22. He is so stupid

Beginne am Anfang
                                    

Awalnya Hezie memandang Derjov sebagai pria yang bodoh, keras kepala, dan buta cinta. Derjov memang kaya raya namun uangnya tidak dia gunakan untuk membeli kebahagiaan. Semua kekacauan dalam hidupnya ini adalah pilihannya sendiri.

"Dasar bodoh." Namun kini Hezie mulai memahami Derjov, pria itu sebenarnya sudah mendapatkan kebahagiaannya. Istri dan anaknya adalah segalanya baginya, dunianya, tidak peduli seperti apa mereka membalas semua kemurahan hatinya.

"Apa dia bisa mencintaiku suatu saat nanti Kak?"

"Tentu saja. Aku yakin suatu hari nanti, kalian akan saling mencintai."

"Aku tidak akan pernah menceraikannya, meski dia marah dan memaksaku."

"Itu bagus, apa yang kamu lakukan memang benar. Setidaknya Zavel harus memiliki orang tua yang lengkap, dan mendapatkan kasih sayang dari kalian berdua."

Derjov menghela napas. "Tentang kasih sayang itu... aku sebenarnya ragu. Pertengkaran kami bisa berdampak pada Zavel saat dia sudah agak lebih besar nanti. Banyak anak-anak yang depresi karena keluarga yang tidak harmonis. Aku dan Kirei tidak bisa menghabiskan hidup dengan bertengkar."

Hezie menepuk bahu Derjov. "Makanya, jangan menyerah untuk membuatnya jatuh cinta padamu. Meski kamu sudah beruban nanti."

***

"Aku tidak mencintainya," gumam Kirei sambil mengusap air matanya. Dia tengah berjalan di trotoar. Jalanan terlihat sepi, dan hari mulai gelap. Entah bagaimana dia bisa sampai ke sana. Dari tadi Kirei hanya melangkahkan kaki menjauh dari mansion.

"Sudahlah jangan menangisi pria tua itu." Jevian yang dari tadi menemaninya, tiba-tiba memeluknya dari belakang, membuat wanita itu jadi membeku. "Kamu tidak ingin menceritakan sesuatu padaku?"

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku." Kirei hendak melepaskan pelukan Jevian, namun pemuda itu justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Oh ayolah Rei, aku hanya ingin menenangkanmu dengan pelukan ini, apa itu masalah? Orang yang sedih biasanya butuh pelukan." Jevian tersenyum santai.

Kirei berhenti memberontak, dia menelan ludah dengan tatapan lurus ke depan. "Tentu saja ini masalah jika Derjov melihat kita, dia akan membunuhmu. Dan aku tidak butuh pelukan pria lain, kecuali itu Guelzio."

Jevian terkekeh. "Kau lucu, sangat lucu. Inilah kenapa aku sangat menyukaimu Rei."

"Tidak ada gunanya bercerita padamu, karena kau sendiri adalah penyebab semua ini kan?" tanya Kirei sebelum akhirnya berhasil melepaskan diri dari pelukan Jevian. "Kenapa kau mencariku setelah sekian lama?" Kirei mengalihkan pandangannya.

Jevian menarik tangannya, memutar tubuh Kirei hingga berhadapan dengannya. "Apa menurutmu aku ingin membuatmu sakit hati lagi?" Dia tersenyum, "Aku ingin memastikan dulu bahwa sebenarnya kau tahu kenapa Derjov tidak suka dengan kehadiranku kan?"

Kirei meremat lengan Jevian yang merangkul pinggangnya dengan erat. "Iya, dia tahu kita berada di klub malam saat itu."

"Lalu kenapa kau tidak mengakuinya? Patuhi suamimu dan usir saja aku saat itu juga."

"Justru itu akan menjadi masalah besar, dia akan menuduhku yang macam-macam. Padahal aku bertemu denganmu di klub malam dengan tidak sengaja, dan kau!" Kirei menunjuk Jevian tepat di depan wajahnya. "Kau telah memberi sesuatu pada minumanku agar aku tidak sadarkan diri, Derjov sudah menyadari hal itu. Kau sangat nekat, aku kira kau sudah berubah."

"Intinya, kau tidak ingin Derjov salah paham dan kecewa kan? Kau mulai menghargai Derjov, tapi Guelzio tidak bisa kau singkirkan dari hatimu, jadi kau menyimpan perasaan pada dua orang sekaligus."

"Apa?" Kirei mengerutkan alis, dia berusaha melepaskan rangkulan Jevian namun pemuda itu sangat kuat. "Kau pikir aku ini wanita seperti apa Jev? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Aku berdebat dengan Derjov demi pria kurang ajar sepertimu? Tidak mungkin."

Jevian tidak menghiraukan ucapan Kirei. "Akhirnya kau menyadari sebaik apa Derjov itu kan? Dan sebodoh apa dia hingga memilih wanita sepertimu untuk menemani sisa hidupnya."

"Tutup mulutmu Jev!" Kirei berusaha memberontak. "Apa yang ingin kau katakan? Jangan macam-macam padaku."

"Mana mungkin aku macam-macam padamu." Jevian melepaskan pelukannya, Kirei jadi lega mendengarnya. "Sebenarnya aku kabur dari rumah karena Ayah berniat menjodohkanku."

Kirei berusaha menenangkan hatinya. "Aku kira kau sudah benar-benar gila." Buru-buru dia menyingkirkan pikiran buruk tentang Jevian. Pemuda itu terkadang memang suka begitu. Bagaimana pun juga, Jevian adalah temannya.

Juga, dia adalah mantannya.

Mantan yang mencampakkannya malam itu saat pertama kali dia bertemu dengan Derjov.

"Tapi aku masih mencintaimu, pertemuan kita saat itu membuatku kembali menyukaimu, sangat menyukaimu, dan apa pun akan aku lakukan untuk mendapatkanmu."

Kirei terkejut. "Kau benar-benar gila?!" teriaknya.

Jevian langsung menutup mulut Kirei dengan tangannya. "Sst.. jangan berteriak, atau suamimu akan mendengarnya nanti. Kau tidak ingin dituduh yang macam-macam kan?" Pria itu tersenyum. "Aku bukan orang jahat."

TBC

Can You Love Me? .endWo Geschichten leben. Entdecke jetzt