Bab-2

374 69 3
                                    

[Rasa Yang Tidak Pasti]

Disaat hati dan pikiran bertolak belakang, lalu apa yang harus dilakukan?

07-12-2020
_________________________________________

Setelah bu Harumi membayar ongkos ke pak kusir, ia bergegas masuk ke dalam rumahnya.

"Terima kasih ya pak."

"Iya bu, sama-sama." Pak Kusir mengendarai delmannya menuju tempat semula untuk mencari penumpang lagi.

Sebenarnya, yang tadi di lihat oleh Hiro saat berpapasan dengan delman dan seorang ibu-ibu itu adalah bu Harumi yang tidak lain adalah ibunya Sekar sekaligus istrinya tuan Sutardji.

"Mereka meminta bantuan apa sama kamu mas?" ucap bu Harumi pada suaminya yang sedang menaruh belanjaan istrinya di dapur.

"Hitoshi ingin menyewa lahan kita yang disana, untuk tempat tentara Jepang belajar bahasa, tapi tidak semua. Hanya Hito, nak Sano dan nak Hiro" ucap tuan Sutarji sambil menarik kursi, dan mendudukan dirinya disitu.

"Tapi kan Mas, mereka itu ingin menjajah bangsa kita, mengapa kamu mengizinkan mereka untuk tinggal disini!"

"Dengar kan saya dulu neng, kamu tidak boleh berpikiran sempit seperti itu. Hitoshi adalah teman ku, dia orang baik, tidak seperti para Jenderal Jepang yang lainnya. Mereka sekarang sedang menetap di Banten. Orang-orang Banten sangat menghormati Hitoshi."

"Mas tau dari mana?"

"Mas tau dari temen mas yang lain tentang kabar itu. Tidak mungkin juga kan Mas memberikan sesuatu kepada orang yang salah, Mas juga pasti berpikir-pikir terlebih dahulu sebelum berbuat sesuatu", ucap tuan Sutarji sambil memeluk tubuh istrinya.

"Kamu tidak perlu risau memikirkan para penjajah itu, tugasmu hanya melayani mas dan anak-anak kita. Yasudah masak dulu, aku sudah lapar", ucap tuan Sutarji sambil terkekeh.

"Iya aku masak dulu ya mas."

"Sebenarnya aku sangat khawatir, bagaimana aku harus baik-baik saja tanpa memikirkan itu semua", ucap Bu Harumi di dalam hati nya.

Sekar kembali ke kamarnya setelah ibunya pulang dari pasar, sayup-sayup ia mendengar pembicaraan kedua orang tua nya yang ada di dapur sedang membahas tentara Jepang. Orangtua Sekar beradu pendapat tentang itu. Namun ayahnya Sekar meyakini ibu nya agar tidak berpikiran sempit tentang penjajah Jepang. Karena tidak semua penjajah itu jahat.

"Iya aku tau tidak semua penjajah itu jahat, tetapi yang namanya penjajah tetap saja penjajah. Kalaupun mereka orang baik, pasti tidak akan melakukan penjajahan" gumam Sekar di kamar nya.

"Arghhh kenapa kepala ku jadi pusing memikirkan para penjajah itu."

Sementara itu Hiro dan Sano masih di dalam mobil, mereka masih berada di perjalanan menuju ke tempat paman Hitoshi.

"Apakah kamu menyukai gadis itu?", ucap Sano melirik Hiro dari arah samping.

"Entahlah, saya juga tidak tau. Tetapi dia sangat manis, seperti gula merah", ucap Hiro menggunakan bahasa Jepang dan tersenyum sambil memandang ke arah samping tepatnya melihat pohon-pohon di pinggir jalan yang menjulang tinggi.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Where stories live. Discover now