05. Damn alcohol

722 601 215
                                    

"Tuan Khlenzio! Turunkan aku dari mobil jelekmu ini!" Selama di perjalanan pulang, Kirei terus saja bicara asal dan menggerutu tidak jelas.

Derjov sudah sangat lelah sampai tak kuasa menanggapi ocehan istrinya. Dia tentu saja masih marah, bayangan Kirei saat di dalam klub dengan pria itu masih terus menghantui pikirannya. Derjov tidak rela aset berharganya dengan bebas disentuh seperti itu.

Sebelumnya Derjov juga pernah memergoki Kirei yang tanpa sengaja dikukung oleh Guelzio saat mereka sedang syuting iklan. Namun Derjov masih bisa bersabar.

Sangat berbeda dengan malam ini.

Apa yang dilakukan Kirei malam ini sudah di luar batas. Mereka sudah sepakat tidak ada kata pulang terlambat apalagi alkohol dan orang ketiga seperti pria asing di dalam klub tadi.

Derjov melirik paha istrinya yang terekspos. Jaketnya tidak mampu menutupi bagian-bagian seksi dari tubuh Kirei. Derjov menelan ludah, kemudian kembali fokus menyetir.

Malam ini terasa sangat berat untuknya. Derjov berkali-kali menghela napas. Kenapa Kirei selalu menyakitinya seperti ini?

Derjov memelankan laju mobilnya, membenarkan jaket yang Kirei kenakan. Istrinya itu entah sejak kapan telah terlelap, kadar alkohol yang dia minum mungkin sangat banyak. Derjov mengusap rambut Kirei dengan lembut.

"Kenapa kamu menyentuhku?" Kirei terbangun saat Derjov membelai rambutnya.

Derjov tersenyum kecil. "Udah sadar?"

"Emangnya aku ini lemah sama alkohol?" ucap Kirei yang padahal matanya saja tidak dapat fokus memandang Derjov.

"Hm, cara bicaramu membuktikan kalo kamu masih belum sadar seratus persen Kirei," ucap Derjov sok tahu.

"Sudahlah aku mau pulang!" Kirei merengek.

"Harusnya kamu minta maaf sama suamimu ini. Kamu hampir diperkosa dan aku sangat khawatir. Ingat Rei, kamu sudah punya anak di rumah!" Derjov hampir frustasi.

Dia hampir kelepasan. Kirei belum sadar sepenuhnya, jadi pertanyaan atau amarah seperti itu terlalu berat untuk dicerna otaknya yang masih terpengaruh alkohol. Jadi percuma saja.

"Kenapa kamu terus mengomel. Aku habis ngapain emang? Aku sangat pusing sampai ingin muntah." Kirei memegangi kepalanya yang berdenyut.

Derjov kembali khawatir, lantas mengulurkan tangannya untuk membelai pipi Kirei. "Kamu baik-baik saja kan Rei? Bertahanlah bentar lagi, aku baru membersihkan mobil ini jadi jangan muntah di sini." Dia menambah kecepatan mobilnya.

"Aku sangat lemas rasanya." Tubuh Kirei seperti tidak ada tenaganya. Tiba-tiba dia malah mengantuk, matanya terasa berat. Derjov mengusap tangannya lembut. Hingga akhirnya wanita itu benar-benar terpejam.

Derjov menggenggam tangan Kirei. Yang dia lakukan malam ini tidak sebatas hanya karena rasa cemburu. Dia memang ingin melindungi Kirei dan benar-benar mencemaskannya.

Sesampainya di Mansion, satpam segera membukakan pintu gerbang agar mobil Tuannya bisa masuk. Derjov memarkir mobilnya di halaman begitu saja, lantas segera keluar dari dalam mobil dengan tergesa-gesa.

"Masukkan mobilku ke dalam garasi," ucapnya pada satpam, kemudian menggendong Kirei dengan hati-hati ke dalam rumah.

Sesampainya mereka di kamar, Derjov segera menurunkan Kirei yang masih terlelap di atas ranjang.

Kemudian Hana datang dan bertanya, "Tuan, bagaimana keadaan Nyonya? Apa semuanya baik-baik saja?"

"Ambilkan obat pereda pengar. Zavel tidak terbangun kan?" tanya Derjov tanpa menoleh.

Hana yang berdiri di ambang pintu pun mengangguk. "Tuan muda masih tidur nyenyak. Saya akan ambilkan obatnya." Segera beranjak mengambil apa yang Tuannya pinta.

Derjov melepas jaket yang Kirei kenakan. Menutup pintu agar tidak ada seorang pun yang bisa masuk. Derjov mengusap wajah istrinya dengan lembut, mengecup kening, dan pipinya yang memerah akibat terlalu banyak meminum alkohol.

"Kenapa kamu tega sekali Rei? Padahal aku sayang padamu. Tapi apa yang selama ini kamu lakukan di belakangku?" Derjov memegang pakaian tipis yang membalut tubuh Kirei, melepas semua yang dikenakan istrinya itu, kemudian menggantinya dengan pakaian baru.

Derjov tidak tahan mencium bau alkohol. Dia sudah lama tidak mabuk-mabukan.

Setelah itu Derjov duduk di pinggir ranjang, berusaha menenangkan pikirannya. Rasanya dia belum puas sebelum membunuh orang yang berani menyentuh Kirei tadi.

"Heumhh."

Itu hanya suara Kirei yang bergeliat tidak nyaman dalam tidurnya.

Derjov menatapnya sekilas kemudian beranjak menuju lemari. Berganti pakaian karena dia merasa bau tubuhnya seperti sudah tercampur dengan alkohol juga.

Kirei terus menggeliat tidak nyaman, tangannya menjambak rambut. Derjov yang melihatnya kembali cemas, apa sepusing itu rasanya? Batinnya. Derjov kembali duduk di atas ranjang, tepat di samping istrinya. Menatap wajah Kirei yang terlihat gusar.

"Bangun Rei, kamu tadi minum berapa banyak?" tanya Derjov sembari merebahkan tubuhnya di samping Kirei. Memeluk raga yang sangat dia sayangi itu.

Kirei membuka matanya perlahan, dia sebenarnya sudah sadar dari tadi. Tangannya terangkat seperti menghitung. Sementara Derjov hanya memandang wajahnya.

"Tujuh botol? Sepuluh? Aku lupa Jov," ucap Kirei sambil mengacungkan lima jari, lantas tersenyum lebar. Matanya belum terbuka sempurna, dia masih mabuk.

"Tujuh?! Apa kamu sudah bosan hidup?" Derjov menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Permisi Tuan, ini obatnya!" teriak Hana dari luar sambil mengetuk pintu.

Derjov beranjak membukakan pintu, tersenyum simpul, kemudian mengambil obatnya. "Makasih Hana."

Kirei tiba-tiba terbangun, mendengar suaminya berbicara dengan Hana entah kenapa membuatnya marah. "Derjovzier, kenapa kamu meninggalkan aku. Jangan jauh-jauh dariku," rengeknya. Lagi.

Derjov terkejut, dia menoleh dan mendapati istrinya sudah seperti kerasukan.

"Pergi kamu sialan! Jangan melirik suamiku!" Kirei berdiri dengan sempoyongan, berusaha mengusir Hana. Bahkan dia melemparkan guling yang pada baby sitter putranya itu.

"Cukup Rei! Apa yang kamu lakukan ini?" Derjov berusaha menahan istrinya, memeluknya erat.

Hana menunduk, "M-maaf Nyonya.. saya akan pergi."

"Tutup pintunya sebelum kamu pergi," ujar Derjov pada Hana, dan baby sitter itu menuruti perintahnya.

Derjov kembali menatap netra kelam istrinya. "Rei, kamu ini kenapa? Gila?" Entah kenapa dia justru merasa senang. Kirei seperti baru mengatakan jika dia membutuhkan perhatian darinya.

Atau mungkin ini hanya efek alkohol yang mencuci otak istrinya.

"Aku benci kamu."

Derjov terdiam, menunggu apa yang akan Kirei katakan selanjutnya.

"Aku semakin membencimu saat kamu mengacuhkan aku. Kenapa kamu tidak menyangkal saat aku mengatakan kalau kamu pacaran sama Kak Hezie? Aku takut itu benar terjadi, dan please... jauhi Hana, aku sudah mengatakan kita tidak butuh baby sitter!"

"Kamu cemburu?" Derjov akan lebih senang jika Kirei mengatakannya tidak di saat mabuk.

"Iya aku cemburu, aku benci kamu yang sok bisa hidup tanpa aku. Aku benci saat kamu merasa bisa jauh dariku. Kamu butuh aku kan Jov?" Jemari lentik itu menyentuh rahang tegas milik Derjov.

Pria itu tidak percaya Kirei mengatakan semua ini.

"Kenapa kamu suka sekali mengalah seolah hatimu baik-baik saja?" Kirei mengucapkannya dengan serius. Namun dia kembali bersuara, "Aku juga kesal kamu sudah menggagalkan acara mainku hari ini! Aku sangat ingin melakukannya!" Ternyata dia benar-benar masih mabuk.

Derjov sedikit kecewa, tapi mau bagaimana lagi. "Aku juga mau main, boleh? Tapi aku tahu kamu sudah lelah, sebaiknya kamu istirahat Rei." Derjov membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang, memeluknya erat, kemudian mengecup keningnya. "Selamat malam."

TBC

Can You Love Me? .endWhere stories live. Discover now