EX HUSBAND (END)

Por Ceysa14

1.1M 62.6K 1.5K

Pernikahan yang sudah dibina selama hampir sepuluh tahun itu kandas karena hadirnya orang ketiga. Zahra tidak... Más

01. Pergi
02. Masa Lalu dan Penyesalan Amel
03. Mendapatkan Maaf dan Dipecatnya Revan
04. Marahnya Mantan Mertua
05. Beni
06. Tamu Tak Diundang
07. Calon Papah Baru
08. Daddy
09. Foto
10. Kembali Ke Indonesia
11. Pertemuan
12. Pernyataan Zahra
13. Perihal Jatuh Cinta dan Melupakan
14. Cemburunya Revan
15. Sulit Untuk Memaafkan
16. Papah Nikahin Kalian!
18. Berniat Merebut Kembali
19. Kedatangan Tuan Anderson
20. Tanpa Revan
21. Keliling Jakarta Bareng Paman Ansel
22. Quality Time
23. Kembali Monoton
24. Usaha Zahra Dan Revan
25. Satu Tahun Kemudian
26. Membaik
27. Penolakan Lagi
28. Paksaan dan Ancaman
29. Amel Berulah Lagi
30. Jatuh Cinta Lagi?
31. Kesempatan Untuk Revan
32. Kerjasama Dengan Karina
33. Nostalgia
34. Meralat Keputusannya
35. Menyerah?
36. Undangan Pernikahan
37. Mengejutkan!
38. Batal
39. Hinaan
40. Perubahan Zahra
41. Pada akhirnya ... [END]
EXTRA CHAPTER
info
Baca aja

17. Ke Pantai

19.9K 1K 19
Por Ceysa14

                    Happy Reading ❤️

Detik yang Revan lalui bersama Zahra nampaknya harus berakhir. Ibunya menyuruh Revan pulang. Beliau melarang keras Revan untuk tinggal bersama Zahra yang notabenenya adalah mantan istrinya. Mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Tidak seharusnya mereka berdua tinggal satu atap. Meski, ada Pak Fadli dan Meira.

Pak Fadli juga tidak bisa menahan Revan kali ini. Beliau tau, salah jika Revan dan Zahra tinggal satu atap. Namun, beliau hanya ingin mendamaikan Zahra dan Revan. Ya, siapa tau saja bisa bersatu kembali. Karena jujur saja, setelah melihat tawa bahagia Meira saat bersama Revan, Pak Fadli yang tadinya mendukung Joffy, kini malah mendukung Revan untuk jadi menantunya kembali.

Meluluhkan hati putri kesayangannya itu memang bukanlah hal yang mudah. Pak Fadli juga tau, Zahra memutuskan untuk benar-benar tidak ingin kembali kepada Revan dan membuka lembaran baru.

"Papah gak memaksa kamu. Yang penting, pilihan kamu itu bisa membuat kamu dan Meira bahagia," tutur Pak Fadli.

"Makasih, Pah. Papah selalu dukung Zahra," balas Zahra sembari memeluk papahnya.

"Paman Brendan mau ke sini, Pah. Sama Ansel juga. Mereka mau jenguk Papah." Senyuman Pak Fadli luntur ketika mendengar nama Brendan dan Ansel.

"Mereka mau bawa kamu ke sana lagi?" tanya Pak Fadli dengan nada datar.

"Enggak, Pah. Kan Zahra udah janji, Zahra akan di sini sampai Papah sembuh. Apa salahnya kalau Paman sama Ansel jenguk? Mereka juga saudara kita," jawab Zahra sambil merapikan baju-baju milik papahnya.

Pak Fadli diam. Ia masih trauma dengan kejadian dulu. Di mana Brendan Anderson dan istrinya membawa Zahra ke Jerman. Mereka memisahkan Zahra darinya dan beliau tidak diizinkan untuk bertemu dengan Zahra. Alasannya, Pak Fadli tidak akan bisa mengurus Zahra. Dan kejadian itu seminggu setelah kematian istrinya---mamahnya Zahra.

"Brendan Anderson. Dia orangnya sangat licik," gumamnya dengan tangan yang mengepal.

***
Tiga hari setelah kepergian Revan dari rumahnya, hari ini Zahra dan Meira akan pergi jalan-jalan dengan Revan. Itu permintaan Meira. Tentu saja Zahra tak kuasa untuk menolaknya.

"Ke pantai kan, Mah?" tanya Meira dengan senyuman yang merekah.

"Iya, Sayang. Kamu ambil kue kering kamu, gih," jawab Zahra yang sibuk mempersiapkan makanan yang akan mereka bawa.

Setelah sekiranya semua sudah dimasukkan ke dalam tas, Zahra pun bersiap-siap. Sedangkan, Meira sedang main dengan Revan sembari menunggu Zahra. Hari ini, setidaknya Revan merasa senang karena bisa pergi bertiga. Seperti dulu, ketika masih bersama. Meski Revan tau, Zahra terpaksa menuruti permintaan Meira.

"Mamah!" panggil Meira saat melihat Zahra keluar dari kamar.

Revan menatap Zahra sampai terbengong. Zahra sangat cantik dan anggun saat mengenakan gamis warna cokelat muda dengan pita kecil di bagian pinggang dan jilbab pashmina dengan warna senada. Tak lupa high heel warna hitam yang Zahra pernah kenakan saat acara ulang tahunnya.

"Kamu cantik, Zahra," puji Revan. Pipi Zahra bersemu merah.

"A--ayo, Sayang," ucap Zahra sembari menggandeng tangan Meira. Revan tersenyum saat melihat Zahra salah tingkah.

Selama perjalanan menuju pantai, Meira berceloteh ria yang hanya ditanggapi senyuman oleh Zahra dan Revan. Gadis kecil itu memang sangat menyukai liburan, apalagi pantai. Saat liburan tiba, pasti Meira mengajak kedua orangtuanya untuk berlibur ke pantai.

Saat di Jerman pun juga begitu. Namun, bedanya ia hanya ditemani oleh sang mamah.

"Rencananya, aku mau bawa Meira ke rumah. Ibu kangen, katanya. Dia juga mau bawa Meira jalan-jalan. Mumpung kalian masih di sini," celetuk Revan tanpa menoleh.

"Iya."

"Nginep tiga hari gakpapa, kan?" tanya Revan kali ini menatap Zahra.

"Iya." Lagi-lagi hanya menjawab singkat.

Tiga puluh menit kemudian, mobil yang mereka tumpangi pun sampai di tempat tujuan dengan aman. Revan membawakan tas berisi makanan, sedangkan Zahra dan Meira langsung berjalan ke arah pantai.

"Hai, Van."

                            ***

Jangan lupa vote and comment!

Seguir leyendo

También te gustarán

2.4M 251K 41
just Brothership, Not BL / Homo Alvian namanya, bocah 15 tahun yang tiba-tiba terbangun di tubuh bocah 10 tahun, si kecil dengan mulut pedas nya yang...
375K 22.2K 34
"mungkin ini takdir, hidup bersama malvin" -Haikal Samudra "menjadikanmu sebagai pendamping hidup adalah keputusan yang tepat" -Malvin Abriandra kisa...
17.4K 1.6K 11
Di ceritakan seorang pemuda yang bernama lio kabur dari rumah di karenakan adik tirinya yg menfitnahnya sedang ada di bar dan mencium seseorang di sa...
1.6M 165K 52
- please ini cerita jamet, jadi tolong jangan berkomentar yang menggantung negatif nya. Ini di publish untuk menambah pengalaman di cerita selanjutny...