Pandangan Seonghwa
.
.
.
.
.
.
Acara minum-minum ke empat pemuda itu berlanjut hingga dua jam kedepan. Yeosang yang memang toleransi pada alkoholnya tinggi masih setia menikmati minuman haram tapi nikmat itu. Disana sedikit tak beraturan dimana Yunho yang sudah dibawah pengaruh alkohol melantur sebelum tertidur dipelukan—tepatnya diatas pangkuan San. Si pemuda Choi itu sama seperti Yeosang. Toleransi tinggi terhadap alkoholnya patut diacungi jempol sedangkan Mingi sudah terkapar tak berdaya semenjak minuman ke empatnya. Dia pemuda paling intoleran diantara ke empatnya. Sementara Yunho mabuk di gelas ke tujuhnya.
San mematikan putung rokoknya. Bersisa Yeosang dan dirinya saja di ruang apartemen ini.
"Sang lo jangan pernah raguin adek gua. Dia yakin sama lo, lo juga musti yakin sama dia. Gua kaga tau permasalah lo berdua itu karena apa nyampe bikin lo absen kerja dan milih ke tempat Yunho. Apapun itu plis jaga kepercayaan adek gua jangan nyampe dia kecewa."
Yeosang menghembuskan asap rokoknya kasar. Ia tak ingin menjawab. Terlalu lelah. Lelah akan sifatnya yang terkesan tak mengertikan Jongho sebagai pasangannya.
"Lagian gak akan lama kok."
Yeosang mengangkat alis sebelah kirinya tinggi-tinggi "Wooyoung ya? Pesen gua ke lo sama kek lo kasih petuah ke gua. Wooyoung sahabat gua yang paling berarti jangan nyampe lo sakitin dia."
Ia beranjak dari duduknya menghampiri Mingi yang tertidur di lantai sambil memeluk remot tv. Ada gila-gilanya pemuda ini. Tak ambil pusing Yeosang memapah tubuh yang lebih besar darinya itu ke salah satu ruangan lalu menidurkannya. Ya walau terkadang cuek dan termadafakah begini-begini Yeosang perhatiaan pada sahabatnya.
"Gua cabut. Lo disini aja San, jagain si Yunho jangan nyampe itu pantatnya di jebol Mingi. Lo juga jangan berani grepe grepe dia. Ketauan, gua kepret lo."
San memutar bola matanya malas, "Kaga janji, lo gak liat apa dari tadi dia menggila duduk di atas aset gua mana ngecup-ngecup leher gua!"
"Bodo amat derita lo." Dengan begitu Yeosang pergi meninggalkan apartemen kacau itu. Biar lah San atasi semua kegilaan itu.
"Yun minggir lo, gua gak mau nyampe merawanin pantat lo." San menepuk-nepuk pipi Yunho. Bukannya tak mau memapah sahabat besarnya ini seperti apa yang Yeosang lakukan pada Mingi. Masalahnya dia sudah sangat-sangat lemas dengan Yunho yang terus berulah diatas pangkuannya.
"Eumm Joong." Yunho melirih, matanya sedikit terbuka. Ia mendaratkan tangannya pada kedua bahu kokoh San.
"How you dare do this to me! Don't leave me again, please fvck me until the morning light, i really miss you!"
'cup'
.
.
"Makasih atas tumpangannya ya Joong, Ho jangan galau galau terus kamu. Semangat ya."
Seonghwa turun dari mobil Hongjoong diikuti Wooyoung. "Lah kok Wooyoung turun disini juga? Bukannya lo masih kedepanan dikit?"
Wooyoung menggeleng, "Gak kak gua mau nginep di rumah kak Seonghwa. Minta ditemenin nih bayi marmut."
"Oalah kak Woo sahabatan banget sama kak Hwa ya? "
"Wkwk iya, kamu Ho kapan-kapan main ke rumah aku. Kalau sekarang udah malem juga deh sorry ya gak aku tawarin masuk ke rumah. Kasian kalian pasti butuh istirahat."
Jongho mengangguk semangat, "Iya kak gak apa-apa kok nanti deh kak Hoho main ke rumah kakak kalau Hoho ada waktu luang."
"Oke oke dadah ya kalian, hati-hati di jalan."
Kali ini Hongjoong tak menunggui Seonghwa sampai masuk rumah. Ia lebih memilih putar balik langsung pulang saja. Besok memang weekend tapi Hongjoong tak tega rasanya merisihkan Seonghwa dengan keberadaan mobilnya. Hongjoong sangat peka kok. Ya tapi sedikit jamet. Tak apa itu bumbu.
"Dek kalau lo mau main ke rumah Seonghwa ajak-ajak gua lah bisa."
Jongho mendengus kasar. "Enak aja kaga ya! "
"Lah nape lo? Pelit amat sama gua."
Hongjoong menghentikan mobilnya, mengeseture Jongho agar pindah duduk menjadi di depannya.
"Elah kak males! Kaga boleh aja emang gua ngerasain punya babu!" walau begitu tetap saja ia pindah duduk menjadi disamping Hongjoong.
"Babu? Lo kata gua babu gitu ya? Anjing lo." Hongjoong menarik pipi yang lebih muda kuat-kuat.
"Aw aw aw kak sakittttttttttt! "
Hongjoong tertawa kecil lalu segera melepaskan tautan tangannya, diusapnya pipi Jongho yang memerah. "Maafin kakak ya, wkwk lagian gua gumush banget sama lo."
"Gumush tuh di jajanin bukannya di cubit heran deh punya kakak sepupu kaya raya tapi jajanin jarang!"
"Awokakakaka, jadi selama ini lo selalu minta gua bawain yupi, cake, marshmallow, seblak itu bukan jajanin?"
Jongho memelototkan matanya gemas, ia mencubit-cubit tangan yang lebih tua darinya. "Enggak ya! Kan itu juga gak tiap hari! "
"Ya ya ya tapi seminggu tiga kali musti banget tuh minta bawain jajanan." Hongjoong mulai menjalankan kembali mesin mobilnya.
"Enggak dong, fitnah banget aku gak sering-sering kaya gitu ya."
"Iya sering."
"Enggakkk!"
"Iyaa!"
"Enggakkkkkkkkkkkkkkkk! "
"Iyaaaaaaa! "
"ENGGAKKKKKK! "
perjalanan asik diselingi perdebatan yang tak mutu, melelahkan tapi dalam lelahnya Hongjoong bernafas lega, setidaknya sepupu bontot paling lucunya itu kadar kemurungannya berkurang.
.
.
"Mereka itu ya kak. Aku masih gak nyangka loh."
Seonghwa mengangguk, "Gak ada mirip-miripnya."
Wooyoung mengetuk-ngetuk dagu menggunakan telunjuk mungilnya. Posenya kala sedang berpikir, sangat menggemoi kan walau tak se gemoi adek Hoho.
"Dah lah aku positif nya mereka selingkuhan. Asli gak ada mirip sama sekali ditambah marga beda bangetkan."
"Iya nih Woo, aku mikir gitu juga." Seonghwa segera menarik tangan yang lebih muda untuk memasuki kediamannya. Seonghwa lelah, Wooyoung pasti tak akan bergerak se inchi pun jika sedang dalam fase keponya.
Langkah kakinya terhenti di depan pintu rumah, terdengar sepi tak seperti biasanya, dan makin lah kaget saat menapaki ruang tengah, itu gelap gulita.
"Kak gelap ish gua takut." Wooyoung merangkul tangan Seonghwa erat. Ia cukup merasa terusik jika berhadapan dengan gelap.
"Bentar Woo aku cek wa dulu."
Seonghwa mengotak-atik ponsel pintarnya. Membuka satu aplikasi asoy buta chattingan.
Asoy fams
Ayah : Dek di rumah sendiri gpp kan?
Ayah : Ayah, bunda dan abang mu pergi ke rumah nenek mu yang lucu nich xixixi
Bunda : Jangan nakal-nakal di rumah. Kalau kamu laper masak ya di kulkas udah ada bahan lengkap. Kalau bisa kamu ajak temen mu buat nginep. Itu yang lucu lucu yang kalau teriak satu kompleks bisa denger.
Lah ke rumah nenek kok ajak-ajak abang. Ntar nenek stress liat pola cucunya yang modelan batu akik itu :"
Wooyoung Bun, kebetulan dia mau nginep kok.
Abang : Dek tolong salamin ya ke dek Wuyu, bilangin abang suka sama dia
Idih-idih ogah. Mana sudi Wuyu sama modelan kardus indomie macem abang.
Bunda : Udah-udah, pokoknya hati-hati di rumah ya dek. Kita ada kemungkinan pulang besok kok.
Yahhh bun Wuyu bawain cake nih.. Buat hwahwa aja yak :3
Bunda : Enak aja! Simpen di kulkas, besok kalau bunda cari gak ada bunda babuk kamu!
Serem :")
Abang : Rasain wkwk
🖕🖕🖕
"Mereka semua pergi ke rumah nenek wkwk balik besok, bebas kita Young."
"Lah serius?"
Seonghwa mengangguk mantap.
"Gaskeun? "
"Gaskeun lur! "
______________________________________