24. Love is gone

67 4 0
                                    

"Sebenarnya kamu kenapa Rei?" tanya Derjov setelah menanggalkan kemejanya.

Kirei hanya tersenyum tipis seraya melihat pantulan bayangannya di cermin rias. Di sana pun terlihat Derjov sedang menghampirinya.

Derjov berdiri tepat di belakang Kirei, menghela napas. "Ke mana perginya Kirei yang aku kenal? Raganya ada di sini tapi sepertinya, jiwanya tidak."

Senyuman Kirei luntur. "Jiwaku selalu ada bersama ragaku." Tapi kali ini, ekspresinya tidak bisa berbohong lagi.

Derjov mengalihkan pandangannya. Setelah acara pertemuan seminggu yang lalu, Kirei jadi lebih sering diam dan melamun. Derjov sudah memancingnya untuk bertengkar atau bahkan mengganggu aktifitasnya, tapi wanita itu lebih banyak diam dan mengalah.

Ini aneh, Kirei benar-benar aneh, dan Derjov tidak tahu apa penyebabnya. Lama-lama dia bisa stres karena memikirkannya.

Duaghh!

Dia akhirnya memukul dinding tidak berdosa itu dengan kepalan tangannya hingga berdarah sebagai pelampiasan. Kirei langsung menoleh terkejut, segera memeriksa punggung tangan suaminya. Akhir-akhir ini wanita itu lebih banyak bertindak dari pada bersuara.

Sekian lama hidup dengan Kirei yang berisik dan suka mendebat, sikapnya yang berubah drastis sangat mengusik hati Derjov.

"Sebenarnya apa yang terjadi?! Aku mohon Rei jangan diam begitu, perubahan sikapmu ini bukan perubahan yang baik." Derjov menarik tangannya yang sedang diobati oleh Kirei, mereka saling diam bertatapan cukup lama.

"Kamu lelah setelah lembur, sebaiknya kamu tidur sekarang," ucap Kirei sambil menarik kembali tangan Derjov, memaksanya agar mau diobati.

"Rei, aku tahu kamu tidak mau menceritakan apa pun padaku. Tapi sekali saja, katakan kenapa tiba-tiba kamu jadi begini?"

Bibir Kirei sedikit bergetar, urung untuk berterus terang. "Aku selalu yakin pada cintamu."

"Kenapa bicaramu selalu tidak nyambung?" Derjov menatap tidak percaya, lantas memeluk tubuh rapuh itu. "Apa yang membuatmu begitu terluka? Matamu tidak akan bisa berbohong."

"Tidak, Jov... aku hanya sedang berpikir berlebihan. Aku merasa tidak pantas mendapatkan cintamu."

"Ini bukan soal pantas atau tidak, tapi soal perasaan. Siapapun tidak bisa mengatur akan jatuh cinta pada siapa. Dan aku masih tidak mengerti apa maksud dari perkataanmu."

Kirei mendorong Derjov agar melepas pelukannya. "Maaf, mungkin aku lagi kurang sehat aja. Aku mengantuk, aku mau tidur duluan. Tolong jangan ganggu aku dulu sekarang," ucapnya kemudian membaringkan tubuh di atas ranjang.

Derjov ikut berbaring, lantas dia mengecup dahi Kirei. "Aku terus pada harapan, kamu bisa mencintaiku."

Mata Kirei yang terpejam mengeluarkan air mata, ini adalah malam yang sangat sulit untuknya.

Hari ini dia sangat hancur.

Sementara Derjov yang tidak tahu apa-apa, mulai memeluknya dari belakang. Dia akan selalu dihantui rasa penasaran dengan apa yang terjadi.

"Selamat malam."

***

Keesokan harinya Derjov sedang menikmati sarapan ketika menyadari ada kertas di balik pancake dinginnya. Dengan penasaran dia membuka kertas putih yang terlipat itu kemudian membaca isinya.

Untuk, Derjovzier Khlenzio.

Aku tahu kamu akan menyantap pancake ini. Mungkin ini akan menjadi pancake terakhir buatanku. Jadi, habiskan dulu.

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now