Epilog

355 24 9
                                    

Cinta tidak bisa dipaksakan bukan?

Seperti hal nya cinta Sekar pada Hiro, cinta yang tidak disangka-sangka. Perasaan benci yang sudah mengakar saat masa penjajahan Belanda. Lalu pemikiran itu yang membuatnya juga membenci Dai Nippon. Terlebih lagi tiga setengah tahun Jepang menjajah Indonesia dengan iming-iming akan memerdekakan Indonesia dari cengkraman Belanda.

350 tahun dan 3,5 tahun. Perbandingan yang sangat jauh bukan? Tetapi siapa sangka penderitaan yang ditorehkan terhadap Indonesia sama saja. Belanda kejam, Nippon juga tak kalah kejamnya. Terlebih lagi angkatan daratnya (Rikugun).

Kerja rodi, tanam paksa, monopoli rempah-rempah, romusha, seikerei, dan jugun ianfu. Ini semua adalah beberapa dari kekejaman masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Mungkin dengan jatuhnya bom atom little boy dan fat man yang terjatuh di Hiroshima dan Nagasaki merupakan dampak positif bagi negeri yang dijajah Jepang kala itu. Negeri-negeri yang dijajah bisa terlepas dari cengkraman Nippon.

Ya, semua ada dampak positif dan negatifnya.

Akhirnya Sekar bisa hidup aman dengan Hiro. Satu tahun setelah kembalinya Hiro ke Indonesia. Tentara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang secara resmi dibubarkan pada tahun 1947.

Hiro tidak lagi berprofesi sebagai tentara. Namun ia masih menjadi seorang interpreter dengan empat bahasa; Jepang, Thailand, Inggris, dan Indonesia. Dan juga translator pada beberapa buku miliknya.

Tidak terasa 15 tahun telah berlalu. Keluarga kecil Sekar dan Hiro pun telah bertambah dengan seorang putri kecil yang lahir empat tahun lalu.

"Kakak, kamu dari mana aja sih?" Sekar sudah bercakak pinggang di depan pintu rumahnya.

Mentari sudah terbenam, dan Jion baru pulang bermain.

"Kakak dari rumah nenek sama abah, Ma" ucap Jion jujur.

"Jangan dibiasakan pulang sore seperti ini, tidak baik. Mama cemas nunggu kakak pulang."

Dari arah belakang Sekar, Hiro menggendong putri bungsu nya yang berusia 4 tahun. Yang bernama Akira Ryuu.

"Sudah-sudah, ayo Jion segera mandi ya. Kita pergi ke surau sembahyang maghrib sama papa" Hiro menuntun Jion untuk masuk ke rumah dan Sekar menutup pintu dan jendela rumah.

"Alright" ucap Jion dengan semangat ia bergegas menuju kamar mandi. Setelah itu ia memakai baju koko, sarung, dan peci hitam andalannya sama seperti sang abah -Tuan Sutardji.

"Mama, dedek. Kakak sama papa pamit ya. Baik-baik di rumah sendirian ya Ma" Jion mencium punggung tangan Sekar.

"Anak pintar. Mama sayang Jion, jadi anak soleh ya" Sekar mengecup kedua pipi Jion dengan gemas.

Hiro melipat sejadahnya dan melampirkannya di pundak sebelah kanan. Lalu berpamitan pada Sekar seperti biasanya saat hendak sembahyang maghrib dan isya' di surau.

"Mas berangkat, kamu hati-hati dirumah. Jangan membuka pintu untuk orang yang tidak dikenal" nasihat Hiro pada Sekar.

Sekar hanya manggut-manggut dengan ucapan Hiro.

"Assalamu'alaikum" ucap Hiro sambil mengecup pipi putri bungsunya dalam gendongan Sekar.

"Wa'alaikumsalam" Sekar tersenyum dan melambai-lambaikannya tangannya pada dua lelaki tercintanya.

Ia pun segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.


TAMAT
.
.
.

Terima kasih banyak untuk temen-temen yang udah dukung cerita ini dari awal sampe akhir.

Gimana nih menurut kalian isi dari cerita ini semuanya?

Kalian suka tokoh apa di cerita ini?
1. Hiro Ryuu
2. Sekar
3. Sanosan
4. Utari
5. Rajendra
6. Ganendra
7. Bu Harumi
8. Tuan Sutardji
9. Jendral Hitoshi
10. Jion Nandito
11. Akira Ryuu
12. Fumiko Nami -ibu Hiro

Jika kamu punya saran atau kritik yang positif, mohon dibantu.

Okay, next cerita baru🤗

[Love sekebon]

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Where stories live. Discover now