14. Flashback, hateful gaze

168 86 40
                                    

Kirei terus berlari menjauh dari restoran, matanya sembab karena menangis. Sementara ponselnya terus berdering, Guelzio meneleponnya dan mengirim pesan spam. Akhirnya Kirei menyerah dan mengangkat panggilan itu.

"Kirei mau ke mana?" suara Guelzio di seberang telepon terdengar khawatir. "Aku antar kamu pulang ya?"

"Guelzio aku bisa pulang sendiri, tolong mengertilah aku-" belum selesai Kirei menjawab, ternyata Guelzio sudah berdiri di belakangnya, memegang lengannya.

Kirei menahan napas, bagaimana bisa semuanya tambah rumit seperti ini? Akan seperti apa respon Guelzio setelah mengetahui semuanya. Dia pasti akan sakit hati dan kecewa pada Kirei.

"Kenapa kamu lari? Kita bisa membicarakan semuanya pelan-pelan. Kamu masih bisa memikirkan jawabanmu nanti. Jangan membuatku tambah khawatir, Rei. Ada apa sebenarnya?"

Kirei kehabisan kosakata, dia ingin mengatakan pada Guelzio bahwa dia sudah kotor, tidak ada harapan bagi hubungan mereka, Kirei tidak pantas untuknya. Namun kemungkinan setelahnya sangat buruk, Kirei tidak mau Guelzio pergi meninggalkannya.

"Katanya kamu merindukanku?" Guelzio menarik Kirei agar menghadap ke arahnya, kemudian dilihatnya mata Kirei yang sembab entah karena apa. "Jelek, aku tidak suka melihatmu menangis."

"Kalau begitu jangan dilihat."

"Mana bisa, orang duniaku ada di kamu."

"Guelzio, please..." Kirei mengalihkan pandangannya.

"Aku masih ingin menghabiskan waktu denganmu, jadi jangan lari lagi." Tanpa menunggu tanggapan Kirei, Guelzio menggandeng wanita itu agar berjalan di sampingnya.

"Mau ke mana?"

"Makan es krim."

"Tapi aku lagi gak mau es krim, mau pulang aja."

"Tapi aku mau es krim."

Kirei tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Bisa saja dia pergi meninggalkan Guelzio di sana, namun dia tidak melakukannya. Kirei masih menemani Guelzio sampai pemuda itu menghabiskan es krimnya.

"Aku bukan orang yang baik untukmu, Guel," ucap Kirei tiba-tiba.

Guelzio menatap Kirei dengan sendok es krim yang masih berada di mulutnya, sementara ekspresinya masih biasa saja. "Terus?"

"Akhir-akhir ini aku kacau, aku jadi pemarah, gampang kesal, intinya aku bukan Kirei yang kamu kenal lagi."

"Kamu ada masalah apa sih? Jangan cemas, semuanya akan baik-baik saja."

Guelzio sama sekali tidak mengharapkan hal ini terjadi setelah kepulangannya dari luar negeri. Guelzio pikir setelah Kirei putus, dia bisa dengan mudah berkencan dengan Kirei. Namun sepertinya ada masalah lain yang membuat hal ini menjadi tidak mudah bagi Kirei.

"Aku takut, Guel." Kirei hanya takut jika Guelzio meninggalkannya karena kecewa.

"Aku ada di sini agar kamu tahu jika kamu tidak seburuk itu. Kamu masih Kirei yang aku kenal, pintar, cantik, dan berbakat." Beberapa saat setelahnya Guelzio berdiri, mereka melanjutkan dengan jalan kaki.

Mungkin di dunia ini tidak ada yang lebih mengenal Kirei selain Guelzio. Selama ini Guelzio selalu menyempatkan waktu untuk bersama Kirei di sela-sela jadwalnya yang padat. Mereka sudah sedekat itu, lalu bagaimana jika Guelzio tahu apa yang telah Kirei lakukan? Apa yang akan pemuda itu rasakan nanti? Sangat sulit dijelaskan.

"Aku mau pulang." Kirei jelas tidak mau mengecewakan orang yang paling dia sayang. Ini terasa menyedihkan.

"Kita memang mau pulang, bentar lagi sopirku datang," Guelzio tersenyum.

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now