06. Attention and comfort

689 574 221
                                    

"Sepertinya Kirei tidak bisa datang hari ini Jessi, dia sedang sakit."

"Semoga dia cepat sembuh," balas Jessi dari seberang telepon.

"Iya, dan tolong jangan biarkan Guelzio datang ke sini."

Samar-samar Kirei mendengar percakapan Derjov. Seperti belum puas tidur, Kirei berusaha keras membujuk tubuhnya yang lemah agar bangun. Kepalanya saja terasa akan pecah. Sangat pusing.

"Sudah bangun Nyonya Khlenzio? Ingat apa yang kamu lakukan semalam?" Derjov menaruh ponselnya di atas nakas, lantas duduk di pinggir ranjang.

Kirei mengerjapkan mata seraya memegangi kepalanya. "Aku pusing sekali..."

"Ya bagaimana tidak pusing kalau kamu minum tujuh botol alkohol?"

Mata Kirei terbuka sempurna. "Aku nggak minum sebanyak itu!"

"Katamu kemarin minum tujuh," Derjov mendengus.

"Ah kepalaku sakit, aku nggak ingat apapun semalam." Mata Kirei kembali terpejam, berusaha membuat isi kepalanya membaik. Namun sia-sia, efek alkohol ini lebih kuat dari yang biasanya.

Sementara Derjov merasa kecewa. Kirei terlalu banyak meminum alkohol sampai lupa kejadian semalam, dan kemungkinan besar ungkapan cemburu Kirei padanya juga tidak berarti apa-apa.

Padahal Derjov sudah memiliki sedikit kepercayaan diri untuk menyatakan perasaannya yang sejak kapan telah tumbuh. Lebih dari itu dia juga masih khawatir melihat Kirei yang kesakitan.

Derjov mengusap kening Kirei, lantas mengecupnya cukup lama. "Ini masih jam enam pagi, minum obat dulu. Hari ini aku melarangmu menyusui Zavel," ucapnya setelah mengakhiri kecupan.

Kirei mengangguk lemah, berusaha membuka matanya yang kini terasa berat. Dia segera bangun dan menelan kapsul obatnya. Berharap rasa pusingnya lenyap.

"Sepertinya aku tidak mabuk karena alkohol, tapi sudah diberi obat lain kemarin." Kirei menunduk, menyesal pergi ke klub malam itu.

"Tidak mabuk karena alkohol?" Derjov mengernyit.

"Aku tidak pernah merasa sepusing ini setelah meminum dua botol alkohol, itu rekor terbanyak aku minum!" Cemberut, Kirei yakin sekali.

"Hanya dua Rei, mungkin kamu emang kebanyakan minum."

Derjov jelas tidak dapat mengabaikan hal ini, jika benar ada yang mencampur obat dalam minuman Kirei, maka tersangkanya pasti pemuda yang bersamanya malam itu. Kurang ajar!

"Kalo gitu kamu harus janji gak akan pergi ke sana lagi. Aku gak tahu apa jadinya kalo aku terlambat. Ck, bahkan disaat kayak gini cuma suamimu yang peduli, Guelzio gak akan buang-buang waktu buat nyari kamu."

"Kenapa kamu jadi berisik sekali Tuan?" Kirei kembali membaringkan tubuhnya. "Guelzio pasti sibuk sama jadwalnya."

"Jangan tidur lagi, ayo turun." Tanpa aba-aba Derjov langsung menggendong Kirei, membawanya ke ruang tengah. Tempat bersantai dan menonton televisi.

"Terserah." Kirei tidak memberontak seperti biasanya karena sedang tidak bersemangat sama sekali.

"Kamu sarapan sama bubur ya Rei." Derjov mendaratkan Kirei dengan mulus di atas karpet lembut di depan televisi.

Kirei duduk sambil meluruskan kakinya. Hanya diam menatap bubur yang sudah disiapkan tanpa minat. Sementara Derjov juga ikut duduk di sebelahnya, sibuk melahap sandwich ikan yang lezat. Televisi dinyalakan, menampilkan kartun di pagi hari.

Kirei hampir meneteskan liur melihat Derjov menyantap sarapannya. "Aku mau makan sandwich juga."

"No, makan buburnya Rei. Kamu lebih baik makan sesuatu yang hangat." Derjov menolak dengan halus.

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now