Bab-18

157 26 2
                                    

[Mengakhiri]

Sulit untuk memulai babak baru dalam hidup ketika kamu tahu seseorang tidak akan ada di sana, tetapi ceritanya harus terus berjalan.

01-03-2021

_________________________________________

Tepat hari ini, Hiro pulang ke Buitenzorg, setelah bertugas di Jepang selama satu tahun.

Ia tiba di pelabuhan Merak, saat kemarin malam. Pagi ini Hiro masih berada di mobil tentara Dai Nippon menuju ke Bogor.

Kurang lebih menempuh waktu selama 4 jam, akhir nya Hiro sampai di rumah persinggahan.

"Sumimasen" ucap Hiro, sambil membawa tas ransel nya.

Hiro mengetuk pintu lagi. Karena tidak ada sahutan dari dalam rumah.

"Sumimasen" Hiro masih sabar menunggu.

Tidak mendapat sahutan juga, akhirnya Hiro melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Keadaan di dalam rumah sudah rapih, namun tampak sepi karena tidak ada orang di dalam rumah.

Hiro bergegas menuju kamarnya, dan menyimpan tas ransel-nya. Lalu ia berganti baju. Setelah rapih, ia pun mencari keberadaan Sano, barangkali Sano ada di kamar nya.

Dan benar saja, saat Hiro melangkah ke dalam kamar Sano yang pintunya tidak terkunci. Ia melihat Sano yang tertidur di ranjangnya. Tidur nya sangat lelap, sehingga Hiro tidak tega membangunkan Sano.

Lalu Hiro kembali lagi ke kamar-nya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dan memandang langit-langit kamarnya.

"Huft" Hiro mendengus lelah.

"Apakah dia menerima perjodohan ini?" gumam Hiro sambil memejamkan matanya.

"Bagaimana jika dia menolak, hati ini jadi tak menentu" gumam Hiro yang sedang asik dengan pikiran-pikirannya.

"Aku telah berjanji, setelah pulang dari bertugas akan segera melamarnya" setelah mengucapkan kata 'melamar', Hiro terbangun dari rebahannya.

"Astaga, dimana aku menyimpan cincin itu." Ia segera beranjak dari kasur dan mencari cincin yang dimaksud. Hiro berpikir sejenak mengingat-ingat dimana terakhir kali ia menyimpan benda itu.

Lalu Hiro melihat ke atas lemari. Dan melihat ada box berwarna hitam. Dengan segera ia mengambilnya. Benar saja, di dalam box tersebut ada kotak cincin yang sudah lama ia pesan sebelum dirinya bertugas disini.

"Ah, syukurlah masih tersimpan rapih" Hiro mengelus-elus dadanya yang berdetak sangat cepat.

Ia mengambil kotak cincin itu dan membukanya. Hiro tersenyum, dan mengambil cincin-nya.

"Saya sudah lama menyiapkan cincin ini, untuk seseorang yang akan menjadi pendamping hidup. Tapi siapa sangka, sebanyak apapun gadis di dunia ini. Jika itu dirimu yang saya pilih, saya hanya pasrah dengan perasaan ini, meski saya tau cinta ini tak akan berbalas." Hiro tersenyum kecut dengan ucapannya sendiri.

"Hah, sungguh lucu nasib ini. Saya mengharapkannya, tapi dia tidak mengharapkan ini." Hiro mengelus cincin itu.

"Berkat perjodohan ini, saya bisa mendapatkan peluang untuk mendapatkan hati mu. Saya bersyukur karena takdir sedang berpihak untuk saat ini."

"Aku akan memantapkan hati ini, sore ini saya akan melamar mu." Ucap Hiro sambil mengecup cincin pertunangan miliknya.

Setelah itu Hiro memasukkan cincin nya ke dalam laci di samping ranjangnya.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Where stories live. Discover now