Bab-29

142 14 6
                                    

[PAMIT]

Jangan pernah biarkan kesedihan masa lalumu membuatmu merusak kebahagiaan saat ini.

23-12-2021

_________________________________________

Tepat hari ini keberangkatan Hiro menuju markas Dai Nippon Teikoku Kaigun. Sano tidak dipindah tugaskan karena pangkat nya dibawah Hiro. Hanya para perwira yang dipanggil kembali ke sana.

Hiro sudah siap untuk berangkat. Kini ia berada di rumah mertua nya. Untuk menitipkan Sekar dikala dirinya berperang dan menyusun strategi.

"Ayah, ibu. Saya pamit. Saya minta tolong untuk menjaga istri saya dan calon buah hati kami." Ucap Hiro dengan berjabat tangan dan salam hormat. Takut jika ini pertemuan yang terakhir kalinya.

Lalu Hiro menatap Sekar yang sudah murung dan terlihat di sudut matanya ada genangan air mata.

"Mas pamit, kamu disini jangan mengkhawatirkan saya. Jaga dia baik-baik untuk mas ya." Ucap Hiro pada Sekar lalu mendekapnya dengan erat. Sekar pun menangis di dalam pelukan Hiro.

"Papa pamit ya sayang, jangan membuat mama mu susah. Papa sayang dan cinta sama kamu." Ucap Hiro pada buah hatinya yang masih di dalam kandungan Sekar.

Cup

Cup

Hiro mengecup-kecup perut Sekar.

Setelah itu ia pun berdiri dan berjalan menuju mobil-mobil tentara untuk menuju ke pelabuhan.

"ANATA O AISHITEIMASU" teriak Hiro pada Sekar dan melambai-lambaikan tangannya pada keluarga Tuan Sutardji.

Tak lama mobil rombongan tentara tersebut pun melaju pergi.

Setelah keberangkatan Hiro dan rombongannya. Bu Harumi menyuruh Sekar untuk masuk ke dalam rumah. Namun, Sekar tak bergeming. Dirinya masih betah berlama-lama berdiri menatap ke arah jalan yang tadi dilewati rombongan mobil tentara.

"Ayo masuk" ajak Bu Harumi pada putri sulungnya.

Sekar masih tetap diam.

Sudah beberapa kali Bu Harumi mengajak putri nya untuk masuk ke dalam rumah. Tapi Sekar masih tidak bergeming jua.

"Yasudah, ibu duluan masuk ya" ucap Bu Harumi yang sudah masuk ke dalam rumah.

Sekar meneteskan air mata yang tadi masih terbendung di pelupuk matanya.

Dirinya takuat menahan tangis. Selepas  hari dimana dirinya dipeluk Hiro dari belakang saat ia duduk dikursi tua dekat jendela. Malamnya ia memikirkan perasaannya terhadap Hiro. Ternyata tembok pertahanannya sudah retak. Sekar melihat ketulusan pada pancaran mata Hiro saat menatap dirinya. Ternyata dirinya memang mencintai Hiro.

Apakah sudah terlambat?

Hiro sudah pergi untuk berperang. Bahaya yang selalu dinanti pria itu. Akankah Sekar masih bisa melihat raga pria itu dengan utuh. Hatinya sangat sakit. Ia belum mengutarakan isi hati yang sesungguhnya pada Hiro.

Air mata nya mencuat dan mengalir di pipinya. Dirinya tak kuasa menahan tangis.

"Hikss, hati-hati dijalan. Semoga selamat sampai tujuan, Mas. Aku mendoakan mu dari sini" gumam Sekar dengan mengusap air matanya.

秋雨 "Hujan Musim Gugur" [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt