Me And Mr. Billionaire [END]

נכתב על ידי Rarasprasasti22

1.1M 104K 8.4K

[Sebelum membaca follow akun ini dulu] (Sekuel Duda) 7 tahun Lisa ditinggal tanpa penjelasan. 7 tahun Lisa... עוד

two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fourteen
fifteen
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty
twenty one
twenty two
twenty three
twenty four
twenty five
twenty six
twenty seven
twenty eight
twenty nine
thirty
thirty one
thirty two
thirty three
thirty four
thirty five
thirty six
thirty seven
thirty eight
thirty nine
forty
forty one
Spesial part
forty two
forty three
forty four
fourty five

one

74.7K 3.8K 99
נכתב על ידי Rarasprasasti22

Lisa menyentuh lengan seseorang yang hendak meninggalkannya pergi. Dia menahan pergerakan pemuda itu sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Jangan tinggalin aku." gadis yang tengah menginjak bangku awal kelas dua belas SMA itu berkaca-kaca. Genggaman tangannya lebih erat.

"Aku harus pergi, Lisa." laki-laki itu melepas genggaman tangan Lisa lalu berganti menangkup pipi gadisnya. "Aku janji, setelah aku lulus. Aku bakalan balik ke Indonesia."

"Kenapa gak kuliah di sini aja? Kenapa harus Harvard?" setetes air mata jatuh dari matanya. Elusan di pipinya begitu terasa lembut. "Di Indonesia banyak universitas bagus, Kak Kevin bisa pilih sepuasnya."

Lisa menangis dan Kevin tak sanggup melihat setetes air mata jatuh membasahi pipi Lisa. Tidak tahukah gadisnya, hati Kevin teriris menatap air mata gadisnya. Semakin berat rasanya meninggalkan negara ini jika Lisa terus menahan dirinya tetap tinggal. Sedangkan ada impian yang harus dia gapai.

Kabar tentang perginya Kevin juga sangat mendadak untuk Lisa. Baru tiga tahun mereka berada di satu kota yang sama namun kenyataan membawa gadis itu bahwa Kevin tidak lama berada di dekatnya. Baru dua jam lalu dia menemukan kertas yang bertuliskan penerimaan Kevin sebagai salah satu murid di universitas paling terkenal di dunia itu.

Lisa harus berlari keluar rumah untuk bertemu laki-laki itu sebelum dia pergi meninggalkan Lisa sendirian.

"Kak Kevin gak ngomong apapun sebelumnya. Terlalu mendadak kepergian Kakak."

Kevin mengangkat kepala Lisa mendongak ke arahnya. "Aku akan cepat pulang. Kamu tunggu aku di sini."

"Gak mau." Lisa menubruk tubuh Kevin. Memeluk erat pemuda itu. "Aku gak mau Kak Kevin pergi. Please, stay with me."

Kevin membiarkan Lisa memeluk dirinya. Dia membalas pelukan gadisnya tak kalah kencang, pelukan yang akan selalu dia ingat selama dia tak bersama Lisa.

"Aku sayang kamu, Sa. Tunggu aku." Kevin menguraikan pelukannya. Dia melepas sesuatu dari lehernya, memasang benda itu ke leher Lisa. "Lihat kalung ini kalau kamu kangen aku. Ingat aku selalu ada buat kamu walau dari jauh."

Sebuah kecupan mendarat di kening Lisa. Kevin memejamkan mata sesaat, meresapi kebersamaan terakhirnya sebelum dia kembali lagi ke sini.

Perlahan tubuh Kevin menjauh dari Lisa. Dia meninggalkan gadis itu menuju pintu keberangkatan bandara. Dia segera berlari meninggalkan Lisa sendirian sebelum dia bertambah berat meninggalkan gadis itu sendirian.

"Kak Kevin!" teriak Lisa setelah tubuh Kevin menghilang.

"KAK KEVIN!"

Lisa ingin berlari tapi semua sia-sia. Dia hanya terpaku di tempatnya beberapa menit. Sampai pesawat yang ditumpangi Kevin mulai berangkat, dia berlari keluar bandara. Berdiri memandang pesawat yang meninggalkan tempat kelahirannya perlahan.

Lisa terduduk di aspal. Dia menangis dalam kesendirian, ditinggalkan orang yang begitu disayangi ternyata sesakit ini.

*****

Keringat membanjiri wajah seorang gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Lisa mengusap dahinya, mimpi itu mendatanginya lagi. Sudah terhitung tujuh tahun lalu dan tiba-tiba ingatan itu menghampirinya sekarang.

Lisa yakin laki-laki yang pernah berjanji padanya itu sudah lupa dengan apa yang pria itu ucapkan. Buktinya, dia tak mendatangi Lisa setelah studinya selesai.

Mungkin pria itu tidak mengingat Lisa. Bisa juga ada orang baru yang menggantikan posisi Lisa. Sesuai saran Inez, dia sudah membeli alat untuk cepat move on dari mantan. Yaitu, stop kontak.

Ingin rasanya Lisa menyanyi. Ku tak menangisimu hu hu hu, ku masih bisa tertawa awokawokawok. Nyatanya, bukannya move on, Lisa malah menangis sungguhan.

Lebih baik Lisa melupakan mimpi tak penting tadi. Gadis itu mengambil susu hangat yang disediakan Ibunya setiap pagi sebelum dia bangun.

Hari Minggu Lisa berencana joging di halaman rumah. Mengitari halaman belakang sampai halaman depan rumah. Tidak perlu jauh-jauh mengelilingi komplek, rumahnya sendiri sudah membuat Lisa kelelahan berlari.

"Pagi epribadi." sapaan riang datang dari Raka—adik Lisa.

Lisa tersenyum menanggapi. Di meja makan, si kembar Raka, Arkan dan Regan memakan sarapannya dalam diam. Berbeda dengan tiga orang itu, Asta—Adik kedua Lisa, dia bertukar pesan dengan pacarnya.

"Asik banget. Inget tugas kuliahmu belum selesai." Lisa menoyor kepala Asta. Dia tertawa mendengar gerutuan pelan adiknya.

"Iri bilang Kak Is."

"Dih, ngapain iri."

"Jomblo berabad-abad pasti iri. Gak ada yang diajak jalan atau liburan." Asta tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Lisa yang berubah masam.

"Kak Is jomblo, itu semua ka—"

Ponsel Lisa berdering di meja makan, memotong perkataannya. Dia mengangkat panggilan telefon sesudah menjauh dari meja makan. Biarlah adiknya memakan sarapannya terlebih dahulu.

"Apa Nez?"

"Lo gak lupa hari ini gue ulang tahun kan?" tanya seseorang di seberang sana.

"Enggak."

"Jangan lupa datang."

"Pasti gue datang. Gue udah bawa hadiah juga. Semoga lo suka."

"Lo gak perlu bawa hadiah. Lo datang, gue udah seneng banget Lis. Empat bodyguard di rumah lo emang kasih ijin?" Inez membicarakan keempat adiknya.

"Untungnya mereka kasih ijin. Tapi batas waktunya sampai jam 10. Kelewat dari itu langsung di suruh pulang."

Alasan Lisa betah menjomblo, setiap ada laki-laki yang ingin mendekati Lisa. Semua adiknya pasang tameng di depan untuk menyeleksi pria itu.

Sampai sekarang tidak ada yang berhasil melewati semua tantangan adiknya.

Asta dalam hal bertarung.

Arkan dalam hal ilmu. Pemuda itu terlewat jenius hingga tak ada yang bisa mengalahkannya.

Raka dalam hal olahraga.

Belum lagi Regan yang ucapannya membuat orang lain sebelum maju sudah mundur duluan lantaran kalimatnya yang super duper pedas dan tidak pernah difilter.

Lisa mendesah kesal dalam hati. Bagaimana mau dapat jodoh kalau adiknya tak pernah men-acc setiap pemuda yang datang mendekatinya?!

"Kak," ketika Lisa meletakkan ponselnya di atas meja makan. Arkan memanggilnya. "Ingat batas waktu sampai jam 10 malam. Lebih dari itu, kami bakalan langsung jemput Kakak sambil bawa anak buah Papa."

Adiknya yang paling dingin mengeluarkan sebuah ultimatum. Tentu Lisa tak berani membantah dan akhirnya hanya menganggukkan kepala.

Lisa berjalan ke kulkas, dia tidak selera memakan roti yang tersaji di meja makan. Dia membuka freezer, mengambil coklat dari dalam sana.

"Arkan! Minta coklatnya!"

"Ambil semua kalau Kakak mau." Arkan berdiri di samping Lisa, mengambil air mineral. "Aku gak suka makanan manis."

Lisa tahu tentang itu. Gadis itu termasuk golongan pecinta makanan manis dan coklat dari fans Arkan bisa dikonsumsinya jika ingin. Gratis pula, siapa yang tidak suka diberi makanan gratis? Yang berkata iya bukan golongan Lisa dan author.

*****

Lisa memastikan alamat di undangan dari Inez tidak salah dengan tempat yang Lisa kunjungi. Dia kira pesta ulang tahun Inez diadakan di sebuah restaurant karena Lisa bilang kepada adik-adiknya kalau pesta ulang tahun sahabatnya berada di restaurant.

Tapi yang nampak di wajahnya bukanlah sebuah restoran mewah. Melainkan klub malam, ya Tuhan! Klub malam, tempat orang biasa menghabiskan waktu jedag-jedug yang memekakkan telinga.

"Mau putar balik, gak enak sama Inez. Dia sahabat baik gue."

Meyakinkan diri selama dua belas menit, Lisa memutuskan turun. Dia masuk ke dalam klub malam, di depan Inez menunggunya sambil memekik senang melihat kedatangan orang yang ditunggu.

"Gue kira lo gak jadi datang, Sa. Seneng banget gue, lo datang." Inez merangkul bahu Lisa, membuka pintu klub malam dan dua perempuan itu disuguhkan pemandangan lampu yang menyilaukan mata.

Kalau lo bukan sahabat gue, gak mau gue pergi ke tempat lautan amer ini Nez.

Dalam hati Lisa menggerutu namun tetap mengeluarkan senyum terbaiknya. Dia menaruh hadiah yang dibelinya ke dalam meja yang tersedia di klub malam itu.

"Lo bisa minum segala jenis alkohol yang lo mau. Gratis!" Inez menepuk bahu Lisa.

Jujur Nez, minum soda aja gue kadang mabok. Apalagi yang beneran alkohol. "Iya nanti gampang." 

"Terakhir mabuk kapan Sa?" Inez mengambil segelas tequila untuk dirinya sendiri.

Lisa nampak berpikir sejenak. "Dua hari yang lalu." gadis itu tak sepenuhnya berbohong. Dia memang mabuk berat gara-gara menaiki mobil temannya yang beraroma Stella jeruk, ditambah musik dan sopir yang membawa mobil seperti mengajak simulasi sebelum wawancara dengan malaikat.

"Udah biasa ternyata lo ke Klub."

"Hahaha." Lisa tertawa garing. Jangankan klub, rumah barbie saja kadang Lisa tidak boleh pergi ke sana jika tidak ditemani bodyguard tercinta.

"Gue ke dance floor. Lo gabung aja kalau udah bosan di sini."

"Ya nanti gue gabung." tubuh Inez menjauh. "Gue dance pakai lagu Boombayah." lanjut Lisa sesudah tak melihat tubuh Inez di dekatnya.

"Hai cantik." seorang laki-laki yang tak dikenali Lisa mendatangi gadis itu tanpa di undang.

Lisa melengos. Tidak menanggapi.

"Tinggal di mana?"

Rumah Papa, syukurlah masih jadi beban keluarga.

"Kenapa gak dijawab pertanyaan gue?"

Gue jawab kok, dalam hati.

"Kak, tolong jus apel satu." pinta Lisa pada bartender.

Bartender menuruti ucapan Lisa. Tapi Lisa tidak sadar bartender itu mencampurkan obat tidur ke dalam minumannya. Gadis itu tidak waspada dengan gerak-gerik sang bartender.

Bartender itu meletakkan segelas jus apel di depan Lisa. Pemuda di samping Lisa hendak mendekat, namun mendengar perkataan sang bartender. Pemuda itu segera berlari menghindari Lisa seperti kuman.

"Tuan Muda Hendrawan lagi ngelihatin lo sekarang. Lebih baik lo pergi." ucap bartender itu yang tidak diketahui apa maksudnya oleh Lisa.

"Tuan Muda siapa?" saat ini dia yang malah tidak digubris oleh bartender.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Lisa dari belakang. Dia belum ancang-ancang apapun namun sudah ada yang berani menyerang. Lisa membalikkan badannya dan matanya bertubrukan dengan mata kelam seseorang yang terasa familiar di ingatan gadis itu.

Dalam hati dia berdecak kagum. Ganteng doang, eh enggak. Ganteng banget. Selanjutnya Lisa hanya terdiam, dia saja mungkin orang yang sok kenal. Rupa dari orang itu seperti pernah dia lihat namun berbeda. Lisa sendiri tak tahu bagaimana dia mendefinisikannya.

Mata Lisa lambat laun terasa berat. Ada sesuatu yang menarik paksa dirinya hingga tubuhnya limbung tak sadarkan diri.

"I found you again, Baby." bisik orang itu di telinga Lisa yang tertidur di pelukannya.

Laki-laki itu tak lain adalah kekasih Lisa beberapa tahun lalu. Dia Agustinus Kevin Hendrawan.

Dan cerita yang sebenarnya akan di mulai dari sekarang.

******

המשך קריאה

You'll Also Like

1.7M 64.9K 58
"Izinkan Revan menikah lagi, Fah" Nadifah terperanjat kaget. lalu mentap suaminya. "Mas.." "Tapi kenapa Mah?" "Takutnya, kalian sampai sekarang tidak...
185K 8.2K 49
COMPLETED . FOLLOW SEBELUM MEMBACA . 🥇 #1 - billioner 🥇 #1 - Orlando . SINOPSIS: Orlando Smith seorang pria tampan kaya raya dan juga seorang play...
1.4M 50.5K 41
Ashlyn harus menanggung hidup bersama seorang lelaki yang telah memperkosanya. Harusnya ia hidup bahagia bersama orang yang telah memperkosanya. Tapi...
265K 6.4K 62
Dyandra, seorang mahasiswi dijodohkan oleh Kania dengan kakaknya sendiri, yaitu Arya. Kania selalu berusaha supaya Dyandra menjadi iparnya dengan men...