah ya sayang," ucap Anggita.

Adinda mengangguk lalu terduduk di kursi kosong samping Aibil.

"Ya sudah, kamu selesaikan dulu sarapannya, papah mau ngopi sebentar di depan teras," ujar Ibnu, papah dari Adinda.

Adinda mengangguk. "Iya pah." sahutnya. Setelah itu Ibnu berjalan pergi dari ruang makan dengan secangkir kopi yang di bawanya keluar rumah.

"Yaelah. Udah, berangkat bareng mas dosen aja," goda Aibil yang mulai mengompori Adinda yang terlihat masih tenang dan adem.

Mendengar ucapan Aibil membuat hati tenangnya langsung terkecoh dan hawanya langsung panas. Adinda menatap tajam Aibil. "Apaan sih lo, bahasnya dia mulu." dengus Adinda.

"Dih, sejak kapan gue bahas dia? perasaan baru kemarin gue bahas dia," sahut Aibil tak mau kalah.

Adinda memutar bola matanya malas, lalu mengunyah roti buatan sang mamah dengan wajah masam dan juga mengunyahnya paksa. "Adinda berangkat." pamit Adinda sembari bersalaman kepada Anggita.

"Heh, gak salaman sama gue, lo?" tanya Aibil menatap Adinda tak habis pikir.

"Harus banget ya?! Lo mah gak penting!" jawab Adinda ketus dengan wajah jutek. Kemudian, Adinda berjalan keluar rumah menghampiri sang papah.

"Dih, songong banget. Biarin aja nanti gak gue kasih restu sama si Reza," cibir Aibil bergumam.

Aibil meringis saat mendapatkan pukulan pelan dari Anggita. "Hush, mulut kamu ya!" omel Anggita sedang Aibil hanya cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

-DM-

Sesampainya Adinda di kampus. Sebelum turun dari mobil Adinda tak lupa bersalaman dan berpamitan kepada sang papah.

"Pah, Adinda kuliah dulu ya," pamit Adinda sembari bersalaman kepada Ibnu.

Ibnu mengangguk. "Iya. Kuliah yang benar dan rajin ya," ucap Ibnu dan Adinda menganggukkan kepalanya.

"Papah bawa mobilnya hati-hati ya."

Ibnu tersenyum lalu mengangguk. Setelah itu Adinda dengan segera langsung membuka pintu mobil dan turun dari mobil lalu menutupnya kembali. Setelah itu Adinda berjalan memasuki area kampusnya.

Adinda mendengus pelan, sepertinya dia telat masuk melihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi lain sudah berada di dalam ruang kelas dengan seorang dosen yang berdiri di hadapan mereka untuk mengajar mereka.

Karena jalanan cukup macet itu yang menjadikan Adinda telat untuk sampai di tempat kampus tepat waktu. Adinda berjalan dengan terburu-buru menuju gedung fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saat sudah sampai di gedung itu, perlahan-lahan Adinda berjalan pelan menyusuri koridor. Sedikit malu, saat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang berada di dalam kelas langsung menatap ke arahnya.

Sebelum memasuki kelasnya, Adinda mengintip sebentar sebelum masuk, memeriksa apakah di dalam sudah ada Reza atau belum.

"Ngapain ngintip-ngintip begitu?"

Adinda membulatkan matanya, tubuhnya terasa tegang saat mendengar suara Reza dari dalam kelas yang sepertinya berjalan keluar dari kelas untuk menghampirinya.

Dengan segera Adinda langsung memundurkan langkahnya dan beberapa kali Adinda menepuk-nepuk jidatnya.

"Bodoh banget sih Adinda!" maki Adinda kepada dirinya sendiri.

Dan benar saja saat Adinda memberanikan dirinya untuk menengok ke arah depan pintu masuk ruangan kelasnya, benar saja Reza sudah berdiri di sana dengan senyuman sembari memasukan telapak tangannya ke dalam saku celananya.

Adinda tersenyum malu ke arah Reza, sedangkan didalam kelas teman-temannya tampak terkikik pelan melihat Adinda dan dosennya itu.

"Maaf ya pak. Saya telat," ucap Adinda dengan senyuman melas.

Reza tersenyum ke arah Adinda. "Kenapa telat?"

"Jalanan cukup macet hari ini pak," jawab Adinda.

"Owh." tanpa ekspresi apapun lagi Reza langsung berjalan memasuki kelas lagi meninggalkan Adinda yang tampak kebingungan. Bingung harus masuk atau tetap di sana, karena tak ada suruhan dari Reza untuk masuk ke dalam kelas.

"Ah, masuk aja, lah," ucapnya dalam hati sembari berjalan memasuki kelas. Namun langkahnya terhenti saat Reza buka mulut.

"Siapa suruh masuk?" Reza menatap Adinda datar membuat gadis itu berdecak, ada rasa ingin melempar sepatunya ke arah dosen yang di kagumi oleh seluruh mahasiswi Universitas Pancasila itu.

"Y-ya saya mau duduk pak," sahut Adinda kekeh.

"Emang saya nyuruh kamu masuk?"

Adinda mengepalkan ke dua tangannya, menatap Reza dengan tatapan yang tajam, namun Adinda berusaha untuk menahan emosinya agar tidak terbawa suasana dengan ekspresi menyebalkan dari Reza.

"Terus saya harus ngapain dong pak?" tanya Adinda dengan wajah memelas, berharap agar Reza membiarkannya untuk duduk.

"Tas saya ketinggalan di ruangan dosen, ambilin dulu sana. Baru kamu boleh duduk," jawab Reza membuat mata Adinda membulat sempurna.

Adinda mengepalkan kedua tangannya kencang-kencang, sungguh. Boleh gak sih kalau Adinda sekarang lempar sepatu yang dia pakai ke arah pak dosen?

"Bilang aja, sengaja kan lo mau buat gue kesel," gerutu Adinda dalam hati.

Walaupun merasa kesal, Adinda tidak marah-marah. Gadis itu tersenyum manis lalu menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Iya pak Reza, tas aja pak yang saya ambilkan? Gak ada yang lain pak?"

Reza terdiam berpikir. "Ada deh, tolong beliin saya minuman di kantin kampus ya. Es teh manis satu!" seru Reza membuat Adinda semakin menggerutu dalam hati.

Adinda mengangguk. "Baik pak Reza, saya ambilkan ya pak. Di tunggu," ucap Adinda dengan senyuman.

Reza tersenyum. "Iya Adinda," sahut Reza menatap Adinda jahil sedangkan Adinda langsung membalikan tubuhnya dan berjalan pergi dari sana.

Berbeda dengan para mahasiswa dan mahasiswi di kelasnya yang hanya menatap Reza dan Adinda secara bergantian.

"Cailah," baper Shinta melihat interaksi Adinda dan dosennya barusan. "Kayak di film-film ya mereka," puji Shinta.

Sisca mengangguk. "Benar banget lagi lo. Lucu deh," sahut Sisca setuju.

Di sisi lain, Adinda yang tengah berjalan di koridor menuju ruang dosen tengah menghentakkan kakinya, merasa kesal dengan Reza yang bersikap menyebalkan.

"Nyebelin banget si tuh orang! Kenapa gue harus ketemu sama dia lagi?!" gerutu Adinda heran sembari menggaruk rambutnya frustasi.

"Apa-apa gue mulu yang di suruh, nyebelin banget,"

"Lagian lo juga, kenapa telat, sih, Adinda," gumam Adinda.

"Alah. Mau telat atau engga, dia pasti bakalan tetap nyuruh gue!" kesal Adinda. Gadis itu jadi marah-marah sendirian sepanjang jalan untuk melampiaskan kekesalannya kepada Reza.

Sesampainya diruangan dosen Adinda berdecak kesal karena pintunya dikunci dan Adinda tidak bisa masuk, apakah Reza sedang mengerjainya? Adinda kemudian berbalik arah dan mendapati Reza yang berdiri di belakangnya hingga membuat dirinya terkejut dan refleks berteriak.

"AAAA!" teriak Adinda.

"Astaghfirullah pak! Di kira setan," Adinda mengelus-elus dadanya.

"Ganteng gini di kira setan?"

"Apaan sih."


Reza terkekeh. "Maaf, aku lupa kalau kantor dosen kan di kunci. Kamu tunggu di sini sebentar aku bakal bukain pintunya dan setelah itu kamu masuk ke dalam ambilin tas aku," ujar Reza kemudian dia menyantolkan kuncinya ke pintu ruangan dosen, setelah terbuka Reza menyuruh Adinda untuk masuk.

"Kenapa gak bapak sendiri aja yang ngambil? Malah nyuruh saya lagi," cibir Adinda.

"Nah, ya udah karena bapak ada di sini ambil aja sendiri. Saya mau balik ke kelas!" seru Adinda dengan senyuman terpaksa. Berniat untuk pergi dari sana, namun Reza langsung menahan tangan Adinda.

"Kamu berani?" Reza menundukkan kepalanya menatap gadis mungil di hadapannya dengan tatapan kesal.

"Berani." garang Adinda sewot. "Lagian ya, bapak kenapa nyuruh-nyuruh saya mulu sih. Dari sekian banyaknya mahasiswi di kelas kenapa harus saya doang? Nyebelin banget, sih," gerutu Adinda.

"Karena kamu datang telat," Sahut Reza santai.

"Enggak telat juga saya yang di suruh." koreksi Adinda.

"Nilai kamu, aku potong mau?"

"Kok ngancem?" Adinda menatap tajam Reza.

"Iya lah. Aku dosen kamu, atasan kamu, berani kamu?"

"Arghh! Iya, iya." final Adinda sebal. Adinda menatap malas dan kesal Reza, kemudian dia masuk ke dalam ruangan dosen dan mengambil tas jinjing milik Reza yang berwarna hitam kerang itu.

"Kalau bisa ambil sendiri kenapa gak ambil aja sendiri? nyusahin banget!" galak Adinda. Kemudian Adinda menyerahkan tasnya kepada si pemilik.

"Aku dosen kamu. Kok kamu songong?!" Reza menatap Adinda cukup kesal dengan perilaku senonoh Adinda.

Mendapatkan tatapan yang menantang. Adinda tentu saja langsung menatap tantang balik Reza. "Lah bapak kira saya takut sama bapak, hah?! Enggak!" lantang Adinda.

"Yakin?"

"Kalau saya ke rumah kamu terus ngelamar kamu, kamu takut gak?" goda Reza. Kesempatan kan mumpung lagi sepi.

"Apaan sih, halu lo." Adinda memutar bola matanya malas.

"Lah katanya berani? ya udah pulang ngajar saya ke rumah kamu, minta izin sama orang tua kamu ya? mau nikahin anaknya yang suka marah-marah ini." ucap Reza dan berhasil membuat pipi gadis dihadapannya memerah.

"AMIT-AMIT GUE! sebelum bapak sampai rumah saya, saya kunci semua pintu di rumah saya!" lantang Adinda dengan suara yang cukup keras, Adinda tiba-tiba saja bergidik ngeri.

Reza tertawa. "Saya dobrak, gampang."

"Lah, gak bisa. Saya kunci saya tahan juga pakai lemari," timpal Adinda sewot.

"Kamu bisa gak kalau ngomong sama aku jangan sewot? Sewot mulu bawaannya." gumam Reza.

"Bercanda," Reza menghela nafasnya menatap kelopak mata hitam Adinda. "Maaf ya. Kalau kamu masih marah tentang kejadian di masa lalu," cicit Reza dengan suaranya yang memelan.

"Emang kita pernah kenal?" Adinda menatap sinis Reza.

"Hah? Kamu lupa? Apa pura-pura lupa? Jujur aja. Gapapa. Aku juga tau, aku salah," ucap Reza.

"Bodo."

"Kalau kamu gak marah dan sudah memaafkan Aku, kamu pasti gak akan kayak gini ke Aku, Din. bersikaplah seperti biasa," ucap Reza.

"Apaan sih, dosen stres nih." maki Adinda menatap Reza heran.

"UDAH TUA, JELEK, NYEBELIN LAGI LO!" maki Adinda tepat di hadapan Reza.

Benar-benar sudah tak ada harga diri lagi Reza di hadapan mahasiswinya sekarang. Sepertinya hanya Adinda satu-satunya mahasiswi yang memakinya seperti ini.

"Din. Jangan terlalu benci. Nanti kita jodoh, bahaya!" seru Reza.

"HUEKK! MUNTAH DARAH GUE!" maki Adinda berteriak dengan wajah pura-pura seperti orang yang sedang muntah.

"Kamu kelihatan belum bisa lupain aku ya," ucap Reza bangga.

"Dih, lupain apaan sih pak? kita kan gak pernah kenal."

"Yakali gue bisa lupain cinta pertama gue, terus cowok se maco, seganteng kaya lo? ya enggak bisa lah Reza," gerutu Adinda dalam hati.

"Kalau begitu nanti pulang kuliah sama aku, ada yang perlu kita bicarakan,"

Mendengar perintah dari Reza, Adinda langsung menggelengkan kepalanya. "Ngomong noh sama gagang sampah!" Adinda menunjuk ke arah tong sampah yang berada disamping mereka.

"Cocok lo ngomong sama tong sampah, sama-sama tempat sampah!" ketus Adinda memaki. Adinda sekarang benar-benar sangat emosi.

"Sekali aja, Din," pinta Reza memohon.

"Gak mau! gue sibuk."

Reza memohon lagi. "Sekali aja, Din. Aku mohon, aku mohon."

Sekarang Adinda luluh, gadis itu menghela napasnya kasar. Gadis berambut panjang itu menatap Reza dengan tatapan sayunya, sebenarnya Adinda sudah sepenuhnya memaafkan Reza. Namun, yang membuatnya ilfeel kepada Reza adalah perasaannya yang masih belum pulih. Rasa kecewa tentu masih Adinda rasakan, apalagi saat Reza membandingkan dirinya dengan selingkuhannya. Rasanya benar-benar sakit bahkan setelah Reza memaki-maki Adinda dan tanpa rasa bersalah Reza langsung memutuskan hubungannya dengan Adinda, lalu meninggalkan Adinda pergi bersama selingkuhannya.

Rasanya di tinggal pas lagi sayang-sayangnya itu pasti sakit kan? benar-benar sakit. Dan sekarang itu yang Adinda masih rasakan.

"Oke, sekali aja dan gak ada untuk yang ke dua kalinya," sahut Adinda kemudian dia berjalan meninggalkan Reza sendirian yang masih terdiam di sana dengan senyuman yang mengembang pada wajahnya, rasa senang menghampiri diri Reza.

"Ck, ini mah gue gagal move on dah!" celetuk Adinda sembari berjalan menuju kelasnya dengan wajah yang masih memerah.

Reza tertawa pelan melihat tingkah lucu Adinda. "Gue harus gunain kesempatan ini. Biar, gue bisa balik lagi sama Adinda." tegas Reza dengan percaya diri nya sembari tersenyum senang karena Adinda mau di ajak jalan sepulang kuliah nanti.

Adinda berjalan memasuki kelasnya, di kelas, keadaan benar-benar ricuh karena Reza meninggalkan kelasnya dan membuat semua mahasiswa dan mahasiswi menjadi bar-bar.

Adinda menghela napasnya kasar lalu berjalan duduk dibangkunya dan langsung menaruh tasnya.

"Cie Adinda cie," ledek Shinta.

"Ekhem, kayaknya ada something nih antara Adinda dan pak Reza," ledek Mira.

"Kayaknya." sahut Sisca ikut meledek Adinda.

Mendengar itu Adinda hanya menatap ke tiga temannya itu tanpa ekspresi. "Gak jelas lo."

-DM-

Sepulang dari kampus, Reza dan Adinda sekarang sedang berada di sebuah cafe, tepatnya tadi pulang kuliah Reza benar-benar membawa Adinda pergi. Reza membawa Adinda ke tempat pertama kali mereka bertemu. Reza tersenyum tipis menatap sosok bidadari baginya, Adinda yang asik memainkan handphonenya pun sampai tidak sadar kalau Reza sedang memperhatikannya.

"Ekhem," dehem Reza. Dan kemudian Adinda mendongak menatap aneh ke arah laki-laki bermuka tirus itu.

"Apa?!" galak Adinda.

"Jangan sewot-sewot dong!" seru Reza bergidik ngeri saat mendengar sahutan galak Adinda.

Reza menghela napasnya, sekarang dia benar-benar harus membicarakan semuanya kepada Adinda tentang kejadian yang terjadi lima tahun yang lalu. "Aku mau minta maaf sama kamu tentang masalah waktu itu. Semua nya di luar dugaan aku. Awalnya, aku cuman kesel gara-gara kamu gak pernah mau aku ajak keluar, kamu selalu alesan kalau orang tua kamu gak bolehin kamu buat pacaran, dan kamu pacaran sama aku juga diem-diem. Sampe aku ketemu sama Jihan dan dia yang udah buat aku nyaman selama gak ada kamu," ucap Reza.

"Dan bodohnya, aku nyaman sama dia dan aku lupa kalau aku dah punya kamu. Semuanya terjadi secara gak sengaja, Din." jelas Reza.

"Gak ada orang yang mau bertahan dalam kesedihan. Janji itu omong kosong, setia itu, bohong." Sarkas Adinda. Kini tatapan tajam gadis itu berubah menjadi tatapan yang sendu.

Mata Adinda mulai berkaca-kaca. Rasanya dia ingin sekali memukul laki-laki di hadapannya, andai kalau membunuh itu ilegal pasti Adinda sudah membunuh sosok Reza dari dulu. Hatinya benar-benar hancur saat Reza mengaku kalau dirinya berselingkuh selama ini.

Reza menggapai tangan mungil Adinda, kemudian Reza menggengam tangan yang selama ini selalu mengelus-elus surai rambutnya. "Maafin aku. Maafin, aku nyesel pernah kecewain kamu. Aku nyesel," lirih Reza dengan suaranya yang pelan.

Detik itu juga air mata Adinda menetes dan mengalir dengan perlahan. Adinda menundukkan kepalanya gadis itu sebisa mungkin menahan isakan tangisannya agar tidak terdengar. Reza yang mengetahui bahwa Adinda sedang menangis langsung berpindah tempat duduk, Reza terduduk di sebelah Adinda. Dia memeluk tubuh ramping Adinda dengan erat, hati Reza sesak saat melihat perempuan yang selama ini dia cari dan dia sayangi nangis terisak-isak di hadapan dirinya dan karena dirinya.

"Maaf." hanya kata maaf yang bisa Reza ucapkan sekarang.

"Kamu tau? Saat aku sadar kalau cinta sejati aku itu kamu. Aku hancur Adinda, aku nyesel udah buat kamu sakit hati. Maaf," cicit Reza dengan wajah memelas.

Adinda kemudian melepaskan pelukannya dari Reza, mata mereka bertemu saat itu juga. Reza bisa merasakan kekecewaan terbesar adinda dari bola keping mata Adinda, Adinda juga bisa merasakan penyesalan dari mata Reza yang sayup.

"Aku udah maafin kamu, tapi bukan berarti aku bakalan terima kamu lagi," sahut Adinda kemudian dia membuang pandangannya ke arah lain.

Reza mengangguk. "Makasih, tapi aku mohon jangan bersikap kayak gini sama aku kalau diluar kuliahan, bersikap kayak biasa aja bisa?" ucap Reza.

Adinda menganggukkan kepalanya. "Dan pakai bahasa non formal kalau di luar kuliahan," sambung Reza.

"Aku mau pulang."

Reza menaikkan satu alisnya padahal baru saja mereka duduk di zana dan Adinda menginginkan pulang?

"Apa kamu mau terima aku kembali Adinda, kita mulai semuanya dari nol?" tanya Reza berhati-hati.

"Enggak bisa. Aku masih kecewa sama kamu," jawab Adinda jujur. Adinda tidak mau membohongi perasaanya lagi sekarang. Walaupun Adinda masih mencintai Reza, namun Adinda akan berusaha untuk menghapus perasaan itu karena rasa kecewanya.

Mendengar jawaban Adinda Reza langsung memasang raut wajah bersalah, dan kemudian Reza mengangguk paham. Mungkin belum saat nya dia dan Adinda kembali. Mungkin Adinda juga masih trauma dengan kejadian dimasa lalu. Dan alasan Adinda menolak Reza adalah Adinda ingin melihat perjuangan sosok Reza untuk mendapatkan hatinya kembali.

"Oke, gapapa aku tau buka hati setelah patah hati bertahun-tahun itu susah. Aku terima. Ayo kalau kamu mau pulang aku antar,"

Dan akhirnya sore itu Reza mengantarkan Adinda pulang untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama tak pernah bertemu bahkan mengobrol dengan mantan kekasihnya itu.

Tbc

jangan lupa follow akun

Instagram /@Luvchichkenwink
Tiktok /@Chichkenwink

Vote untuk hargai penulis!!

• • •

REZA ADITYA MAHARDIKA PUTRA

ADINDA PUTRI ERIKA

Continue Reading

You'll Also Like

138K 11.4K 37
Landers University, salah satu kampus ternama di California, Amerika Serikat. Tentu saja di setiap kampus memiliki beberapa mahasiswa dan mahasiswi f...
15.5K 1.1K 46
Jangan lupa follow ya Berikan juga dukungan kalian untuk cerita ini dengan cara vote+komennya Hilda Permata Cahaya Makarim salah seorang murid dari...
6.3M 469K 25
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Syafira tak menyangka apartemen yang disewanya ternyata berhantu. Pantas saja harga sewanya sangat murah dan para t...
45.6K 2.5K 71
Jata benar-benar kehilangan kesabaran. Setelah enam bulan menikah, Puput tetap perawan. Tentu saja, harga dirinya sebagai lelaki jatuh bagai keset ka...