Gasya (End)

By EgiIslamiantiP

22.3K 880 1

16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja... More

Sakadar Ucapan
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Bab 62
Bab 63
Bab 64
Bab 65
Bab 66
Bab 67
Bab 68
Bab 69
Bab 70
Bab 71
Bab 72
Bab 73 [End]

Bab 31

261 13 0
By EgiIslamiantiP

Ku kira, kamu hanya seorang laki-laki biasa dengan tidak penuh pemikiran, yang mampu memberikan tebak-tebakkan sulit padaku.
Ternyata kamu itu ... seperti kepingan puzzle di kehidupanku.

^Rasya Abigail^

________

Rasya yang baru saja selesai sarapan, sudah di kejutkan akan kehadiran Bagas yang tiba-tiba ada di kursi teras depan.

"Baru atau dari tadi?" tanya Rasya saat sedang memakai sepatu serta mengikat talinya.

"Dari tadi."

Rasya mendongak menatap Bagas dan menggeleng. Setelah itu ia segera menunduk kembali, untuk menalikan sepatu yang sebelahnya.

"Kalo dari tadi ke sini, kenapa gak masuk atau bilang ke gue lewat WhatsApp?"

"Gak mau ganggu, kan lo lagi sarapan."

Rasya selesai memakai sepatu dan menghampiri Bagas. Kemudian mencubit ke-dua pipi Bagas dengan tarikan sedang.

"Ish, kok nyubit?"

"Gemes." Rasya menjawab seraya terkekeh, Bagas langsung tersenyum dan mengusap surai cokelat milik Rasya. Tak lama kemudian, mereka segera keluar dari rumah menuju sekolah, menggunakan mobil milik Bagas.

Di dalam mobil, ke-dua remaja yang sedang di mabuk asmara ini sedang asik tertawa, akibat candaan dari Bagas. Kadang jokes-nya pun garing, tapi mampu membuat ke-dua sudut bibir Rasya berkedut hingga merasakan sakit di perutnya, karena kebanyakan tertawa. Entahlah, humor Rasya terlalu receh sekali jika begitu.

"Sya, siap untuk hari jum'at?"

"Jum'at? Soal apa?"

"Liburan."

"Ah, ke pantai? Ya jadi dong, gue tuh pengen banget ke pantai tahu."

"Jangan lupa prepare untuk lusa, ok?"

"Ok."

Mobil melaju hingga sampai gerbang dengan tulisan besar yaitu SMA Taruna Bangsa. Kemudian Bagas segera memarkirakan mobilnya.

***

"Hai, Sya." Rere menyapa Rasya yang baru saja menurunkan bokongnya di kursi.

"Hai, Re. Emm, tunggu deh ... biasanya lo jam segini lagi sama Farhan, mana dia?"

"Belum dateng, nanti juga nongol tuh batang hidungnya." Rasya pun mengangguk dapat ucapan seperti itu dari Rere.

Setelahnya mereka mulai mengobrol sambil menonton funny moment, dengan dari berbagai sumber. Perut mereka benar-benar terkocok akibat tertawa, karena lucunya sebuah video tersebut.

"Re, lusa lo udah siap?"

"Jalan, kan? Oh siap dong. Nanti balik sekolah juga sekalian belanja camilan, bareng Farhan."

"Sip deh kalo udah siap. Seneng banget tahu gue kita mau jalan bareng, kapan lagi kan ngumpul-ngumpul gini di luar sekolah?"

"Bener banget, Sya. Bahkan gue gak sabar untuk menunggu momen di pantai nanti."

Selesai mereka asik berbincang, bel masuk pun akhirnya di bunyikan. Semua siswa/siswi segera masuk ke dalam kelas masing-masing, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

***

Siswi dengan rambut di curly sebatas pinggang--- berwarna dark blue--- itu tersenyum ketika melihat seseorang ada di kantin, bersama para sahabatnya.

Mulai melangkahkan kaki dengan tatapan lurus, juga senyum yang masih terpatri di wajahnya. Tubuh semampai bak model itu membuat siapa saja terpukau. Siapa sih yang tidak tahu dia? cewek famous, sekaligus ketua anggota cheerleaders.

Banyak laki-laki yang rela bertekuk lutut untuk bisa membentuk suatu hubungan bersamanya. Tapi mereka semua di hiraukan, lantaran sudah ada satu orang incaran-nya. Sejak dulu, entah mengapa ia baru sadar jika orang yang ia incar itu begitu tampan dan memukau? Wajah dengan penuh kharisma, membuat ia tekad untuk mendekatinya.

"Hai, ketemu lagi. Boleh gabung?" tanya perempuan itu seraya tersenyum kepada ke-tiga laki-laki di depan-nya.

"Ehem, sorry tempat ini udah penuh. Bisa lo cari tempat lain?" Kali ini Bagas yang menjawab, sebelum Doni melakukan hal yang salah.

"Hmm, I hope to sit here back. But wait, kenapa juga lo bilang penuh? Padahal ini masih kosong."

Bagas menatap muak perempuan di hadapan-nya. Ia tersenyum miring juga meletakkan ponselnya di meja.

"Buang jauh-jauh harapan lo itu. So, it's better you go!" Bagas menitah perempuan itu pergi dari hadapan-nya.

"Give the reason, why?"

Ketika Bagas ingin menjawab kembali. Datanglah Rere dan Rasya yang baru saja membelikan mereka pesanan.

"Ada apa ni?" tanya Rere basa-basi. Padahal ia yakin, ini suatu hal yang buruk.

"Lihat! Udah ada orang di depan gue. Lebih baik lo pergi sekarang!" titah Bagas dengan suara pelan namun penuh penekanan di setiap katanya.

"Well, I will leave here. Tapi kayanya gue akan semakin gencar untuk ngejar lo. Tunggu gue di lain waktu, dahh." Perempuan itu langsung pergi dari hadapan mereka, dengan wajah yang berbeda-beda.

"Jalang!" umpat Bagas saat mendengar ucapan tidak jelas dari perempuan itu.

"Cewek yang waktu itu pernah duduk disini, kan?" tanya Rasya saat mengadukkan mie ayam, yang asapnya masih mengepul.

Bagas menoleh pada Rasya, yang sedang mengaduk makanan-nya. "Iya. Sekali, masih gue biarin tuh cewek. Tapi tadi, dia udah kelewatan. Gak akan gue biarin dia kaya gitu lagi sama gue, dan kalo dia macem-macem sama kalian berdua ...," sambil menunjuk ke arah Rasya dan Rere. "Lapor ke gue atau Doni sama Farhan."

Rasya dan Rere segera mengangguk cepat. Mereka tidak ingin melihat raut wajah Bagas yang marah, karena mampu membuat mereka takut sekaligus ngeri jika di lihat. Apalagi amarah itu sudah keluar, Bagas bahkan bagaikan monster.

***

Rasya dan Bagas saat ini sedang berada di taman. Tadi sehabis pulang sekolah, Bagas meminta Rasya untuk menemaninya ke taman. Ingin berbincang sebentar sebelum pulang ke rumah.

"Sya, lo masih penasaran gak, tentang masa lalu kita?"

"Sangat penasaran. Masa gue bisa lupa coba, dengan momen kita dulu. Gak ada potongan-potongan kecil yang menempel di otak gue, rasanya buntu."

"Ada hal dimana seseorang memberikan kalung berbandul bintang ke gue. Agar tidak lupa terhadapnya juga semua tentangnya, tapi sayangnya ...."

"Tunggu! Jangan bilang lo sebenarnya ingat masa lalu kita. Terus kenapa lo seolah-olah gak tahu gue siapa?"

Bagas hanya mengangkat bahunya ke atas. Ia tersenyum pada Rasya yang masih penasaran tentang masa lalu mereka.

"Kok gitu doang respon-nya? Lo tuh sebenarnya siapa, Gas? Kenapa orang tua kita niat mempersatukan kita, dan lo sejak masuk sekolah selalu usilin gue. Juga setelah mengenal lo, ternyata kita memang pernah sedekat itu dulu. Coba jelasin sekarang sama gue!"

"Intinya lo tuh berarti buat gue."

"Bagas, please." Rasya memohon pada Bagas dengan wajah yang di buat sendu.

"Balik yuk! Sekalian mampir ke minimarket, belanja buat besok." Bagas berkilah agar tidak menjelaskan semuanya pada Rasya.

"Tapi ...."

"Sya, ayo!" ujar Bagas saat dirinya sudah memegang pintu kemudi.

Rasya pun pasrah juga mengikuti Bagas untuk pulang sekarang, dan mampir ke minimarket. Tanpa mendapatkan penjelasan apapun dari Bagas.

Mereka keluar dari area taman dengan pikiran yang berbeda. Rasya yang di buat penasaran, Bagas dengan segala otak cerdiknya untuk tidak menceritakan semua apa yang terjadi di masa lampau.

________

Ok segini dulu :)

See you in the next part ...

Thank you ❤

Continue Reading

You'll Also Like

294K 8.6K 70
PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! #Series 1 Alam Putra Sanjaya lelaki dingin di seantero SMA Taruna dia bukan broken home hanya saja ia di tinggal oleh ora...
1.5K 128 51
Cinta Membuat ku berubah- . . . My first story! I hope you like it and don't forget to vote & add this story to your library! Thank you!
768K 50.3K 58
[Comedy & Romance] Punya guru yang di kagumi saat SMP? Casyla Cabella tentu punya. Tapi nasib, saat ia kelas 8 guru gans itu dipindah tugaskan. Denge...
2.5K 185 11
Guliran lembar merah muda, Ini tentang sebuah buku, buku dengan guliran berwarna merah muda. Tentang bagaimana ukiran terbentuk pada setiap lembarnya...