Bab-7

200 50 1
                                    

[Rumah Persinggahan]

Berhenti bermimpi, mulailah bekerja dan kejar impianmu.

12-12-2020

________________________________________

"Akan disimpan dimana tuan?" tanya seorang pemuda yang akan mengangkat kayu dan bambu.

"Di sebelah sana saja" ucap tuan Sutarji menunjuk ke suatu arah.

"Baik tuan"

Dan mereka semua yang ada di situ membantu mengangkat semua kayu. Kecuali Sekar, yang tidak membantu mengangkat kayu, karena dia memakai kemben dan kebaya ciri khas gadis dizaman itu.

Orang-orang dari toko kayu tersebut, sudah tiga kali balik ke sini untuk mengantarkan kayu-kayu yang dipesan sebelumnya.

"Tuan, semua nya sudah selesai, kami pamit dulu ya" ucap seorang pemuda pada tuan Sutardji.

"Baik, terima kasih banyak untuk bantuannya. Ini ada sedikit upah untuk kalian, jangan beritahu atasan kalian jika saya memberi uang jalan pada kalian ya. Karena bos kalian sudah saya bayar untuk uang kayunya."

"Baik tuan, sekali lagi terima kasih banyak" ucap ke-empat orang itu.

"Ya, terima kasih kembali."

"Kami pamit ya tuan" ucap ke-empat orang itu, dan kembali sambil mendorong gerobaknya.

"Ayah" ucap Sekar mendekat ke arah tuan Sutarji.

"Eh... sudah selesai nak?"

"Sudah, ini selai nya dari ibu" Sekar memberikan rantang itu ke tangan ayahnya.

"Mari kita berteduh, hari ini cuacanya agak bersahabat. Awan itu menutupi cahaya matahari, jadi tidak terlalu panas."

Mereka berempat pun, berteduh lagi di bawah pohon rambutan.

Tuan Sutardji membuka rantang nya. Ternyata istrinya membawakan banyak tumpukan roti tawar di tiga wadah rantang tersebut. Masing-masing dari satu wadah berisi sepuluh lembar roti.

"Istri ku sangat pengertian" ucap tuan Sutarji dalam hati.

"Mari dimakan, nak Hiro dan nak Sano."

"Ayah, ini sendoknya" Sekar menyerahkan sebuah sendok ke pada ayahnya, dan satu lagi ia simpan di wadah yang berisi selai sirsak. Agar Hiro atau Sano, bisa mencicipinya juga.

Saat tuan Sutarji sudah selesai mengoles roti dengan selai sirsak. Dengan lahap ia memakannya.

Melihat tuan Sutarji yang lahap memakan roti.

Sano dan Hiro bertukar pandang dan sangat tergiur untuk segera mencicipinya.

Hiro dan Sano sudah mengoles rotinya dengan selai sirsak dan mencoba mencicipi rotinya.

"Mantappu, ini sangat enak" ucap Sano dengan mata berbinar-binar, sambil mengangkat jempol tangannya. Setelah mencoba selai sirsak buatan bu Harumi.

"Betul, sangat nikmat walaupun tampilannya sangat sederhana" ucap Hiro menimpali.

Tuan Sutarji tersenyum, mendengar ucapan-ucapan yang terlontar dari kedua pemuda disampingnya.

"Makan nya jangan terlalu banyak, takut perutnya begah, nanti tertidur. Hahahaha"

"Iya paman, tidak akan banyak-banyak" ucap Hiro yang masih asik memakan roti dengan selai sirsaknya.

Sekar hanya menyimak ucapan ketiga laki-laki yang ada di hadapannya.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang