Bab-1

584 90 12
                                    

[AWAL]

Batu yang keras jika terus di tetesi air maka akan berlubang juga.

06-12-2020

_________________________________________

Terdengar suara derap langkah kaki yang mendekat ke arah Hiro. Tuan itu mendekat ke arahnya. Dia memakai topi khas berwarna hitam, tapi itu bukan sejenis topi pada umumnya. Hiro pernah melihat rakyat di Banten juga ada yang memakai topi seperti itu, ia tau bahwa topi itu digunakan oleh seorang laki-laki muslim saat sedang beribadah. Terlihat sangat elegan penampilannya. Itu adalah kesan pertama ia bertemu dengan beliau.

"Selamat pagi tuan" sapa Hiro pada seorang pria berumur 40 tahun itu. Hiro hendak berdiri namun, Tuan itu mengangkat telapak tangannya. Memberitahunya agar tidak beranjak dari tempat duduk.

"Pagi" ucap nya sambil tersenyum ramah.

"Permisi Tuan, apakah benar tuan adalah Raden Sutardji Widjaya?" ucap Hiro terkesan tidak bertele-tele.

"Iya benar, saya Sutardji Widjaya."

"Perkenalkan nama saya Hiro Ryuu, saya penerjemah dari Dai Nippon Teikoku Kaigun. Saya juga sepupunya paman Hitoshi Imamura", ucap Hiro sambil berjabat tangan dengan tuan Sutardji.

"Paman menyuruh saya untuk datang ke rumah Tuan. Paman berpesan bahwa ia membutuhkan bantuan anda, dan ini surat dari paman Hitoshi" ucap Hiro sambil merogoh saku jasnya dan memberikan surat titipan.

Lalu Tuan Sutardji membaca surat nya.

"Oh iya iya, saya paham. Mungkin dia ingin memastikan lagi, apakah saya bisa membantunya atau tidak" ucap tuan Raden Sutardji, sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Dan perkenalkan juga dia teman saya."

"Selamat pagi tuan, saya Sano Rai. Nama panggilan saya Sanosan"

"Pagi, ya silahkan duduk" ucap tuan Sutardji pada dua pemuda itu.

Selama dua pemuda itu dan tuan Sutardji berbincang-bincang, Hiro sekilas melihat seseorang tengah memperhatikan mereka berdua dari balik pintu. Hiro tersenyum dibuat nya. Merasa terhibur dengan kelakuan gadis itu. Hiro semakin penasaran siapa nama gadis itu?

"Sekar, tolong ambilkan minum dan kue untuk tamu kita!"

Hiro berucap dalam hati.
"Jadi namanya Sekar? hmm nama yang manis seperti orangnya."

"Baik ayah", terdengar suara sahutan dari dalam rumah nya. Yang tak lain adalah suara gadis itu.

Lalu gadis yang sudah diketahui oleh Hiro yang bernama Sekar, melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur.

Sekarang ayah nya menyuruh untuk membuatkan minuman dan membawakan cemilan. Namun ayahnya tidak bilang bahwa ingin dibuatkan minuman apa. Dan Sekar pun menghampiri mereka lagi untuk menanyakan, minum kopi atau teh.

"Permisi, tuan-tuan. Tuan ingin di buatkan kopi atau teh?" ucap Sekar pada kedua pemuda itu.

Aku tidak tau namanya, karena pada saat aku menguping pembicaraan, aku tidak mendengar jelas perkataannya pada saat memperkenalkan diri. Batin Sekar.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang