09. Don't set me up

603 520 180
                                    

"Selamat pagi Jevian, ternyata kau masih bisa melihat matahari terbit." Derjov menyindir Jevian yang baru datang ke ruang makan.

Pria dua-puluh tahun itu berhasil menginap karena Kirei terlalu percaya padanya dan membenarkan ucapannya. Sementara Derjov masih belum terima, perasaannya tidak enak pada orang itu.

"Kamu ngomong apa sih Jov?" Kirei menyikut lengan suaminya. "Duduklah, ayo kita sarapan bersama," dia tersenyum ramah pada Jevian.

Pemuda itu cuma nyengir, ucapan Derjov tidak berkesan apapun padanya. "Makasih Rei."

"Ayo, kau boleh menikmati semua makanan ini," ucap Kirei dengan ceria.

"Iya makan aja, gak ada racunnya kok." Derjov heran melihat penampilan Jevian pagi ini, "Kau membawa baju ganti?"

"Iya, aku bawa dua baju ganti karena memang harus pergi dari rumah untuk beberapa waktu," jawab Jevian.

"Sampai kapan? Udara di sini gak gratis, lima menit lima ribu. Air, listrik, nanti aku buatkan tagihan."

"Udah Jov, makan sarapanmu." Kirei duduk di samping Derjov, menyiapkan piring dan nasinya.

Derjov menatap Kirei, mengernyit. "Sarapan ini kamu yang masak?"

Kirei hanya mengangguk sebagai jawaban, lantas menyiapkan sarapan Jevian juga. Kemudian mereka makan bersama dengan khidmat.

"Masakan kamu enak Rei." Jevian bertepuk tangan kecil, memuji.

"Lain kali kamu harus masak untuk makan malam juga," ucap Derjov sembari menikmati sarapannya.

Kirei tersenyum. "Bilang aja masakanku enak Jov."

Derjov mengangkat bahu. "Kamu jarang masak." Dia pikir Kirei memasak hanya karena Jevian ada di rumah, jadi agak malas memuji masakannya.

Selesai dengan Derjov, Kirei beralih pada pemuda yang duduk di hadapannya. "Kamu harus menceritakan masalahmu padaku, Vian."

Jevian mendongak. "Iya Rei, ngomong-ngomong aku lihat playstation di ruang tengah, apa boleh aku sentuh?"

"Kamu nanya apa? Kita bakal main itu setelah ini!"

"Wah, aku udah lama gak main game sama kamu."

"Baiklah, tapi kalo kamu kalah kamu harus mentraktirku es krim matcha. Kamu punya uang kan?"

"Setuju, tapi kalo kamu yang kalah, kamu harus..." Jevian menggantung ucapannya, kemudian meminta Kirei untuk mendekat. Mereka kemudian berdiri, saling berbisik.

Kirei tertawa kecil setelah mendengar bisikan Jevian.

Sementara Derjov mulai kesal, seakan dia hanyalah angin yang tidak dipedulikan keberadaannya. Melihat Kirei lebih percaya pada Jevian saja sudah membuatnya sakit, apalagi diacuhkan.

Derjov pura-pura batuk sangat keras sampai Kirei dan Jevian menoleh padanya. Lantas mengelap mulutnya dengan tisu, dan berdiri, kemudian berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.

Melihat hal itu Kirei hanya mengangkat bahu. Sebenarnya dia bingung dengan tingkah aneh suaminya, apalagi dia sedih melihat sarapan Derjov hanya berkurang seperempat. Dia bisa kurus jika makan sebanyak itu.

***

Derjov melepas kacamatanya setelah menghabiskan buku ke-tujuh yang dia baca. Matanya berkedut seakan minta istirahat, tapi ini baru jam dua belas siang. Apa yang bisa dia lakukan sekarang?

"Halo Gerald, bagaimana keadaan perusahaan tanpa aku?" Derjov akhirnya memutuskan untuk menghubungi asistennya.

"Semuanya aman Tuan, persiapkan diri Anda untuk acara besok. Sepertinya akan sangat meriah," balas Gerald dari seberang telepon.

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now