Bab-24

140 15 1
                                    

[BENCI]

Kadang-kadang hidup seperti permainan, entah menang atau kalah tetapi kamu harus mengerahkan semua upaya terbaik.

21-12-2021

_________________________________________

Ayam jago sudah berkokok. Pertanda bahwa mentari mulai terbit di ufuk timur.

Sepasang insan itu masih terbaring di ranjang dengan diselimuti selimut.

Sekar terbangun dari tidurnya. Dan melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 4 pagi.

Ia merasakan sakit pada seluruh tubuhnya, dan melirik ke arah samping. Pria itu masih tertidur nyenyak seakan tidak terjadi apa-apa semalam.

Pikiran Sekar melayang pada kejadian semalam. Dengan segera ia mengambil samping untuk membalut badannya. Dan masuk ke kamar mandi. Menjalani rutinitas seperti biasa tapi serasa baru.

Di dalam kamar mandi ia menangisi dirinya. Ia belum siap jika memiliki momongan di usia yang baru menginjak 19 tahun.

"Hiks hiks, aku membenci nya!" ucap Sekar sesegukan.

"Mengapa jadi begini sih. Bagaimana kedepannya. Masa masih muda sudah harus gendong anak sih"

Sekar mempunyai prinsip, ia tidak ingin mempunyai anak di bawah umur 20 tahun. Dia masih ingin menikmati masa mudanya.

Tapi jika Tuhan berkehendak lain, ia bisa apa? Seperti ia menikah dengan Hiro pun itu tidak pernah terpikirkan olehnya menikah dengan seorang tentara angkatan laut Kekaisaran Jepang.

Air matanya terus mencuat ke luar dan mengalir di pipinya.

Akhirnya ia mengakhiri aktivitas mandi. Dan bergegas untuk membuat sarapan. Biarlah suaminya masih tidur, gadis itu sudah tidak gadis lagi.

"Kamu ga bisa di percaya" gumam Sekar sambil membuat sarapan di pagi hari.

Sedangkan Hiro masih belum bangun dari tidurnya.

Subuh sudah menjelang, Sekar pun mengerjakan kewajibannya.

"Semoga kedepannya baik-baik saja, aamiin" ucap Sekar di sela-sela do'a nya.

"Mas, ayo bangun." Sekar menepuk pelan kedua pipi Hiro.

"Bangun, Mas. Udah pagi" ucap Sekar tepat di samping telinga Hiro.

Hiro meresponnya hanya dengan menggeliatkan tubuh. "Ughhh" Hiro melenguh pelan.

Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Perlahan mata tajam itu terbuka.

Ia syok mendapati keadaannya yang tak rapih di balik selimutnya.

"Sssst, sakit" ucap Hiro sambil memegang pelipisnya.

Hiro memutar lehernya yang terasa sangat pegal.

"Sekar, kepala mas sangat pusing" ucap Hiro dengan lemah.

"Semalam Mas menelan obat apa sampai bisa seperti ini?" Ucap Sekar dengan agak kesal.

"Obat?" Ucap Hiro mengingat-ingat kejadian semalam.

"Ya ampun, apakah semalam saya berbuat yang keterlaluan pada mu?" tanya Hiro khawatir.

"Menurut Anda bagaimana Tuan?" Ucap Sekar dengan menyunggingkan senyum sinis.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Where stories live. Discover now