Bab-9

193 43 11
                                    

[Ada Karena Terbiasa]

Jangan pernah berhenti menunjukkan kepada seseorang betapa mereka sangat berarti bagimu.

14-12-2020

_________________________________________

Setelah mobil yang Sano kendarai sudah jauh melintas, dan sudah tak terlihat lagi.

Hiro memulai percakapan. Agar keadaan atmosfer di antara Hiro dan Sekar menjadi tidak canggung seperti sebelumnya.

"Kalau boleh tau, hari ini kenapa kamu bangun kesiangan?" tanya Hiro pada Sekar dengan berhati-hati.

Sekar menegakkan kepalanya yang semula menunduk. Ia menatap wajah Hiro dan mengucapkan.

"Semalam aku membaca tafsir buku, lalu ketiduran."

"Mengapa bisa ketiduran?"

"Ya karena mengantuk lah" jawab Sekar dengan ketus.

Hiro ingin sekali bercakap-cakap dengan Sekar, namun ia bingung ingin membahas topik apalagi. Sedangkan orang yang diajak bicara, menjawab pertanyaannya dengan nada ketus.

Dengan begitu Hiro kembali memilih untuk diam.

Sepuluh menit tanpa pembicaraan, membuat Sekar merasa tak biasa. Sekarang giliran Sekar yang ingin mengajak ngobrol Hiro.

"Emmh... kak" Sekar menjadi gugup ingin memulai pembicaraan lagi.

"Ya?" Hiro menoleh ke arah Sekar, dengan alis yang bertaut.

"Maaf, lepaskan tanganku" ucap Sekar dengan lirih. Namun masih bisa terdengar oleh Hiro.

Hiro melirik ke arah tangannya, ia tercengang melihat perbuatannya sendiri. Dengan segera, ia melepaskan genggamannya terhadap jemari Sekar.

"Ma-maaf kan saya" Hiro berucap dengan terbata-bata. Saking kagetnya dengan perbuatannya yang spontan tadi. Berani-beraninya ia menggenggam tangan Sekar, yang belum lama di kenalnya.

Tetapi beda halnya dengan yang dialami Sekar. Ia menjadi tidak senang setelah tangan Hiro melepaskan jemarinya.

"Mengapa aku menjadi sedih? kan aku juga yang mengingatkan dia secara halus, untuk melepaskan genggamannya" Batin Sekar bertolak belakang dengan pikirannnya.

"Maafkan saya Sekar, tadi saya lancang terhadapmu" Hiro mencoba melambatkan tempo jalannya. Agar Sekar berada di depannya dan ia berjalan di belakang Sekar.

"Iya tidak apa-apa kak" baru kali ini Hiro melihat senyuman tulus dari Sekar untuk dirinya.

Hiro diam-diam tersenyum juga.

Tiba saatnya mereka di tempat tujuan. Yakni di rumah belajar bahasa.

Sano, paman Hitoshi, dan tuan Sutardji sudah mulai menurunkan barang-barang untuk rumah bahasa itu. Mulai dari rak, sampai buku-buku mereka turunkan dan dibawa masuk ke dalam.

Dengan sigap, Hiro juga membantu mengangkat karung-karung yang berisikan banyak buku. Dan membawanya kedalam.

Hanya dua jam, waktu yang mereka semua butuhkan untuk membenahi semuanya.

Kini barang-barang sudah di tempatkan diposisinya masing-masing.

"Hah..... lumayan capek juga ya" ucap Sano sambil mengelap keringat di dahinya. Dan bercakak pinggang, menggeliatkan pinggulnya ke kanan dan kiri. Untuk melepaskan rasa pegal disekujur tubuh.

"Iya, betul." Paman Hitoshi juga sedang mengelap keringatnya di dahi menggunakan lengan bajunya.

"Paman, saya permisi ke belakang dulu."

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Where stories live. Discover now