Bab-23

118 15 0
                                    

[Demi Perjanjian]

Jangan pernah membiarkan kesedihan masa lalu membuatmu merusak kebahagiaan masa kini.

21-12-2021
_________________________________________

Sekar dan Hiro telah tiba di rumah mereka.

"Aduhh, capek juga ya ternyata" keluh Sekar.

"Anggap saja olahraga biar sehat" sahut Hiro yang sudah duduk di kursi depan.

Sekar hanya membalasnya dengan mendengus.

Lalu Sekar masuk ke dalam rumah. Ia pun bergegas membersihkan diri serta mandi, badannya sudah sangat lengket. Apalagi wajahnya yang penuh dengan make-up walaupun tidak menor. Dengan segera ia membersihkan wajahnya takut timbul jerawat.

Sedangkan Hiro, di teras rumah sedang melamun. Pikirannya terus bercabang memikirkan hal ini dan itu.

Ia sangat mendambakan memiliki anak kandung dari Sekar. Mau laki-laki ataupun perempuan itu tak masalah bagi Hiro. Apapun jenis kelaminnya ia akan sangat bahagia saat mengasuh si kecil. Pikiran Hiro sudah menerawang ke masa depan.

Genap satu tahun pernikahan, pada tanggal 01 November 1943. Dan sekarang sudah tanggal 03 November 1944. Tetapi Hiro masih bertahan tidak menyentuh Sekar lebih jauh dari sekedar kecupan di pipi.

Sudah menikah tetapi masih perjaka. Hanya status saja sebagai suami. Tapi tidak sesungguhnya.

Sebenarnya ia sudah tak tahan, namun penolakan yang selalu ia dapatkan.

Pernah suatu ketika, Hiro bertanya pada temannya saat sedang bertugas. Tetapi temannya memberikan solusi untuk bercerai ataupun memiliki istri muda.

Tapi ide itu di tolak mentah-mentah oleh Hiro, karena ia tidak ingin menyakiti hati Sekar.

Namun ia juga tidak bisa seperti ini terus menerus, dirinya membutuhkan keturunan. Setidaknya hak batinnya terpenuhi terlebih dahulu, jika memang belum siap mempunyai momongan.

Memikirkan itu semua membuat kepalanya berdenyut sakit. Hiro memijat-mijat bagian pelipisnya yang terasa nyeri.

"Mas kenapa?" tanya Sekar dari dalam rumah saat sudah selesai mandi dan berpakaian.

"Tidak apa-apa" ucap Hiro sambil tersenyum.

"Masuk Mas, udah mulai maghrib. Ga baik di luar" ucap Sekar sambil menarik lengan Hiro.

"Saya mandi dulu" ucap Hiro setiba nya di kamar mereka.

Sekar pun menyiapkan pakaian untuk Hiro kenakan.

🧸🧶🧸

Di lain tempat. Sepasang pengantin tengah dilanda kebahagiaan.

Tak henti-hentinya Sano menyunggingkan senyuman tulus untuk istrinya tercinta.

Beda hal nya dengan Sekar, Utari tidak mengerti bahasa Jepang. Selama ini ia berbicara dengan Sano menggunakan bahasa Inggris kadang di campur dengan bahasa Indonesia. Ia pernah menggunakan bahasa Belanda, namun Sano tidak mengerti.

Alhasil bahasa yang Sano gunakan di sini juga bercampur-campur layaknya gado-gado.

"Kenapa kamu senyum-senyum sih Kak?" tanya Utari penasaran.

Sano pun terduduk di atas kasur menghadap sang istri.

"Saya bahagia banget hari ini dan yang pasti selamanya, sampai maut memisahkan kita" ucap Sano sambil terus menyunggingkan senyuman dan memeluk Utari dengan sangat erat.

Utari membalasnya dengan tak kalah eratnya. "Aku beruntung punya suami kaya kamu Kak" ucapnya tulus.

"Arigatou gozaimasu" ucap Sano.

"Doitashimasite" sahut Utari dengan aksen yang aneh, membuat Sano tertawa.

"Kamu lucu" ucap Sano sambil mencubit hidung kurang mancung Utari.

"Aww, sakit Kak" rengek Utari memegang hidungnya yang memerah.

"Setelah menikah, ternyata melakukan apapun lebih leluasa ya" ucap Sano sekenanya.

"Sudah halal itu bebas Kak" sahut Utari di dalam dekapan Sano.

"Semoga cinta kita abadi selama nya. Kamu setia sama saya, dan sebaliknya juga saya harus setia sama kamu." Ucap Sano sambil memejamkan mata dan menghirup harum rambut Utari yang baru di shampo.

"Ingat kata-kata saya. Jika saya berbuat yang salah, tolong bantu untuk kembali ke jalan yang lurus. Kamu menemaniku sampai hari tua, dan anak-anak kita di masa yang akan datang."

"Aishiteru my wife"

"Aishiteru too, bapak penerjemah" ucap Utari dengan senyum merekah dan mendapat kelitikan dari Sano yang sangat menggelikan pinggangnya.

Mereka pun tertawa bersama.

🧸🧶🧸

Malam pun tiba. Sekar merasakan tak enak dalam tidurnya. Saat membuka matanya ia terkaget karena Hiro meminum obat yang tidak ia ketahui obat apa.

"Mas, kamu kenapa?" tanya Sekar panik, dan mengguncang-guncang bahu Hiro. Dan menepuk-nepuk pipi suaminya.

"Sadar Mas, kamu jangan bikin aku khawatir" ucap Sekar sudah mulai menangis.

Sekar menangkupkan punggung tangannya pada dahi Hiro. Sangat terasa panas. Wajah Hiro memerah. Dan juga Hiro berusaha membuka kancing bajunya.

"Panas" racau Hiro.

Dengan sekuat tenaga Hiro merobek kemeja nya.

Sekar curiga ada yang tidak beres dengan suaminya. Dan bergegas mengambil obat yang sudah di telan oleh Hiro.

Pil obat pusing tapi efeknya seperti ini? Obat apa, aku tidak mengerti, ke rumah ayah dan ibu juga lumayan jauh. Hikss apa yang harus ku perbuat. Batin Sekar bingung.

Sesaat setelah sadar dari lamunannya, tiba-tiba Sekar di tarik paksa oleh Hiro yang kini sudah tidak memakai kemejanya.

"Lepasin" teriak Sekar.

"Panas" racau Hiro.

"Kamu minum obat apasih, sampai bisa seperti ini hah?!" Ucap Sekar dengan mata memerah menahan tangis, takut di apa-apakan Hiro.

"Sakit, lepasin tangan aku" sentak Sekar saat pergelangan tangannya dicengkram kuat oleh Hiro.

Hiro sudah tidak bisa menguasai diri nya sendiri. Efek obat itu sangat luar biasa. Hiro salah meminum obat. Seharusnya ia meminum obat sakit kepala, bukan obat yang di berikan rekan sebaraknya saat ia meminta solusi.

Terjadi tarik-menarik antara Sekar dan Hiro. Tenaga Sekar tidak sebanding dengan Hiro, gadis itu kalah telak. Hanya bisa menangis.

"Kamu jahat!!" Ucap Sekar sambil menangis dan memukul-mukul Hiro. Air matanya meluap banyak di pipinya. Pipi dan hidungnya pun memerah.

"Kamu jahat Mas"

"Aku benci kamu!!" Ucap Sekar tak berdaya.

_________________________________________

To be Continue

Hayo loh, Sekar diapain tuh

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Where stories live. Discover now